Diagnosis Pterygium
Diagnosis pterygium dapat dicurigai pada pasien dengan keluhan mata terasa panas, gatal, atau berair. Pada awalnya, mungkin pterygium tidak menimbulkan gejala. Konfirmasi diagnosis dilakukan berdasarkan bentuk klinis lesi pterygium yang dapat untuk melihat pertumbuhan jaringan berbentuk seperti sayap atau segitiga pada limbus.[2]
Anamnesis
Pterygium pada stadium awal umumnya asimptomatik, dan gambaran lipatan segitiga pada konjungtiva terkadang belum terlihat jelas. Pada tahap lebih lanjut, pasien dapat mengeluhkan mata merah, gatal, terasa panas atau terbakar, dan berair. Hal-hal ini terjadi karena perubahan ireguler pada permukaan okular.[5]
Pterygium berjalan kronik, dalam hitungan bulan atau tahun. Pada stadium lebih lanjut, saat pterygium sudah melewati limbus hingga mencapai pusat aksis mata, pasien akan mengeluhkan penurunan tajam penglihatan. Sebagian besar pasien juga mengeluhkan pterygium membuat tampilan mata secara kosmetik menjadi tidak baik.[1,2,13]
Anamnesis pterygium mencakup berapa lama keluhan dirasakan oleh pasien, karena umumnya Riwayat pekerjaan pasien juga perlu digali, untuk mengetahui apakah pasien sering berada di luar ruangan atau terpapar sinar matahari. Paparan terhadap iritan, misalnya debu dan asap, juga perlu diketahui. Selain itu, tanyakan riwayat terkena pterygium terdahulu dan riwayat keluarga yang pernah terkena pterygium.[3]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mata, lakukan juga pemeriksaan tajam penglihatan. Periksa keseluruhan bola mata dan pastikan tidak ada hal lain yang menyebabkan gangguan visus. Gangguan visus pada pterygium dapat disebabkan oleh pertumbuhan jaringan pterygium yang menghalangi aksis visual, atau akibat terjadinya astigmatisme.[2,14]
Pemeriksaan fisik pterygium sebaiknya dilakukan secara berkala, diulang setiap 1–2 tahun untuk menilai kecepatan pertumbuhan lesi terhadap aksis penglihatan. Dengan menggunakan slit lamp, ukur besarnya pterygium dari limbus ke kornea. Kemudian, catat dalam bentuk diagram atau foto sehingga ketika pasien datang lagi untuk kontrol, bisa diketahui apakah lesi membesar atau tidak.[2,13]
Awasi adanya tanda-tanda atipikal yang mengarah ke displasia, misalnya adanya gambaran leukoplakia, massa gelatinosa yang menonjol, atau pembuluh darah yang besar. Lakukan juga pemeriksaan motilitas bola mata untuk melihat apakah pterygium mengganggu pergerakan.[13]
Gambaran Lesi Pterygium
Diagnosis pterygium dilakukan berdasarkan bentuk klinis lesi. Pada lesi, dapat terjadi pertumbuhan fibrovaskular pada konjungtiva dimulai dari fissura palpebra yang berlanjut hingga permukaan kornea. Lesi berbentuk segitiga, atau dapat juga menyerupai trapezium dengan bagian apeks atau kepala yang berada pada kornea. Lesi pterygium dapat ditemukan pada limbus bagian temporal, maupun nasal, dan dapat mengenai 1 mata atau 2 mata.[2]
Pembuluh darah dapat terlihat berjalan searah dengan apeks pterygium. Terkadang, lesi tampak timbul, berwarna putih atau merah muda, tergantung vaskularisasi. Pada tahap akhir, lesi dapat tampak sangat tebal dan menutupi aksis visual.[2]
Selain itu, kadang terdapat pinguekula pada mata ipsilateral ataupun kontralateral. Jika ditemukan garis epitel berpigmen yang dikenal sebagai garis Stocker, maka hal tersebut menandakan pterygium sudah berjalan kronis.[2]
Pterygium terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
The cap, merupakan zona paling depan yang terletak di kornea. The cap terdiri atas fibroblast yang menginvasi dan menghancurkan membrane bowman
The head atau apeks, merupakan zona vaskular yang terletak sebelum the cap, dan menempel erat terhadap kornea
The body, merupakan area mobile yang terletak di konjungtiva bulbar, di mana dapat dengan mudah dipotong dari konjungtiva[1,3]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding pterygium, antara lain pinguekula, pseudopterygium, dan ocular surface squamous neoplasia.
Pinguekula
Pinguekula merupakan benjolan berwarna kuning yang tumbuh pada lapisan konjungtiva. Pterygium tahap awal dapat mirip dengan pinguekula, tetapi bila pertumbuhan lesi melewati limbus, maka diagnosisnya adalah pterygium.[3,14]
Pseudopterygium
Pseudopterygium secara klinis memiliki gejala dan tanda yang serupa dengan pterygium. Pseudopterygium terjadi akibat inflamasi permukaan okular yang disebabkan karena trauma, konjungtivitis sikatrikal, trauma bedah atau ulkus.
Berbeda dengan pterygium, pseudopterygium tidak memiliki ciri melekat pada limbus kornea. Pseudopterygium dapat terjadi di kuadran mata manapun, dan tidak bersifat progresif. Selain itu, secara morfologi, tidak bisa dibedakan dengan jelas antara bagian cap, head, dan body.[3,14]
Ocular Surface Squamous Neoplasia
Ocular surface squamous neoplasia (OSSN) memiliki perkembangan penyakit yang lebih pendek dibandingkan pterygium. Pada OSSN akan ditemukan tanda dysplasia seperti leukoplakia, masa gelatinosa yang timbul, atau pembuluh darah yang besar.[1,13]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra