Patofisiologi Menorrhagia
Beberapa teori patofisiologi menorrhagia menduga terjadinya menorrhagia berkaitan dengan haemostatic plug yang menyebabkan peningkatan jumlah darah dan lama menstruasi. Segala keadaan yang dapat menyebabkan gangguan perdarahan dan pembekuan juga dapat menyebabkan terjadinya menorrhagia, misalnya penggunaan obat antikoagulan seperti warfarin atau penyakit seperti penyakit von Willebrand. Istilah menorrhagia mulai ditinggalkan dan telah digantikan dengan istilah perdarahan uterus abnormal atau PUA[2,4]
Fisiologi Siklus Menstruasi
Pada siklus menstruasi normal, terdapat 4 fase yaitu fase folikuler, luteal, implantasi, dan menstruasi. Pertama-tama, GnRH (gonadotropin-releasing hormone) dari hipotalamus akan menstimulasi kelenjar hipofisis untuk mensintesis FSH (follicle-stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone), yang kemudian akan menginduksi produksi estrogen dan progesteron.
Pada fase folikuler, stimulasi dari estrogen akan menyebabkan terjadinya penebalan pada dinding endometrium. Pada fase luteal, terjadi proses ovulasi dan progesteron akan menyebabkan maturasi endometrium. Apabila terjadi proses pembuahan pada sel telur, maka sel telur yang dibuahi akan mengalami proses implantasi pada endometrium yang sudah matur, dan akan terjadi proses kehamilan. Namun, apabila pembuahan tidak terjadi, maka kadar estrogen dan progesteron menurun sehingga menyebabkan menstruasi.[2]
Patofisiologi Menorrhagia
Menorrhagia terjadi apabila terdapat gangguan dalam mekanisme siklus menstruasi normal tersebut. Proses yang mengganggu fungsi endokrin, parakrin. hemostatik normal endometrium, ataupun gangguan kontraktilitas miometrium dapat menyebabkan menorrhagia.
Polip
Mekanisme polip endometrium menyebabkan menorrhagia belum sepenuhnya dipahami. Adanya pembuluh darah pada jaringan polip diduga berkontribusi dalam timbulnya menorrhagia. Polip endometrium juga diduga dapat menyebabkan peluruhan endometrium yang inkomplit sehingga mungkin berkaitan dengan terjadinya menorrhagia.
Leiomyoma
Leiomyoma umumnya asimptomatik, namun pada beberapa kasus dapat menimbulkan menorrhagia. Leiomyoma diduga dapat menimbulkan menorrhagia karena terjadi peningkatan luas permukaan uterus, peningkatan vaskularisasi dan aliran vaskular ke dalam uterus, penurunan kontraktilitas miometrium, dan adanya ulserasi endometrium pada leiomioma submukosa.
Adenomiosis
Penyebab menorrhagia pada adenomiosis belum diketahui. Adenomiosis diduga dapat mempengaruhi kontraktilitas miometrium yang dapat berkontribusi pada terjadinya menorrhagia.
Koagulopati
Penurunan kekuatan dan integritas bekuan darah karena pemecahan fibrin akan menyebabkan peningkatan kehilangan darah selama menstruasi. Hal inilah yang menyebabkan pasien dengan koagulopati mengalami menorrhagia. Contoh dari kondisi koagulopati yang dapat menyebabkan menorrhagia adalah penyakit von Willebrand.
Disfungsi Ovarium
Sindrom ovarium polikistik adalah kondisi ginekologi yang ditandai dengan siklus anovulasi, obesitas, fitur androgen berlebihan, dan menorrhagia. Tingginya androgen akan menyebabkan periode kerja estrogen yang berlebihan dan berkepanjangan, yang diduga berkaitan dengan menorrhagia.
Akibat Obat
Obat seperti tamoxifen memiliki efek estrogenik, sehingga dapat menginduksi pertumbuhan endometrium dan diduga berkaitan dengan menorrhagia. Wanita yang menggunakan terapi hormonal progestogenik, seperti pil kontrasepsi progestogen, juga dapat mengalami menorrhagia. Hal ini diduga berkaitan dengan efek vaskulogenesis terkait kerja progestogen.[2,4,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani