Patofisiologi Tension Type Headache
Patofisiologi tension type headache atau TTH diduga berhubungan dengan myofascial trigger points pada otot-otot perikranial yang mengalami kontraksi berlebihan. Selain itu, disfungsi otonom dan nitrit oksida juga mungkin mendasari terjadinya TTH.
Myofascial Trigger Points
Trigger point atau titik rangsang terletak pada otot skeletal dan menyebabkan munculnya rasa nyeri saat ditekan. Muskulus perikranial diduga menjadi titik rangsang yang berperan pada tension type headache (TTH). Kontraksi berlebihan dari muskulus perikranial menyebabkan iskemia yang mengakibatkan rasa nyeri semakin hebat. Titik rangsang dapat menjadi laten, yang berarti nyeri timbul hanya saat dilakukan palpasi, atau menjadi lebih aktif, yaitu rasa nyeri ada terus-menerus.
Selain itu, terjadi sensitisasi sel-sel neuron pada bagian dorsal medula spinalis, nukleus trigeminalis, atau neuron supraspinal yang disertai dengan berkurangnya hambatan inhibisi pada struktur supraspinal. Hal ini diakibatkan input nosiseptif kontinyu dari jaringan myofascial, dan juga diduga berperan pada patofisiologi TTH.[3,7]
Disfungsi Otonom
Disfungsi otonom, terutama karena gangguan tidur, dapat menjadi patofisiologi TTH. Keadaan kurang tidur menyebabkan fatigue yang dapat merangsang persarafan simpatis secara berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya atau memburuknya gejala TTH.
Nukleus kaudalis trigeminalis merupakan dari bagian jalur nosiseptif pada wajah. Ketika nukleus ini distimulasi oleh molekul yang bernama orexin, jalur nosiseptif akan mengalami inhibisi. Pada pasien gangguan tidur, pelepasan orexin lebih rendah, sehingga hambatan pada nukleus kaudalis trigeminalis berkurang. Akibatnya, muncul nyeri kepala.[2]
Nitrit Oksida
Nitrik oksida juga diperkirakan menjadi mediator lokal dari TTH. Pemberian NO mencetuskan gejala TTH pada pasien dengan TTH kronik. Inhibisi dari produksi NO dapat menurunkan ketegangan otot dan rasa nyeri.[8]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra