Patofisiologi Polyhidramnion
Patofisiologi polyhidramnion adalah ketidakseimbangan antara produksi dan reabsorbsi cairan amnion. Pada kehamilan tunggal normal, cairan amnion akan bertambah dengan cepat sampai usia kehamilan 33 minggu, dan berkurang pada 38-42 minggu kehamilan. Volume cairan amnion pada usia 22-39 minggu kehamilan rata-rata 630-817 ml, bila volume lebih banyak dari 95 persentil maka dinyatakan polyhidramnion.[5]
Produksi cairan amnion berasal dari produksi urin fetus, sekresi saluran pernapasan fetus dan sekresi oral fetus. Reabsorbsi cairan melalui metode penelanan oleh fetus, absorbsi intramembranosa, dan intravaskular. Fetus yang hampir mencapai masa aterm memproduksi cairan amnion dalam bentuk urin antara 500–1200 ml dan menelan antara 210–760 ml cairan amnion per hari. Dua mekanisme utama terjadinya polyhidramnion adalah penurunan reabsorbsi cairan amnion dan peningkatan produksi cairan amnion.[1,4,5]
Penurunan Reabsorbsi Cairan Amnion
Reabsorbsi cairan amnion bisa melalui berbagai mekanisme, namun penyebab polyhidramnion utama adalah penurunan kemampuan fetus menelan cairan ketuban. Bila terdapat kelainan traktus gastrointestinal, contohnya atresia duodenum, hal ini dapat mengganggu proses reabsorbsi cairan amnion.[1,4]
Peningkatan Produksi Cairan Amnion
Peningkatan jumlah cairan amnion dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, paling umum adalah karena peningkatan produksi urin dan sekresi cairan paru fetus. Diabetes gestational yang tidak terkontrol berhubungan dengan fetal macrosomia dan polyhidramnion tetapi patogenesisnya belum dipahami secara pasti. Satu penjelasan yang mungkin adalah keadaan hiperglikemia pada fetus dapat meningkatan diuresis osmotik yang pada akhirnya menyebabkan poliuria. Teori ini didukung oleh suatu bukti yang kuat hubungan antara tingginya nilai glycosylated hemoglobin (HBA1c) pada kasus dengan polyhidramnion.[1,5]