Pendahuluan Club Foot
Clubfoot atau dikenal dengan nama congenital talipes equinovarus adalah kelainan bentuk kaki bawaan dimana kaki terpelintir dari bentuk atau posisi normal. Tingkat keparahan pada kelainan ini bervariasi, tergantung dari manifestasi kontraktur yang dialami pasien. Clubfoot memiliki empat karakteristik utama, yaitu hindfoot equinus, hindfoot varus, midfoot cavus, dan adduksi forefoot. Clubfoot sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu idiopatik (80% kasus) dan sindromik (sekitar 20%).[1,2]
Etiologi clubfoot masih menjadi topik yang terus diperdebatkan. Meski demikian, terdapat beberapa faktor risiko genetik dan lingkungan, seperti ibu yang diabetes, telah dilaporkan berperan dalam manifestasi klinis clubfoot. Secara garis besar, clubfoot diduga disebabkan oleh adanya kelainan sejak masa embrionik yang mengganggu fungsi pembentukan otot tendon dan tulang.[3]
Diagnosis clubfoot bisa dilakukan sejak dini karena bisa diidentifikasi melalui USG intrauterin rutin selama periode antenatal. Namun, jika tidak dilakukan skrining ultrasonografi prenatal, diagnosis dapat dengan mudah ditegakkan melalui pemeriksaan klinis awal bayi baru lahir.
Penatalaksanaan clubfoot tidak dilakukan saat prenatal namun dilakukan setelah bayi lahir. Tata laksana non-pembedahan yang paling populer pada penanganan kasus clubfoot adalah teknik Ponseti. Teknik Ponseti dilakukan dengan manipulasi deformitas yang diikuti dengan penerapan gips dengan kaki dalam posisi terkoreksi. Pada kebanyakan pasien, tenotomi perkutan pada tendon Achilles dilakukan sebelum tahapan gips terakhir untuk mendapatkan koreksi komplit. Bracing dengan orthosis abduksi kaki diperlukan untuk mencegah kekambuhan deformitas. Selain teknik Ponseti, dapat dilakukan teknik Kite dan French.[4-6]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda