Etiologi Halitosis
Etiologi halitosis dapat dibedakan menjadi faktor oral seperti karies atau higiene dental yang buruk; faktor ekstraoral (sistemik) seperti diabetes mellitus atau gagal ginjal; dan faktor psikogenik seperti depresi atau obsessive compulsive disorder. Sebagian besar kasus halitosis disebabkan oleh faktor oral dan organ terkait yakni telinga, hidung, dan tenggorokan.[6,7]
Etiologi
Sebesar 87% kasus halitosis disebabkan karena faktor oral dan organ terkait yakni telinga, hidung, dan tenggorokan. Sementara, hanya 13% kasus yang disebabkan oleh faktor non-oral.[6,7]
Faktor Oral
Etiologi halitosis akibat faktor oral contohnya adalah kebersihan rongga mulut yang buruk, keberadaan bakteri, tongue coating, penyakit periodontal, karies profunda, xerostomia, inflamasi peri-implan, perikoronitis, debris, dan nekrosis pulpa terbuka.[6,7]
Selain itu, merokok, konsumsi alkohol, penggunaan tembakau (menyirih), kelainan-kelainan pada telinga, hidung dan tenggorokan yakni tonsilitis, sinusitis, dan rhinitis juga diklasifikasikan sebagai faktor oral. Pria lebih banyak terdampak oleh penyebab-penyebab ini dibandingkan dengan wanita.[2,7]
Faktor Ekstroral
Contoh faktor ekstraoral (sistemik) yang dapat menyebabkan halitosis adalah penyakit sistemik dan gangguan psikogenik. Contoh kelainan sistemik yang dapat menyebabkan halitosis adalah diabetes mellitus (melalui jalur ketoasidosis), gagal ginjal, dan rusaknya organ hati.[1,2,7]
Gangguan pencernaan juga dipercaya dapat menyebabkan halitosis. Bakteri Helicobacter pylori dicurigai menjadi penyebab halitosis. Selain itu, keadaan seperti oesophageal reflux dan pyloric stenosis juga dianggap dapat menimbulkan halitosis.[4,6]
Faktor Psikogenik
Faktor psikogenik juga dapat menyebabkan halitosis, dimana pada depresi dan obsessive compulsive disorder, terjadi penurunan volume saliva yang mengakibatkan kondisi xerostomia. Hal ini karena glandula salivarius distimulasi oleh nervus yang berhubungan dengan sistem nervus otonomi, dimana sistem nervus ini akan terdampak oleh kondisi psikogenik. Xerostomia inilah yang akan menyebabkan halitosis.[7,8]
Selain itu, terdapat pula jenis halitosis lain, yaitu pseudohalitosis dan halitophobia. Pada kedua jenis halitosis ini, pasien merasa bahwa mereka memiliki bau mulut, padahal bau tersebut tidak dapat dirasakan oleh orang lain. Gejala ini kemungkinan disebabkan oleh suatu bentuk delusi atau hipokondriasis monosimptomatik.[1,2]
Faktor Risiko
Faktor risiko halitosis menyangkut faktor-faktor etiologis dari halitosis. Faktor-faktor tersebut adalah:
- Higiene dental yang buruk
- Diabetes mellitus
- Merokok
- Konsumsi alkohol
- Penggunaan tembakau (menyirih)[2,6,7]
Penulisan pertama oleh: drg. Fiesta Ellyzha Eka Hendraputri