Diagnosis Persistent Pulmonary Hypertension of the Newborn
Diagnosis persistent pulmonary hypertension of the newborn atau hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir didapatkan dari gambaran khas hipoksemia labil atau persistensi resistansi vaskular paru dari echocardiography.[1,3]
Gold standard diagnosis persistent pulmonary hypertension of the newborn atau PPHN adalah dengan menggunakan echocardiography. PPHN merupakan kegawatdaruratan sehingga identifikasinya harus dilakukan segera. Gambaran khas lainnya untuk PPHN dengan duktus arteriosus paten (PDA) adalah perbedaan saturasi oksigen preduktal dan postduktal yang >10%.[1,3]
Pada PPHN ringan, desaturasi dapat ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan saturasi postduktal atau pada bayi dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Pada kondisi ini, disarankan untuk memberi terapi suportif, termasuk suplementasi oksigen sesuai kondisi klinis. Monitoring ketat diperlukan karena bayi tetap berisiko mengalami perburukan kondisi.[3]
Anamnesis
Anamnesis pada PPHN dilakukan pada orang tua dengan menanyakan tanda-tanda yang mengarah pada hipoksemia dan gagal napas saat lahir ataupun setelahnya, umumnya dalam 12 jam postpartum. Pada bayi, tanda sianosis seperti kebiruan pada mukosa oral serta tangan dan kaki perlu ditanyakan karena merupakan salah satu tanda bahaya.[1,3]
Bayi dengan distress napas juga perlu ditanyakan kepada orang tua progresivitas dan kapan onsetnya. Selain itu, riwayat selama kehamilan dan persalinan, seperti riwayat chorioamnionitis, asfiksia perinatal, dan ketuban yang bercampur mekonium harus diketahui. Anamnesis juga harus meliputi riwayat penggunaan obat-obatan selama kehamilan, seperti obat golongan NSAID (nonsteroidal antiinflammatory drugs).[1,3]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada bayi dengan PPHN dimulai dari saat resusitasi neonatus. Bayi biasanya mengalami desaturasi atau terlihat sianosis. Pola napas dengan retraksi subkostal, suprasternal, dan interkostal sering kali terlihat pada bayi PPHN dengan distress napas, misalnya sindrom aspirasi mekonium, pneumonia, dan sepsis. Bayi dengan PPHN juga dapat memberikan gambaran hipoksemia persisten dan gagal napas dalam 12 jam setelah persalinan.[1]
Salah satu gambaran khas PPHN adalah perbedaan saturasi oksigen dan tekanan oksigen arterial (PaO₂) yang diambil dari ekstremitas atas kanan (preduktal) dan ekstremitas bawah (postduktal). Perbedaan ini membantu membedakan PPHN dengan penyakit jantung bawaan (PJB) sianosis tanpa PPHN. Perbedaan saturasi oksigen yang bermakna untuk PPHN adalah >10%, beberapa literatur ada yang menuliskan >5%.[3]
Akan tetapi, perbedaan ini mungkin tidak terlihat pada PPHN tanpa PDA (saturasi preduktal dan postduktal sama-sama menurun). Pada kondisi ini, perbedaan dengan PJB sianotik diidentifikasi dari tanda khas hipoksemia labil.[1,3]
Pada hipoksemia labil, desaturasi dan penurunan PaO₂ periodik tetapi pengaturan ventilator maupun fraksi oksigen yang diinspirasi (FiO₂) sedikit atau tidak berubah. Hal ini karena perubahan keseimbangan PVR dan resistansi vaskular sistemik, sehingga terjadi perubahan volume right-to-left shunt.[1,3]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding PPHN adalah penyakit jantung bawaan (PJB) sianotik. Pada umumnya, perbedaan keduanya dapat dilihat dari perbedaan saturasi oksigen preduktal dan postduktal, serta hipoksemia labil yang merupakan karakteristik PPHN. Selain saturasi preduktal dan postduktal dapat tidak berbeda. Hipoksia bayi dengan PJB sianotik biasanya stabil.[3]
Duktus Arteriosus Paten
Duktus arteriosus paten (PDA) adalah kondisi di mana duktus yang menghubungkan aorta dan arteri pulmoner intrauterin tetap terbuka setelah persalinan. Pada saat intrauterin, adanya duktus arteriosus menyebabkan darah dari plasenta melakukan bypass dari paru. Pada kondisi normal, maksimal dalam 24–48 jam postpartum akan menutup, kemudian menutup lebih sempurna setelah 2–3 minggu.[1,3,7]
Gambaran tipikal PDA pada auskultasi adalah “machinery” murmur yang dapat radiasi ke punggung, atau dapat pula ditemukan murmur holosistolik. PDA dan PPHN dapat terjadi bersamaan karena kondisi PPHN yang dapat mendukung duktus arteriosus tetap paten. Kondisi ini dapat dibedakan dengan PDA murni dengan hipoksemia labil yang merupakan tanda khas PPHN atau dengan echocardiography.[1,3,7]
Transposition of the Great Arteries
Transposition of the great arteries (TGA) adalah kondisi di mana terjadi kesalahan pada perkembangan embrologi, sehingga aorta terhubung dengan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dengan ventrikel kiri. Pada kondisi tertentu, TGA dapat disertai PDA atau kondisi lain yang memungkinkan darah yang deoksigenasi di aorta bercampur dengan darah teroksigenasi.[1,3,8]
Bayi pada kondisi ini dapat mengalami takipnea tetapi tidak terdapat tanda distress napas, seperti retraksi subkostal dan interkostal. Murmur juga dapat tidak terdengar kecuali disertai dengan PJB sianotik lainnya. Hipoksemia biasanya persisten, tidak seperti PPHN yang mengalami hipoksemia labil.[1,3,8]
Koarktasio Aorta
Koarktasio aorta adalah kondisi di mana terjadi penyempitan lumen aorta. Kondisi ini ditandai dengan syok dengan perfusi yang buruk. Pada kondisi yang berat, pulsasi arteri femoralis dan dorsalis pedis dapat sulit teraba. Pemeriksaan auskultasi dapat ditemukan gallop dan murmur karena regurgitasi mitral.[1,3,9]
Setelah duktus arteriosus menutup, saturasi ekstremitas bawah dapat lebih rendah karena pulsasi yang menurun. Akan tetapi, hal ini berbeda dengan PPHN, di mana pada PPHN desaturasi bersifat labil.[1,3,9]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada PPHN dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis dan menentukan agen vasodilator maupun keperluan vasopresor. Pemeriksaan penunjang juga dilakukan untuk melihat kondisi duktus arteriosus, foramen ovale, arah shunting, dan menentukan status oksigenasi (dengan analisa gas darah). Pemeriksaan lainnya, seperti darah lengkap dan marker inflamasi juga dilakukan untuk melihat adanya infeksi berat, seperti sepsis.[3]
Pencitraan
Pencitraan pada PPHN dilakukan untuk konfirmasi diagnosis dan melihat arah shunting misalnya di duktus arteriosus dan foramen ovale, fungsi ventrikel, serta gambaran paru. Bila ada kerusakan paru pada pencitraan yang tidak sebanding dengan hipoksemia, di mana hipoksemia lebih berat daripada perkiraan klinis, penyakit penyerta berupa PJB sianotik dapat dicurigai.[3]
Echocardiography:
Echocardiography adalah gold standard untuk diagnosis PPHN. Gambaran PPHN pada echocardiography adalah adanya persistensi resistensi pembuluh darah paru (PVR) dan tekanan ventrikel kanan, yang diidentifikasi melalui:
- Arah aliran darah (shunting) lewat duktus arteriosus (right-to-left) dan foramen ovale (right-to-left atau left-to-right) yang paten
- Deviasi atau flattening septum interventrikular
- Regurgitasi trikuspid dengan melihat TR jet dan kecepatan regurgitasi (untuk menghitung tekanan sistolik arteri pulmonalis) yang terjadi karena peningkatan tekanan ventrikel kanan[1,3]
Echocardiography juga membantu melihat fungsi ventrikel kanan dan kiri serta turut membantu menentukan terapi vasodilator maupun intervensi yang dapat diberikan pada bayi dengan PPHN. Bila echocardiography tersedia, disarankan untuk melakukan pemeriksaan echocardiography lebih awal pada bayi yang dicurigai PPHN.[3]
Rontgen Toraks:
Rontgen toraks dapat membantu mengidentifikasi adanya penyakit parenkim paru maupun kelainan kongenital, seperti hernia diafragma kongenital. Kondisi-kondisi ini dapat menjadi penyebab PPHN pada bayi baru lahir.[1]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk evaluasi nilai brain natriuretic peptide (BNP), menilai status oksigenasi, dan menyingkirkan kemungkinan sepsis. Tes untuk menyingkirkan kemungkinan sepsis, seperti pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP), serta kultur darah untuk mengidentifikasi agen penyebab infeksi perlu dilakukan karena sepsis dapat memicu PPHN dan memperparah klinis bayi.[1,3]
Brain Natriuretic Peptide:
Brain natriuretic peptide (BNP) merupakan hormon yang diproduksi dari kardiomiosit ventrikel sebagai respons stress. Nilai BNP >550 pg/mL dengan adanya gambaran klinis PPHN dapat mendukung diagnosis PPHN. Nilai BNP dapat berhubungan dengan keparahan penyakit dan respons terapi pada PPHN.[1,10,11]
Analisa Gas Darah:
Analisa gas darah (AGD) pada PPHN dilakukan untuk menilai status oksigenasi dan respons terhadap suplementasi oksigen. Pemeriksaan AGD dapat pula membantu membedakan PPHN dengan PJB sianotik. Pada PPHN, perbedaan PaO₂ ekstremitas atas kanan (preduktal) dan bawah (postduktal) minimal 10–20 mmHg dan perbedaan saturasi oksigen >10%.[3]
Pemeriksaan AGD juga dilakukan untuk melihat respons dan goal terapi. Nilai pH yang disarankan adalah >7,25 dengan pH yang dianggap optimal adalah 7,30–7,40. Asidosis dengan pH <7,25 memicu vasokonstriksi berlebihan pembuluh darah paru sebagai respons hipoksia.[3]
Indeks Oksigenasi:
Indeks oksigenasi (OI) digunakan untuk melihat kebutuhan bantuan napas (perlu atau tidaknya extracorporeal membrane oxygenation atau ECMO) pada bayi dengan PPHN untuk mempertahankan oksigenasi. Semakin tinggi OI, semakin tinggi bantuan FiO₂ yang diperlukan. Perhitungan OI memerlukan sampel darah AGD, lebih baik dari sampel preduktal (arteri umbilikalis adalah sampel postduktal).
Nilai OI >40 merupakan salah satu kriteria diperlukannya ECMO. Mean airway pressure (MAP) secara sederhana adalah rata-rata tekanan yang diterima bayi dari ventilator pada fase inspirasi dan ekspirasi. Sementara itu, FiO₂ adalah fraksi inspirasi oksigen (persentase oksigen) yang diberikan kepada bayi lewat mesin. Makin tinggi MAP dan FiO₂ yang diberikan, berarti bantuan oksigenasi yang diberikan semakin besar.[12–14]
Methemoglobin:
Pemeriksaan methemoglobin (MetHgb) direkomendasi dalam 24 jam setelah inhalasi nitrit oksida (iNO) dimulai, kemudian diulang tiap 24 jam atau saat terjadi desaturasi dan perburukan klinis yang tidak diperkirakan. Pedoman lain menyarankan pemeriksaan dilakukan 2 jam dari onset pemberian iNO, kemudian 8 jam, lalu per 24 jam.[3,12]
MetHgb terbentuk dari ikatan iNO dan hemoglobin. Makin tinggi dosis iNO, konsentrasi MetHgb semakin tinggi, dan kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen semakin rendah. Konsentrasi MetHgb >5% merupakan kadar toksik dan tanda diperlukannya terapi dengan methylene blue.[3,12]