Prognosis Polyhidramnion
Prognosis ibu hamil dengan polyhidramnion yang tidak berhubungan dengan penyakit lainnya umumnya baik. Berbeda dengan prognosis janin, mortalitas perinatal meningkat 2-5 kali pada kasus polyhidramnion idiopatik bila dibandingkan dengan populasi umum. Komplikasi yang terjadi pada kehamilan polyhidramnion adalah akibat dari overdistensi uterus.[1,15]
Komplikasi
Kehamilan dengan polyhidramnion dapat menyebabkan overdistensi uterus. Kondisi tersebut dapat menyebabkan komplikasi obstetrik seperti berikut:
- maternal dyspnea
- kelahiran preterm
- ketuban pecah dini
- malpresentasi fetus
- prolaps tali pusat
- perdarahan postpartum
- makrosomia akibat diabetes mellitus gestasional
- hipertensi dalam kehamilan
- infeksi saluran kemih[1,15]
Sebuah studi longitudinal prospektif pada kehamilan tunggal dengan polyhidramnion memiliki potensial komplikasi seperti meningkatnya risiko sectio caesarea karena indikasi fetus, perawatan intensif pada neonatus, berat badan lahir besar, serta menurunnya skor APGAR 5 menit.[1]
Prognosis
Perbedaan derajat polyhidramnion berhubungan dengan kondisi neonatus, dimana semakin berat derajat polyhidramnion semakin tinggi angka mortalitas fetus dan malformasi kongenital. Polyhidramnion yang terjadi sebelum usia kehamilan 30 minggu memiliki prognosis yang lebih buruk karena tinggi kemungkinan adanya kelainan neurologi fetus. Yefet dan Spiegel, 2016, menyebutkan pada penelitiannya bahwa terlepas dari hasil pemeriksaan USG janin yang normal, polyhidramnion berkaitan dengan tingginya angka kejadian malformasi fetus, sindrom genetik, kelainan neurologi maupun keterlambatan perkembangan janin yang mungkin dapat didiagnosis setelah kelahiran.[11,14]
Polyhidramnion juga akan mempengaruhi prognosis proses persalinan karena dapat menyebabkan risiko persalinan preterm, letak janin tidak stabil, malpresentasi, prolaps tali pusat dan abrupsio plasenta.[14]