Prognosis Henti Jantung Mendadak
Prognosis henti jantung mendadak bergantung dari ketepatan dan kecepatan resusitasi.[1,3]
Komplikasi
Adapun komplikasi yang berkaitan dengan resusitasi jantung paru antara lain adalah kegagalan defibrilasi, kegagalan mendapatkan akses IV/IO, fraktur tulang rusuk, pneumotoraks, pneumomediastinum, emfisema subkutis, hemotoraks, laserasi paru, perdarahan pulmonal, jejas ke arteri mayor, tamponade jantung, serta dapat terjadi henti jantung berulang.[3,19]
Prognosis
Prognosis henti jantung mendadak bergantung dari kecepatan dan ketepatan resusitasi, serta kemampuan dalam mendeteksi penyebab yang mendasari terjadinya henti jantung. Adapun faktor penentu survivalitas, termasuk tekanan darah sistolik >90 mmHg, waktu dari hilangnya kesadaran ke ROSC < 25 menit, dan perbaikan respon neurologis.[1,3,4]
Lebih dari 300.000 kematian yang disebabkan oleh henti jantung mendadak terjadi setiap tahunnya di Amerika Serikat, dimana 40% diantaranya tidak sempat mendapatkan pertolongan sama sekali dikarenakan OHCA ataupun kondisi dimana penolong kurang terampil. Adapun survival rate <10% pada out of hospital cardiac arrest (OHCA) dan <20% pada in hospital cardiac arrest (IHCA). Sementara itu, rekurensi adalah sekitar 20-25% dari penyintas henti jantung mendadak, sehingga implantasi ICD akan sangat bermanfaat untuk mayoritas pasien henti jantung mendadak.[1,4,5]
Studi dari Harshah et al meneliti bahwa survival rate berkaitan dengan beberapa faktor risiko dari pasien dengan henti jantung mendadak. Semakin banyak faktor risiko yang ada semakin buruk prognosisnya, faktor risiko tersebut antara lain usia diatas 85 tahun, waktu kembalinya sirkulasi spontan (ROSC) di atas 30 menit, irama jantung non-shockable, tidak adanya penolong untuk RJP, kadar laktat darah lebih dari 7 mmol/L, henti jantung mendadak unwitnessed, pH darah kurang dari 7,2, adanya penyakit jantung kronis.[20]