Patofisiologi Gastroesophageal Reflux Bayi
Patofisiologi gastroesophageal reflux (GER) pada bayi adalah akibat imaturitas dari sfingter esofagus inferior pada bayi. Sfingter esofagus inferior merupakan otot yang memisahkan bagian terbawah dari esofagus dengan lambung. Saat menelan, otot ini akan relaksasi dan terbuka, sehingga bolus makanan dari esofagus dapat masuk ke lambung.[4-7]
Setelah itu, otot ini akan menutup untuk mencegah asam lambung dan isinya berbalik kembali ke esofagus. Bayi memiliki esofagus dan sfingter esofagus inferior yang lebih pendek. Hal ini menyebabkan kapasitas kerongkongan lebih kecil, sehingga refluks dari lambung ke kerongkongan dapat terjadi lebih cepat.
Esofagus dilapisi oleh sel epitel yang berbeda dengan lambung. Apabila sfingter esofagus inferior terbuka dan mengakibatkan asam lambung beserta isinya naik ke esofagus, asam lambung dapat merusak sel epitel esofagus sehingga terjadi inflamasi dan iritasi yang mengakibatkan rasa nyeri.[4-7]
Pengaruh Tumbuh Kembang Bayi dengan Terjadinya GERD pada Bayi
Mekanisme predominan terjadinya GER pada bayi adalah relaksasi transien dari sfingter esofagus inferior (transient lower esophageal sphincter relaxations atau TLSERs). Pada bayi muda usia <6 bulan, GER merupakan kombinasi beberapa faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang bayi yang mengakibatkan meningkatnya frekuensi dan atau memanjangnya durasi terbukanya sfingter esofagus inferior.
Pada bayi, relaksasi sfingter esofagus inferior tidak harus diinduksi dengan menelan. Stimulus terjadinya relaksasi transien dari sfingter esofagus inferior dapat diakibatkan oleh distensi lambung melalui jalur vasovagal. Kondisi ini akan terpicu lebih banyak dengan pemberian makan dalam posisi berbaring ke kanan dibandingkan berbaring ke kiri.
Selain itu, bayi berusia di bawah 4‒6 bulan masih mengonsumsi makanan yang berbentuk cair yang tentunya lebih mudah mengalami arus balik dari lambung ke esofagus. Dalam 6 bulan kehidupan pertama, keterampilan motorik kasar untuk menjaga posisi tubuh dalam posisi tegak juga masih belum sempurna.[4-7]
Pada beberapa bayi, GER tidak menimbulkan gejala dan tidak mengganggu tumbuh kembang. Namun, pada beberapa bayi lain, tingkat keasaman refluks dapat membuat iritasi dan inflamasi pada esofagus dan jaringan laring, meningkatkan risiko aspirasi, komplikasi respiratorik, serta komplikasi ekstra-esofagus lain. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan nutrisi dan terganggunya tumbuh kembang.[4,8]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini