Prognosis Pterygium
Prognosis pterygium secara visus dan kosmetik cukup baik, karena umumnya pasien dapat kembali ke aktivitas normal dalam 48 jam pascaoperasi. Namun, pterygium memiliki potensi untuk bersifat rekuren. Komplikasi yang mungkin terjadi akibat pterygium, antara lain astigmatisme dan ocular surface squamous neoplasia (OSSN).
Komplikasi
Komplikasi pada pterygium adalah gangguan penglihatan yang dapat terjadi karena pterygium menghalangi aksis visual, maupun akibat astigmatisme. Komplikasi juga dapat terjadi akibat tata laksana pembedahan.[3,4]
Astigmatisme
Pterygium yang menghalangi aksis visual merupakan indikasi absolut untuk dilakukannya tindakan pembedahan. Namun, visus pasien mungkin telah mengalami gangguan meskipun hal tersebut belum terjadi.
Pterygium menyebabkan iregularitas pada permukaan kornea, sehingga menyebabkan astigmatisme dan asimetri permukaan bola mata. Perubahan topografi mata akibat pterygium bersifat reversible, setelah eksisi pterygium. Namun, ada kemungkinan terjadi residual postoperative astigmatism. Pterygium yang berukuran lebih besar, diduga lebih menyebabkan gangguan refraksi, dan eksisinya juga dihubungkan dengan perubahan pada topografi kornea.[3,4]
Ocular Surface Squamous Neoplasia
Ocular surface squamous neoplasia (OSSN) merupakan spektrum kelainan yang mencakup displasia ringan pada permukaan okular, hingga karsinoma sel skuamosa invasif. OSSN dan pterygium memiliki faktor risiko serupa, yaitu sinar ultraviolet, inflamasi kronis, paparan kronis terhadap iritan, seperti debu, dan virus onkogenik, misalnya human papilloma virus (HPV). Oleh sebab itu kedua penyakit ini dapat terjadi bersamaan, dan diduga berhubungan.
Usia yang lebih tua dan pterygium yang letaknya inferior merupakan 2 hal yang diduga berhubungan dengan prevalensi OSSN pada sampel pterygium. Setelah eksisi pterygium, sebaiknya kirim sampel untuk pemeriksaan histopatologi, untuk mencari adanya OSSN.[4,18]
Komplikasi Terkait Pembedahan
Komplikasi pterygium dapat disebabkan oleh tindakan pembedahan, dan dibedakan menjadi komplikasi intraoperatif, pascaoperasi dini, dan pasca operasi lanjut.[13]
Intraoperatif:
Komplikasi intraoperatif berupa perforasi bola mata, penipisan sklera dan kornea karena diseksi, perdarahan intraoperatif, kerusakan otot mata, dan kesalahan peletakkan graft.[13]
Pascaoperasi Dini:
Komplikasi pascaoperasi dini antara lain defek epitel persisten, terbentuknya dellen, hematoma di bawah graft, hilangnya graft, dan terbentuknya granuloma piogenik.[13]
Pascaoperasi Lanjut:
Komplikasi pascaoperasi lanjut dapat berupa rekurensi pterygium, nekrosis korneosklera, skleritis, dan endoftalmitis.[13]
Prognosis
Prognosis pterygium setelah eksisi, baik dari segi perbaikan visus maupun kosmetik, umumnya baik. Pasien mungkin merasakan ketidaknyamanan dalam 48 jam pascaoperatif, dan dapat kembali beraktivitas normal setelahnya.[5]
Risiko rekurensi pterygium merupakan salah satu masalah pascaoperasi pterygium. Pada pasien yang mengalami rekurensi pterygium, dapat dilakukan terapi eksisi ulangan dengan tambahan terapi adjuvan. Umumnya risiko rekurensi sesuai dengan jenis terapi pembedahan, dan terjadi dalam kurun waktu 6 bulan hingga 1 tahun pertama pascaoperasi.[15,16]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra