Pendahuluan Stroke pada Anak
Stroke merupakan gejala atau tanda neurologis akut yang disebabkan oleh infark atau perdarahan otak. Insiden stroke anak 2.1-7.8 per 100.000 anak per tahun, dan merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada populasi anak, dengan tingkat mortalitas 7-28% pada stroke iskemik, dan 6-54% pada stroke hemoragik.[1,2]
Klasifikasi stroke dibagi berdasarkan etiologi dan usia. Berdasarkan etiologinya, stroke dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Berdasarkan usia, stroke dibagi menjadi perinatal stroke yang terjadi pada usia gestasi 20 minggu (atau 28 minggu pada beberapa literatur) sampai 28 hari pertama kehidupan dan childhood stroke yang terjadi saat usia diatas 28 hari sampai 18 tahun.[1,3]
Etiologi dan faktor risiko stroke pada anak berbeda dengan stroke pada dewasa. Etiologi dan faktor risiko stroke iskemik pada anak yaitu vaskulopati, infeksi, kelainan jantung, dan gangguan hematologi, sedangkan pada stroke hemoragik yaitu trauma, gangguan vaskular (malformasi arteriovena, aneurisma), dan gangguan pembekuan darah.[1-5]
Manifestasi klinis stroke bervariasi tergantung pada tipe stroke, usia, dan area lesi otak. Pada dasarnya manifestasi stroke bervariasi dari defisit neurologis fokal dan non-fokal seperti gangguan kesadaran, mual, muntah dan kejang. Kecurigaan dan diagnosis stroke pada neonatus yang datang dengan kejang sering terlewatkan.[1,2,4-6]
Tanda dan gejala stroke pada anak yang lebih tua menyerupai dewasa yaitu hemiparesis dan kelemahan satu sisi wajah (67-90%), gangguan bicara dan bahasa (20-50%), gangguan penglihatan (10-15%), dan ataksia (8-10%). Manifestasi lain yaitu sakit kepala, perubahan status mental, dan kejang (15-25%).[1,5]
Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) otak merupakan baku emas untuk menegakkan diagnosis stroke pada anak. Bila MRI tidak dapat dilakukan segera atau tidak tersedia, pemeriksaan computed tomography (CT scan} dapat dilakukan dengan catatan pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu, dalam mendeteksi stroke iskemik akut.[3-5]
Pemeriksaan penunjang seperti ekokardiografi, elektroensefalografi (EEG), pungsi lumbal dapat dilakukan pada pasien sesuai dengan riwayat atau kecurigaan pada saat evaluasi klinis.[3-6,10,24]
Tatalaksana stroke pada anak secara umum adalah menatalaksana etiologi penyebab dan mencegah perburukan stroke. Revaskularisasi dengan trombolisis pada stroke iskemik belum direkomendasikan pada anak namun pada beberapa kasus dengan indikasi tertentu telah dilaporkan. Dosis pemberian tissue plasminogen activator (tPA) pada anak masih mengacu pada dosis dewasa. Terapi invasif lain yang dapat dipertimbangkan pada anak dengan stroke iskemik adalah trombektomi dan hemikraniektomi.[1,3-5]
Pemberian antikoagulan seperti heparin atau antiplatelet seperti aspirin dapat diberikan pada anak dengan stroke iskemik akut, dengan kondisi penyerta seperti diseksi ekstrakranial, kardioemboli, arteriopati, dan trombofilia. Hal ini didasarkan pada risiko rekurensi stroke yang lebih tinggi. Aspirin tidak direkomendasikan pada anak dengan anemia sel sabit.[3,5]
Pada stroke hemoragik, tatalaksana menyerupai pada orang dewasa. Apabila terdapat gangguan pembekuan darah herediter, terapi konsentrat faktor pembekuan darah dapat diberikan.[25]
Komplikasi stroke antara lain epilepsi, gangguan neurologis, motorik, bahasa, dan fungsi kognitif. Stroke iskemik arterial memiliki tingkat rekurensi sekitar 6-35%, terutama pada anak dengan arteriopati, mencapai 65%.[1,2]