Pendahuluan Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah arteri yang persisten, dimana tekanan sistolik (SBP) di atas 130 mmHg atau tekanan darah diastolik (DBP) di atas 80 mmHg. Diagnosis hipertensi ditegakkan bila peningkatan tekanan darah didapatkan pada pemeriksaan berulang (setidaknya 2 kali) di praktik klinis. Lebih lanjut, hipertensi dapat dibagi menjadi hipertensi derajat 1 dan derajat 2.[1,2]
Sebagian besar kasus hipertensi yang ditemukan di praktik merupakan hipertensi esensial, yaitu hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui atau idiopatik. Berbagai mekanisme diduga menjadi dasar patofisiologi hipertensi, termasuk keterlibatan ginjal, vaskular, dan sistem saraf pusat. Selain itu, regulasi sodium maupun sistem hormonal renin-angiotensin-aldosteron juga diduga berperan dalam pengaturan tekanan darah.[1,3-5]
Seperti telah disebutkan di atas, diagnosis hipertensi dapat ditegakkan jika terjadi peningkatan tekanan darah dari ambang normalnya. Pada dewasa, tekanan darah dianggap tinggi bila SBP di atas 130 mmHg atau DBP di atas 80 mmHg. Diagnosis sebaiknya dibuat dengan pengukuran berulang, sekitar 2-3 kunjungan dengan interval 1-4 minggu. Diagnosis hipertensi dapat dibuat pada satu kunjungan, jika tekanan darah 180/110 mmHg atau lebih dan ada bukti penyakit kardiovaskular (CVD) seperti sindrom koroner akut. Apabila memungkinkan, diagnosis hipertensi sebaiknya dikonfirmasi dengan pengukuran out of office, misalnya dengan teknik pengukuran tekanan darah ambulatori.
Penatalaksanaan hipertensi dilakukan dengan modifikasi gaya hidup dan farmakoterapi. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan tekanan darah, mencegah perkembangan penyakit kardiovaskuler, menurunkan mortalitas, serta menjaga kualitas hidup pasien. Modifikasi gaya hidup melibatkan modifikasi diet, peningkatan aktivitas fisik, penurunan berat badan pada pasien obesitas atau overweight, serta berhenti merokok.
Pemilihan obat antihipertensi bergantung pada komorbiditas yang dimiliki, tolerabilitas, dan juga mempertimbangkan preferensi pasien. Secara umum, antihipertensi lini pertama adalah calcium channel blocker (CCB) seperti amlodipine, ACE inhibitor seperti captopril, angiotensin receptor blocker (ARB) seperti valsartan, dan diuretik seperti hydrochlorothiazide. Studi terkini juga menunjukkan bahwa kombinasi tiga antihipertensi dosis rendah mungkin lebih efektif daripada terapi standar.[1,2,6-8]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahmah