Penatalaksanaan Barotrauma
Mayoritas kasus barotrauma, terutama telinga dan sinus, hanya membutuhkan penatalaksanaan simptomatik dan pemantauan rawat jalan karena kebanyakan dapat swasirna tanpa intervensi. Meski demikian, perlu diketahui bahwa barotrauma dapat bersifat mengancam nyawa pada beberapa kasus.
Barotrauma yang mengancam nyawa umumnya melibatkan penumothorax atau ruptur gastrointestinal. Tanda bahaya yang perlu diperhatikan antara lain:
- Adanya tanda dan gejala neurologi, termasuk gangguan kesadaran
- Sesak napas
- Tanda peritoneal
- Kelainan pada tanda vital
Penatalaksanaan awal yang dapat diberikan adalah stabilisasi, termasuk menggunakan oksigen 100%. Apabila dicurigai terdapat risiko gagal napas, perlu dilakukan intubasi. Ventilasi tekanan positif dapat mengeksaserbasi pneumothorax.
Pasien yang dicurigai mengalami pneumothorax dan memiliki tanda ketidakstabilan hemodinamik atau tension pneumothorax memerlukan dekompresi segera. Sementara itu, pasien dengan gejala neurologis atau temuan lain yang mengindikasikan adanya emboli udara perlu dibawa segera ke bilik rekompresi (recompression chamber).
Setelah pasien stabil, penatalaksanaan difokuskan sesuai dengan jenis barotrauma. Pasien dengan robekan pada tingkap labirin dapat dipertimbangkan untuk menjalani pembedahan untuk mengatasi gangguan pendengaran.[1,5,6]
Barotrauma Telinga dan Sinus
Mayoritas cedera telinga akibat barotrauma dapat membaik tanpa intervensi, termasuk jika ada edema, perdarahan, maupun otitis. Ruptur membran timpani juga dapat membaik jika fungsi tuba Eustachius adekuat dan ruptur bukan disebabkan oleh ledakan. Gejala vestibular yang ditimbulkan juga dapat membaik seiring waktu tanpa menyebabkan gejala sisa jangka panjang.
Medikamentosa
Medikamentosa memiliki manfaat yang terbatas dalam manajemen barotrauma dan sinus. Dekongestan dan antihistamin mungkin memiliki sedikit manfaat dalam kasus barotrauma. Sementara itu, tidak ada bukti adekuat yang mendukung manfaat penggunaan glukokortikoid dalam mempercepat pemulihan barotrauma.
Antibiotik sebaiknya tidak digunakan secara rutin sebagai pencegahan. Antibiotik diindikasikan jika membran timpani ruptur dan telinga tengah telah terkontaminasi. Antibiotik yang dapat digunakan adalah amoxicillin klavulanat per oral atau fluorokuinolon tetes telinga. Analgesik dapat digunakan untuk mengurangi nyeri jika memang dirasa perlu.[1,5,19,21]
Pembedahan
Pembedahan, misalnya timpanoplasti, mungkin diperlukan pada kasus yang berat seperti adanya fistula perilimfe dan kerusakan pada tulang telinga. Miringotomi telah dilaporkan sebagai pencegahan maupun terapi barotrauma. Namun, kekurangan dari metode ini adalah miringotomi dapat menyembuh dalam hitungan hari sehingga waktu yang disediakan kurang adekuat. Untuk mengatasi masalah ini, dapat digunakan timpanostomi atau tabung ventilasi agar lubang miringotomi bertahan lebih lama.[20]
Barotrauma Pulmonal
Pada kasus pneumomediastinum ringan, udara dapat direabsorpsi secara spontan. Pada pasien yang mengalami hipoksia, oksigen suplemental diperlukan. Konsentrasi oksigen yang lebih tinggi seyogyanya juga akan meningkatkan kecepatan reabsorpsi udara.
Penatalaksanaan pneumothorax bergantung pada tingkat keparahan. Kasus yang ringan dapat mengalami resolusi tanpa intervensi apapun. Kasus yang berat dapat memerlukan chest tube thoracostomy.
Pada kasus emboli udara arteri, tata laksana harus dilakukan segera. Idealnya, terapi dilakukan dalam waktu 2 jam untuk meningkatkan kemungkinan kesintasan dan resolusi gejala. Terapi rekompresi dan hyperbaric oxygen therapy (HBOT) yang dilakukan setelah 6 jam berkaitan dengan prognosis lebih buruk.[7,11]
Terapi Rekompresi
Terapi rekompresi atau recompression therapy diindikasikan pada kasus barotrauma yang berat, termasuk cedera korda spinalis dan gangguan neurologi. Pasien yang tidak berespon dengan terapi awal umumnya membutuhkan tekanan dekompresi yang lebih tinggi (4-5 atm) dan mungkin membutuhkan udara yang terdiri dari campuran 50% helium dan 50% oksigen (heliox).[5,7]