Patofisiologi Teratoma Testis
Patofisiologi teratoma testis dibedakan menjadi teratoma testis prepubertal yang tidak berasal dari germ cell neoplasia in situ atau GCNIS dan teratoma testis postpubertal yang berasal dari GCNIS. Kasus teratoma murni umumnya ditemukan pada anak-anak tetapi jarang ditemukan pada usia dewasa. Kasus campuran lebih umum ditemukan pada usia dewasa.[1,5,6]
Teratoma testis postpubertal merupakan keganasan yang memiliki tingkat metastasis cukup tinggi, yaitu sekitar 22–37%. Secara makroskopis, teratoma testis postpubertal yang matur tampak sebagai tumor solid, sedangkan secara mikroskopis, teratoma ini tampak sebagai tatanan tidak teratur yang menggambarkan atipia sitologis. Tubulus seminiferus yang berdekatan sering menunjukkan karsinoma in situ atau intratubular germ cell neoplasia (ITGCN), yang dikaitkan dengan potensi keganasan.[1,5,6]
Sebaliknya, teratoma matur prepubertal merupakan tumor indolent (jinak). Pada kasus ini, gambaran yang ditemukan jarang berhubungan dengan ITGCN. Tumor ini tidak berpotensi metastasis. Spermatogenesis umumnya masih bisa berlangsung.[1,5,6]
Teratoma testis dewasa murni jarang terjadi. Sekitar ⅓ kasusnya merupakan tumor germ cell campuran. Terjadinya tumor germ cell campuran ini dapat dikaitkan dengan diferensiasi germ cell malignant (ITGCN) menjadi sel nonteratomatosa sebelum pembentukan elemen teratomatosa.[1,5,6]
Beberapa faktor yang mungkin berkaitan dengan patofisiologi teratoma testis adalah faktor genetik dan faktor risiko seperti intrauterine growth retardation, kriptorkidisme, dan hipospadia.[1,3]
Penulisan pertama oleh: dr. Jessica Elizabeth