Pendahuluan Tension Type Headache
Tension type headache atau sakit kepala tegang, adalah tipe nyeri kepala yang paling sering terjadi. Karakteristik tension type headache (TTH) adalah nyeri kepala berulang, terasa menekan atau menyempit, dengan intensitas ringan hingga sedang pada kedua sisi kepala. Nyeri tidak dipengaruhi aktivitas biasa, seperti berjalan atau naik tangga, dan biasanya tidak disertai fotofobia, fonofobia, maupun nausea.[1–3]
Patofisiologi TTH diduga berhubungan dengan adanya trigger point pada muskulus perikranial yang yang berkontraksi berlebihan, kemudian menyebabkan iskemia dan rasa nyeri. Disfungsi otonom, yang diakibatkan oleh gangguan tidur, termasuk insomnia, serta peningkatan nitrit oksida juga diduga berperan dalam menyebabkan TTH.[3,4]
Diagnosis TTH ditegakkan berdasarkan keluhan pasien yang sesuai dengan karakteristik nyeri kepala TTH. Pada pemeriksaan fisik, biasanya tidak ditemukan hasil abnormal. Terkadang, dapat ditemukan pericranial tenderness saat palpasi. Diagnosis dan pemeriksaan fisik juga berperan untuk menyingkirkan diagnosis banding, seperti migraine dan nyeri kepala sekunder, misalnya akibat perdarahan intrakranial, hipertensi intrakranial, atau meningitis.[3–5]
Tata laksana TTH saat serangan akut adalah dengan pemberian analgesik, seperti ibuprofen dan paracetamol. Pada pasien TTH kronis, mungkin diperlukan terapi profilaksis. Pilihan obat lini pertama untuk profilaksis TTH adalah amitriptyline. Terapi non-farmakologis, seperti terapi fisik dan terapi perilaku, misalnya cognitive-behavioral therapy (CBT) dapat juga digunakan.[4,6]
Edukasi bagi pasien TTH diberikan agar pasien mencatat episode nyeri kepala yang terjadi pada headache calendar. Pencatatan dengan rutin dapat membantu mengidentifikasi faktor pencetus, misalnya stres atau postur tubuh yang buruk. Dokter juga perlu memberitahu pasien untuk menghindari penggunaan analgesik berlebihan, sebab berpotensi menyebabkan medication overuse headache. Penggunaan analgesik sebaiknya maksimal 3 hari berturut-turut.[3,4]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra