Epidemiologi Cedera Otak Traumatik
Epidemiologi dari cedera otak traumatik sering dirujuk sebagai sebuah “silent endemic” yang semakin menjadi perhatian terkait kesehatan masyarakat dan menjadi kontributor terbesar dari kematian dan kecacatan di tingkat global diantara semua cedera yang berhubungan dengan trauma. Estimasi epidemiologi dari cedera otak traumatik di Indonesia sangat sulit didapatkan akibat banyaknya kejadian trauma yang tidak terdokumentasi. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa di Amerika Serikat dan Selandia Baru terdapat 500-800 kasus baru dari cedera otak traumatik per 100000 populasi setiap tahunnya.[13]
Global
Secara global berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewan et al pada tahun 2019 didapati sekitar 69 juta orang diseluruh dunia mengalami cedera otak traumatik setiap tahunnya. Proporsi akibat kecelakaan di jalan, yang paling besar berasal dari Afrika dan Asia Tenggara tercatat sebesar 56%, dan yang terendah di Amerika Utara yakni, sebesar 25%.
Insiden kecelakaan lalu lintas sendiri memiliki kemiripan antara Asia tenggara (1,5% dari populasi) dengan Eropa (1,2% dari populasi). Secara keseluruhan insiden cedera otak traumatik per 100000 penduduk yang terbesar adalah Amerika Utara dan Eropa serta paling sedikit di Afrika dan Mediterania Timur. Negara dengan pendapatan menengah kebawah memiliki proporsi kejadian cedera otak traumatik tiga kali lebih banyak dibanding Negara berpendapatan tinggi.[13]
Indonesia
Penelitian epidemiologi cedera otak traumatik di Indonesia masih sangat terbatas dan masih banyak kasus yang tidak terlapor. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 didapati bahwa cedera kepala merupakan cedera tersering ketiga dengan dengan proporsi 11,9% setelah cedera pada anggota gerak bawah dan anggota gerak atas.[14]
Mortalitas
Mortalitas dari cedera otak traumatik pada umumnya berhubungan dengan perdarahan intrakranial. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Cheng et al pada tahun 2017 menunjukkan bahwa angka kematian akibat cedera otak traumatik masih tergolong stabil dan tinggi di Tiongkok antara tahun 2006 hingga 2013 yaitu 12,99 hingga 17,06 kasus per 100000 penduduk.{15,16}
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Brazinova et al pada tahun 2021 didapati angka kematian akibat cedera otak traumatik berkisar antara 9 hingga 28,1 per 100000 penduduk diantara negara-negara Eropa.[15,16]
Penulisan pertama oleh: dr. Gold Tampubolon