Pendahuluan Menorrhagia
Menorrhagia merupakan kondisi perdarahan pada siklus menstruasi teratur, yang durasinya memanjang lebih dari 7 hari atau volume perdarahan memberat dengan darah haid lebih dari 80 ml selama satu siklus. Sebenarnya saat ini istilah menorrhagia mulai ditinggalkan dan telah digantikan dengan istilah perdarahan uterus abnormal atau PUA.[1,2]
Untuk mendiagnosis menorrhagia, perlu ditanyakan riwayat menstruasi dan kemungkinan faktor yang mendasari, misalnya gangguan perdarahan atau konsumsi obat tertentu. Keluhan tambahan dapat berupa penurunan berat badan, nyeri, discharge, dan gejala anemia.
Pada pemeriksaan fisik, pasien bisa menunjukkan tanda anemia ataupun hipovolemia. Selain itu, juga perlu dilakukan pemeriksaan ginekologi yang mencakup pemeriksaan vagina, serviks, dan uterus. Pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan kecurigaan etiologi dari menorrhagia. Penyebab menorrhagia antara lain sindrom ovarium polikistik, diabetes mellitus yang tidak terkontrol, disfungsi tiroid, dan hiperprolaktinemia. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan sesuai indikasi adalah USG pelvis, kadar besi, hemoglobin, faktor koagulasi, dan Pap smear.[3,4]
Tata laksana pada menorrhagia disesuaikan dengan kondisi pasien. Apabila perdarahan yang dialami oleh pasien cukup banyak hingga menyebabkan gangguan hemodinamik, maka stabilisasi kondisi pasien adalah yang paling utama. Pasien mungkin memerlukan resusitasi cairan atau transfusi darah. Setelah itu, tujuan penatalaksanaan adalah mencari etiologi, mengobati etiologi, sembari mengontrol perdarahan dan mengurangi episode perdarahan di masa mendatang.
Pada beberapa kasus, dapat diperlukan tindakan pembedahan, utamanya jika terdapat penyebab struktural yang jelas. Pembedahan juga dapat dipertimbangkan jika farmakoterapi kurang efektif. Pasien mungkin memerlukan polipektomi, fibroidektomi, embolisasi arteri uterina, atau ablasi endometrium. Histerektomi merupakan langkah pengobatan yang paling definitif.[2]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani