Epidemiologi Gastroesophageal Reflux Bayi
Epidemiologi gastroesophageal reflux (GER) pada bayi menunjukkan prevalensi yang meningkat pada usia <4 bulan, dan cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Berdasarkan jenis kelamin, rasio laki-laki dibandingkan wanita adalah 2:1. Insidensi GER pada bayi prematur lebih tinggi, terutama bayi yang lahir di bawah usia kehamilan 34 minggu (22%).[9,10]
Beberapa studi menunjukkan bahwa bayi ASI mengalami kejadian GER yang lebih rendah dibandingkan bayi yang diberi diet susu formula. Menyusui juga dikaitkan dengan resolusi GER pada bayi yang lebih cepat.[9,10]
Global
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa gastroesophageal reflux bayi terjadi pada 50% bayi usia di bawah 2 bulan, 60-70% pada bayi usia 3-4 bulan, dan 5% pada bayi usia 12 bulan. Di Amerika Serikat, sekitar 85% bayi mengalami muntah di minggu pertama kehidupan; sekitar 60-70% menunjukkan klinis gastroesophageal reflux bayi di usia 3-4 bulan.
Gejala mereda tanpa pengobatan pada 60% bayi di usia 6 bulan ketika bayi sudah mampu mempertahankan posisi tegak dan mulai makan makanan padat. Resolusi gejala terjadi pada 90% bayi di usia 8-10 bulan.[2,9]
Indonesia
Di Indonesia, belum ada data nasional terkait kasus GER maupun gastroesophageal reflux disease (GERD) pada bayi.
Mortalitas
Secara umum, GER dan GERD tidak berkaitan dengan mortalitas. Pada sebagian besar kasus, GER bayi dapat mengalami resolusi pada usia 18 bulan dan 55% resolusi pada usia 10 bulan. Pada kasus dimana gejala berlanjut setelah usia 18 bulan, kemungkinan komplikasi akan meningkat. Komplikasi dapat berupa striktur esofagus, aspirasi, dan Barret esofagus.[2,9]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini