Pendahuluan Supraventricular Tachycardia
Istilah supraventricular tachycardia atau SVT mengacu pada atrial rate >100 kali per menit, yang mekanismenya melibatkan jaringan dari His bundle atau struktur yang lebih atas. Istilah supraventricular tachycardia atau SVT mencakup kasus atrial tachycardia, atrioventricular junctional tachycardia, dan atrioventricular re-entrant tachycardia.[1]
Ada literatur yang menyatakan bahwa SVT akan menunjukkan gambaran QRS sempit (durasi QRS ≤120 milidetik). Namun, SVT sebenarnya dapat menunjukkan gambaran QRS sempit maupun lebar. Beberapa contoh faktor risiko timbulnya SVT adalah riwayat keluarga, usia tua, penyakit jantung struktural atau penyakit jantung koroner, gangguan elektrolit, konsumsi obat tertentu, dan gangguan tiroid.[1-3]
SVT dapat didiagnosis dengan beberapa gejala klinis seperti palpitasi, nyeri dada, dan sinkop, yang disertai hasil EKG yang menunjukkan gelombang pre-eksitasi. Gambaran gelombang pre-eksitasi pada EKG adalah:
- Interval PR pendek (<120 milidetik)
- Adanya gelombang delta, yaitu deviasi positif tajam ke atas pada awal kompleks QRS yang biasa disebut sebagai sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW)
- Aritmia yang disertai tachycardia kompleks menyempit (QRS < 120 milidetik)
- Aritmia dengan interval QRS melebar (>120 milidetik) jika terjadi bundle branch block[2]
Prinsip tata laksana SVT adalah menurunkan ventricular rate, mengembalikan ritme sinus, dan mencegah komplikasi emboli. Manuver vagal, pemberian obat adenosin, kardioversi sinkronisasi, pemberian diltiazem atau verapamil, atau pemberian beta blocker bisa menurunkan ventricular rate. Sementara itu, kardioversi elektrik maupun obat dapat mengembalikan ritme sinus.[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra