Prognosis Barotrauma
Prognosis barotrauma bergantung pada manifestasi klinis yang muncul pada pasien. Kebanyakan kasus barotrauma bersifat ringan dan swasirna. Namun, kasus yang berat seperti barotrauma pulmonal dapat menimbulkan komplikasi emboli udara yang mengancam nyawa.[10]
Komplikasi
Barotrauma pulmonal yang berat akibat scuba diving atau menyelam dapat menyebabkan pneumomediastinum, pneumoperikardium, pneumoperitoneum, emfisema subkutis, pneumothorax, tension pneumothorax, atau emboli udara. Emboli udara tersebut dapat menyebabkan obstruksi pada organ target. Pada sistem saraf pusat, emboli dapat menimbulkan nyeri kepala, paresthesia, hemiplegia, paralisis, afasia, atau gejala stroke lainnya. Emboli yang masuk ke arteri koroner dapat menyebabkan infark miokard akut.[1,3,5]
Pasien yang menggunakan ventilasi mekanik dan mengalami barotrauma akan membutuhkan pemakaian ventilator dalam periode yang lebih lama. Penggunaan jangka panjang ventilator bisa berakibat pada munculnya komplikasi lain, seperti pneumonia terkait pemakaian ventilator, delirium, dan infeksi nosokomial.[11]
Barotrauma pada telinga dan sinus dapat mengalami resolusi meskipun tanpa intervensi. Pada kasus yang berat, barotrauma bisa menyebabkan perdarahan dan gangguan pendengaran. Tindakan miringotomi yang dilakukan sebagai terapi dapat menyebabkan perforasi kronis dan meningkatkan risiko infeksi.[10]
Prognosis
Pada kebanyakan kasus, prognosis barotrauma adalah baik. Kebanyakan kasus barotrauma bersifat swasirna dan tidak memerlukan intervensi medis.
Mayoritas cedera pada membran timpani dapat mengalami resolusi spontan. Pada kasus dimana terjadi keterlibatan perilimfe dan endolimfe, pasien dapat mengalami gangguan pendengaran sensorineural, tinitus, dan vertigo yang bersifat kronis.
Emboli udara memiliki prognosis yang jauh lebih buruk. Beberapa pasien bahkan telah dilaporkan mengalami kematian. Emboli udara dapat menyebabkan stroke, infark miokard, peritonitis, dan syok.[1,5]