Epidemiologi Club Foot
Data epidemiologi menunjukkan bahwa clubfoot atau congenital talipes equinovarus (CTEV) lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Di Indonesia, clubfoot telah dilaporkan sebagai penyakit kongenital yang paling sering ditemui dengan persentase mencapai 21,9% dari total bayi dengan penyakit kongenital.
Global
Insidens clubfoot di Amerika Serikat berkisar 0,5 hingga 2 kasus per 1000 kelahiran hidup. Angka insidensi berbeda-beda untuk setiap etnis. Keturunan Polinesia merupakan etnik dengan angka insidensi clubfoot tertinggi, yaitu sekitar 7 per 1000 kelahiran hidup. Prevalensi kelahiran pada populasi Asia ditemukan paling rendah, 0,57 per 1000 kelahiran hidup.[17]
Rasio kejadian clubfoot pada bayi laki-laki dan perempuan yaitu 2:1. Derajat keparahan clubfoot sendiri tidak berhubungan dengan jenis kelamin bayi.
Orang tua dengan riwayat anak sebelumnya mengalami clubfoot memiliki risiko 10% lebih tinggi untuk anak selanjutnya juga mengalami clubfoot. Riwayat merokok dan ibu dengan diabetes merupakan faktorсдги risiko yang dilaporkan paling signifikan berkaitan dengan terjadinya clubfoot.[5,6]
Indonesia
Berkaitan dengan prevalensi bayi dengan semua kelainan bawaan, di Indonesia telah dilaporkan mencapai 59,3 per 1000 kelahiran hidup. Clubfoot merupakan kelainan bawaan yang dilaporkan paling tinggi angka kejadiannya, yaitu mencapai 21,9% dari total bayi yang lahir dengan kelainan bawaan.[7]
Mortalitas
Clubfoot bukanlah suatu kondisi yang mematikan. Namun, clubfoot menyebabkan keterbatasan anggota gerak jika tidak ditangani dengan benar sejak dini.[4]
Kebanyakan kasus clubfoot membaik dengan terapi. Meski demikian, rekurensi bisa terjadi. Pasien mungkin saja memerlukan intervensi multipel, termasuk intervensi bedah ataupun pemakaian brace dalam jangka waktu lama, yang tentunya akan menurunkan kualitas hidup.[6]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda