Prognosis Abortus
Prognosis abortus bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk penyebab yang mendasari, pendekatan penatalaksanaan yang digunakan, dan kesehatan individu secara keseluruhan. Beberapa pasien tidak mengalami komplikasi apapun setelah abortus ataupun pada kehamilan berikutnya. Tetapi abortus juga telah banyak dikaitkan dengan peningkatan risiko abortus berulang dan komplikasi kehamilan berikutnya.[15,19]
Komplikasi
Komplikasi maternal dari abortus mencakup perdarahan, perforasi uterus, infeksi, maupun syok.[15,18]
Perdarahan
Perdarahan masif atau terus menerus dapat terjadi akibat sisa jaringan tertinggal di dalam kavum uteri dan tidak segera dilakukan evakuasi atau pengosongan uterus.[15,18]
Perforasi Uterus
Perforasi uterus dapat terjadi akibat tindakan kuretase, terutama pada uterus dengan posisi hiperretrofleksi. Jika diduga adanya perforasi, maka harus segera dilakukan laparotomi untuk menentukan luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi, dan jika perlu dilakukan histerektomi.[15,18]
Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat ditemukan pada abortus inkomplit dan abortus provokatus yang dikerjakan secara asepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, maka dapat terjadi peritonitis atau sepsis.[15,18]
Syok
Syok hemoragik pada abortus umumnya terjadi karena perdarahan akibat abortus itu sendiri ataupun akibat penggunaan obat, seperti misoprostol, ataupun tindakan kuretase. Syok septik juga bisa terjadi akibat komplikasi infeksi.[15,18]
Sindrom Asherman
Sindrom Asherman adalah kondisi yang didapat dimana jaringan parut terbentuk di dalam rahim akibat tindakan kuretase. Pasien yang mengalami sindrom Asherman bisa mengalami amenore atau penurunan aliran menstruasi, serta bisa mempengaruhi kesuburan di masa depan.[15]
Risiko Kardiovaskular
Beberapa studi menunjukkan adanya peningkatan risiko terbentuknya aterosklerosis, terutama pada wanita yang lebih muda dari 35 tahun. Pasien yang mengalami abortus juga dilaporkan mengalami peningkatan risiko infark miokard, infark serebrovaskular, dan hipertensi renovaskular dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami abortus.[15]
Disseminated Intravascular Coagulation
Dalam kasus yang sangat jarang, abortus bisa menyebabkan disseminated intravascular coagulation apabila interval tunggu dari expectant management sangat lama (> 8 minggu) atau berlanjut hingga paruh kedua kehamilan.[2]
Prognosis
Prognosis abortus umumnya baik terutama pada ibu hamil yang baru pertama kali mengalami abortus dan tidak didapatkan kelainan yang mendasari maupun komplikasi apapun. Pada ibu dengan kejadian abortus berulang, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut mengenai berbagai faktor yang dapat menyebabkan abortus jika ingin merencanakan kehamilan selanjutnya.[15]
Expectant management telah dilaporkan memiliki tingkat keberhasilan 66-91%, tergantung pada jenis abortus, dengan keberhasilan tertinggi pada abortus inkomplit. Pada 1-2% kasus akan diperlukan transfusi darah. Terapi medikamentosa dengan misoprostol dilaporkan menghasilkan terminasi komplit pada 81-95% kasus. Aplikasi melalui vagina dikaitkan dengan efikasi terbaik dan efek samping lebih sedikit. Kuretase dibutuhkan pada 5-20% kasus. Kuretase menggunakan suction dikaitkan dengan angka keberhasilan 97-98%, dengan kebutuhan kuretase ulang 2-3%.[2]
Penulisan pertama oleh: dr. Pika Novriani Lubis