Diagnosis Parkinsonisme
Parkinsonisme merupakan diagnosis klinis yang kemungkinan merupakan bagian dari penyakit lain. Diagnosis parkinsonisme meliputi penggalian riwayat medis yang lengkap dan menyingkirkan kemungkinan etiologi lain. Tidak ada satu tes yang dapat secara akurat mendiagnosis penyebab parkinsonisme.[3,13]
Anamnesis
Pendekatan klinis pertama pada pasien yang datang dengan parkinsonisme adalah penggalian riwayat secara lengkap. Klinisi perlu menanyakan onset gejala, pola, dan perjalanan penyakit. Pasien mungkin datang dengan keluhan selain gangguan pergerakan. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penggunaan obat perlu dianalisis, terutama pada kecurigaan parkinsonisme yang disebabkan oleh obat. Penggunaan antipsikotik, prokinetik, atau penstabil mood dapat menyebabkan gangguan gerak.[3,4]
Paparan terhadap pestisida secara kronis, atau mangan (misalnya pada juru las) dapat menyebabkan parkinsonisme, sehingga penting menggali riwayat pekerjaan. Riwayat trauma, terutama cedera kepala berulang mungkin dapat menyebabkan ensefalopati traumatik kronis dengan parkinsonisme sebagai salah satu gejalanya.[3,4]
Onset penyakit yang lambat dan progresif, terutama pada usia muda, meningkatkan kecurigaan akan parkinsonisme onset dini. Sedangkan onset mendadak cukup khas pada parkinsonisme akibat obat dan parkinsonisme vaskular.[8,13]
Pada riwayat keluarga, anamnesis dilakukan untuk mencari kemungkinan genetik. Pasien atau keluarga mungkin tidak mengenali tanda dan gejala parkinsonisme, sehingga klinisi perlu mencari secara spesifik tentang gangguan berjalan, tremor, disfungsi kognitif, gangguan psikiatrik, dan gangguan pergerakan lainnya.[10,13]
Pemeriksaan Fisik
Secara umum, pemeriksaan fisik pada pasien dengan parkinsonisme bertujuan untuk menemukan tanda dan gejala klasik dari sindrom tersebut, yaitu tremor, bradikinesia, gangguan postur tubuh, dan kekakuan. Kemudian, klinisi perlu mencari tanda lainnya yang mengarahkan pada diagnosis tertentu. Umumnya gejala akan bersifat simetris, parkinsonisme yang hanya terjadi pada satu bagian tubuh meningkatkan kecurigaan pada penyakit Parkinson idiopatik.[13]
Tremor
Tremor adalah gerakan involunter ritmis ketika anggota tubuh dalam posisi relaksasi dan ditopang suatu permukaan tertentu, sehingga tidak ada peran gravitasi dalam menahan gerakan. Tremor akan lebih jelas terlihat saat istirahat dan menghilang saat gerakan aktif, kemudian muncul kembali ketika merentangkan lengan.[4,14]
Tipe tremor pada penyakit Parkinson adalah pill rolling yang muncul seolah pasien sedang memutar pil antara jempol dan telunjuk. Tremor dapat terlihat pada tungkai bawah, bibir, lidah, tetapi jarang pada daerah kepala. Tremor dapat diperparah oleh stres psikologis dan menghilang ketika tidur.[3]
Tidak semua pasien parkinsonisme akan mengalami tremor, misalnya pada pasien dengan parkinsonisme vaskular yang jarang mengalami tremor. Pada pasien demensia badan Lewy dan Alzheimer, keluhan gangguan berjalan dan ketidakstabilan postur akan tampak lebih dominan dibandingkan dengan tremor.[4,5]
Bradikinesia
Bradikinesia adalah perlambatan gerakan progresif saat seseorang mencoba untuk menggerakkan anggota tubuh tertentu. Pemeriksaan bradikinesia dilakukan dengan meminta pasien melakukan gerakan repetitif secepat dan sejauh mungkin, seperti membuka-tutup tangan atau berjalan di tempat. Bradikinesia perlu dibedakan dengan paresis (saat pasien mengalami penurunan kekuatan otot), spastisitas, dan kurangnya motivasi dalam bergerak pada pasien depresi.[2,14]
Gangguan Postur
Gangguan postur adalah gejala yang umum ditemukan pada parkinsonisme. Kemunculan gangguan berjalan dan terjatuh setelah penurunan kognitif merupakan indikasi kuat terhadap penyakit Parkinson, sedangkan apabila ditemukan sebaliknya maka klinisi perlu mencurigai adanya progressive supranuclear palsy (PSP).[8,14]
Rigiditas
Rigiditas adalah peningkatan tonus otot yang dirasakan saat pasien melakukan gerakan pasif. Rigiditas dibedakan dengan spastisitas dimana kekakuan pada pasien dengan rigiditas terasa selama pergerakan dan tidak meningkat seiring dengan percepatan gerakan. Kombinasi rigiditas dan tremor istirahat menyebabkan fenomena cogwheel rigidity yang bisa diobservasi pada gerakan pasif terutama di pergelangan tangan.[4,14]
Gangguan Kognitif dan Neuropsikiatri
Gangguan kognitif umumnya menyertai parkinsonisme pada pasien dengan penyakit degeneratif, seperti penyakit Parkinson dan Alzheimer. Domain kognitif yang terganggu biasanya atensi, fungsi eksekutif, dan visuospasial. Disfungsi kognitif dapat berfluktuasi sepanjang hari dengan fase mendekati normal yang disertai disfungsi signifikan.[2,14]
Gangguan perilaku dapat menyertai keluhan kognitif. Apatis merupakan gejala yang paling umum, diikuti depresi dan psikosis. Halusinasi visual dapat terjadi, dengan bentuk yang kompleks nyata, seperti orang atau binatang. Selain itu, bentuk gangguan neuropsikiatri yang lain adalah impulsif, perilaku tidak pantas, serta kecemasan.[2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding parkinsonisme adalah tremor esensial dan parkinsonisme atipikal.
Tremor Esensial
Tremor esensial dapat dibedakan dengan tremor pada parkinsonisme, di mana tremor esensial memiliki frekuensi yang lebih tinggi (hingga 12 Hz), simetris, jarang tampak pada istirahat, dan tidak ada gejala parkinsonisme lain. Tremor esensial biasa terjadi di tungkai atas, dan sebagian kecil pada kepala, suara, dan tungkai bawah.[14,15]
Parkinsonisme Atipikal
Parkinsonisme atipikal disebabkan oleh komplikasi dari penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan deposit abnormal alfa sinuklein pada batang otak. Tipe parkinsonisme ini sering didiagnosis setelah melakukan eksklusi parkinsonisme sekunder akibat obat, hidrosefalus, atau parkinsonisme vaskular. Etiologi parkinsonisme atipikal adalah demensia badan Lewy, multiple system atrophy (MSA), progressive supranuclear palsy (PSP), dan corticobasal syndrome (CBS).[5]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu diagnosis adalah magnetic resonance imaging (MRI) dan single-photon emission computed tomography (SPECT) untuk melakukan visualisasi transporter dopamin presinaptik. Pemeriksaan genetik mungkin bermanfaat pada pasien dengan parkinsonisme juvenile atau riwayat keluarga yang signifikan. Pencitraan pada parkinsonisme akibat obat akan tampak normal baik dengan MRI maupun CT scan.[4,14]
Pencitraan
MRI pada parkinsonisme berfungsi untuk mengidentifikasi kelainan struktural (misalnya tumor), lesi vaskular, hidrosefalus, atau kelainan mineralisasi otak. Pada parkinsonisme vaskular, tampak hiperintensitas pada white matter dan periventrikel. Sedangkan pada hidrosefalus tekanan normal akan terlihat pembesaran ventrikel dengan atrofi parenkim minimal.[4,13]
Penurunan aliran darah serebral karena tekanan (pada hidrosefalus), infark, atau deposit kalsium dapat jelas terlihat melalui CT scan. Pencitraan transporter dopamin melalui single-photon emission computed tomography (SPECT) dapat mendeteksi degenerasi neuron dopaminergik di striatum, tetapi baik CT scan maupun SPECT tidak dapat dengan jelas membedakan antara penyakit Parkinson dengan parkinsonisme akibat penyakit degeneratif.[4,9,13]
Pemeriksaan Genetik
Pemeriksaan genetik dilakukan pada kasus yang dicurigai sebagai parkinsonisme onset dini. Sebelum melakukan pemeriksaan, klinisi perlu menggali riwayat gejala pada keluarga. Sejauh ini belum ada pedoman konseling genetik, tetapi pemeriksaan ini jarang diperlukan apabila tidak ditemukan anggota keluarga yang bergejala. Analisis genetik yang akurat, misalnya pada kecurigaan penyakit Wilson pada usia muda, akan meningkatkan prognosis dan mencegah komplikasi berat.[3,4]