Penatalaksanaan Ablatio Retina
Penatalaksanaan ablatio retina atau retinal detachment adalah kasus rujukan darurat ke ophthalmologist subspesialis retina. Sebaiknya tindakan dapat dilakukan kurang dari 24 jam setelah diagnosis ablatio retina perifer yang belum mengenai makula, sedangkan pada ablatio makula operasi dapat ditunda 1-2 minggu.
Tata laksana ablatio retina regmatogen dan traksional adalah melalui pembedahan, sedangkan penatalaksanaan ablatio retina eksudatif difokuskan pada penyakit yang mendasarinya.[2]
Persiapan Rujukan
Pasien yang dicurigai sebagai ablatio retina dari anamnesis dan pemeriksaan fisik harus dirujuk ke ophthalmologist subspesialis retina untuk mendapatkan pemeriksaan lanjutan dalam 24 jam pertama.
Edukasi pasien untuk tidak makan minum sama sekali sebelum dilakukan pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk mempersiapkan kemungkinan dilakukan operasi retina segera. Bedrest dan batasi pergerakan maupun aktivitas pasien yang dapat meningkatkan tekanan intraokular.[4]
Pembedahan
Pasien ablatio retina dengan kondisi makula yang baik memerlukan tindakan pembedahan segera dalam waktu 24 jam setelah diagnosis, untuk mencegah perluasan ablatio ke daerah makula dan penurunan tajam penglihatan yang permanen.
Bila ablatio retina telah mengenai bagian makula, operasi dapat ditunda hingga 1-2 minggu. Ablatio retina yang terlambat ditangani akan membentuk jaringan parut yang disebut proliferative vitreoretinopathy (PVR), yang akan mempersulit penempelan kembali retina pada tindakan pembedahan dan meningkatkan risiko re-detachment pasca pembedahan.[1,2,4,6]
Pembedahan pada kasus ablatio retina bertujuan untuk menemukan break retina (ablatio retina regmatogen), menempelkan kembali lapisan retina ke koroid, menutup break retina, serta mencegah terbentuknya kembali break di retina. Prosedur pembedahan dapat dilakukan melalui pendekatan eksternal, yaitu menekan bagian sklera menggunakan pengikat berbahan silikon (scleral buckling).
Scleral buckling dapat dilakukan untuk ablatio retina tanpa komplikasi dan apabila fasilitas untuk melakukan tindakan lain tidak tersedia. Untuk ablatio retina dengan PVR, robekan retina yang luas, koloboma koroid, dan trauma tembus bola mata, dikerjakan tindakan vitrektomi pars plana. Terkadang pada beberapa kasus dapat dilakukan kombinasi.[1,2,4,6]
Scleral Buckling
Scleral buckling merupakan penatalaksanaan ablatio retina dengan memasangkan pengikat/ band silikon yang fleksibel permanen, mengelilingi bola mata untuk melawan tekanan yang menyebabkan penarikan retina.
Tindakan scleral buckling sering dikombinasi dengan drainase cairan di ruang subretina sehingga memungkinkan penempelan kembali lapisan retina yang terlepas. Pada tindakan ini pasien tidak membutuhkan posisi tertentu pasca pembedahan (bila tidak dimasukkan gas intraokular), juga tidak menimbulkan komplikasi katarak.[18,19]
Scleral buckling ideal dilakukan untuk ablatio retina dengan break retina bagian anterior, superior, atau inferior, serta pada kasus dialisis retina. Scleral buckling juga lebih diminati untuk kasus ablatio retina anak-anak, sebab tindakan vitrektomi dapat menimbulkan risiko komplikasi posterior vitreous detachment.[18,19]
Kegagalan tindakan scleral buckling disebabkan karena tidak ditemukannya lokasi break retina, kondisi retina fish mouthing, kekuatan atau posisi buckle yang tidak adekuat, pembentukan break baru, dan terdapatnya PVR.
Efek samping dan komplikasi yang dapat terjadi pasca scleral buckling antara lain rasa nyeri, edema periorbita, perdarahan subretina, inkarserasi vitreoretina, diplopia, perubahan refraksi, gangguan posisi buckle, dan infeksi.[18]
Vitrektomi Pars Plana
Vitrektomi pars plana dilakukan dengan mengeluarkan vitreous dari dalam bola mata untuk kemudian digantikan dengan gas atau silicone oil. Gas atau silicone oil yang dimasukkan ke dalam ruang bekas vitreous tadi akan berfungsi sebagai tamponade yang menekan lapisan retina dan memungkinkan terjadinya penempelan kembali.[19,20]
Tamponade gas intraokular berupa SF6 (sulfur hexafluoride), C3F8 (perfluoropropane), CF4 (carbon tetrafluoride), C2F6 (hexafluoroethane), C410 (perfluorobutane) memiliki kemampuan ekspansi yang berbeda-beda. Gas-gas tersebut akan diabsorpsi dan digantikan dengan cairan intraokular yang diproduksi.
Pasien dengan injeksi gas intraokular membutuhkan positioning kepala tertentu pasca pembedahan agar gas mampu menekan daerah retina yang diinginkan. Tamponade menggunakan silicone oil membutuhkan tindakan tambahan untuk mengeluarkannya di kemudian hari.
Waktu yang dibutuhkan untuk adhesi lapisan retina rata-rata adalah 7 hari. Pada suatu penelitian didapatkan angka kejadian proliferative retinopathy setelah tamponade gas lebih tinggi.[19,20]
Tindakan vitrektomi pars plana lebih dipilih dibandingkan scleral buckling pada kasus break retina posterior, giant retinal breaks, macular hole, sklera yang tipis, PVR grade C dan D, pasien dengan penggunaan alat drainase glaukoma, riwayat operasi strabismus sebelumnya, dan kekeruhan media penglihatan sehingga tidak memungkinkan visualisasi retina perifer. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah pembentukan katarak yang lebih cepat, peningkatan tekanan intraokular, dan break retina iatrogenik.[18]
Dalam tindakan vitrektomi pars plana dapat dilakukan tindakan lain seperti endofotokoagulasi untuk membantu menghentikan perdarahan pada retina, menangani break retina posterior, dan mengatasi neovaskularisasi pada retina. Pada kasus ablatio retina traksional, selain vitrektomi dan injeksi gas/silicone oil, tindakan lain seperti membrane peeling juga dilakukan.[18-20]
Kombinasi Scleral Buckling dan Vitrektomi
Pada kasus tertentu, misalnya break di daerah inferior, tindakan vitrektomi dapat dikombinasi dengan scleral buckling. Tidak ada konsensus mengenai terapi standar untuk satu kasus ablatio retina, pertimbangan tindakan yang akan dilakukan biasanya berdasarkan faktor-faktor seperti usia pasien, durasi ablatio retina, jumlah dan lokasi break retina, ada tidaknya PVR, ketersediaan peralatan operasi, dan preferensi operator.[18,20]
Pneumatic Retinopexy
Pneumatic retinopexy merupakan tindakan pemasukan gas intraokular tanpa drainase cairan yang diperuntukkan ablatio retina tanpa komplikasi. Pasien akan harus berbaring dengan posisi kepala tertentu selama beberapa hari agar udara dapat menekan ke arah retina yang mengalami terlepas.
Angka reattachment melalui pneumatic retinopexy mencapai 91% namun berkurang menjadi 80% apabila gas sudah menghilang. Kejadian break baru mencapai 15% dan proliferative retinopathy sebesar 4% pasca tindakan pneumatic retinopexy.[19,20]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri