Pendahuluan Hyaline Membrane Disease
Hyaline membrane disease (HMD) merupakan gangguan pernapasan yang sering terjadi pada bayi prematur dengan paru yang belum sepenuhnya matang. Hyaline membrane disease merupakan bagian dari neonatal respiratory distress syndrome. Paru yang belum matang menyebabkan defisiensi surfaktan, baik secara kualitas dan kuantitas, yang lambat laun dapat menyebabkan gagal napas pada bayi.[1-3]
Gagal napas pada hyaline membrane disease terjadi karena buruknya komplians paru. Defisiensi surfaktan menyebabkan terjadinya insufisiensi pertukaran gas akibat peningkatan tegangan permukaan di alveolus selama ekspirasi. Selanjutnya alveolus menjadi kolaps dan lambat laun terjadi atelektasis yang menyebabkan hipoksia, lalu terjadi asidosis hingga gagal napas yang dapat berakhir pada kematian.[1,3]
Hyaline membrane disease disebabkan oleh defisiensi surfaktan, baik karena produksi yang tidak memadai atau inaktivasi surfaktan karena prematuritas paru. Bayi yang lahir prematur merupakan yang paling sering mengalami kondisi ini. Faktor risiko lainnya yang dapat menyebabkan hyaline membrane disease adalah berat badan lahir <2500 gram, kehamilan kembar, riwayat asfiksia perinatal, riwayat diabetes pada ibu, ketuban pecah dini, dan partus presipitatus setelah perdarahan antenatal.[4,5]
Diagnosis hyaline membrane disease ditegakkan melalui tampilan klinis seperti takipnea, napas cuping hidung, pernapasan grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis. Pada pemeriksaan radiologi ditemukan reticulogranula appearance dengan atau tanpa airbronchogram. Pada pemeriksaan analisis gas darah dapat ditemukan hipoksemia hingga hiperkapnia.[6-8]
Pencegahan hyaline membrane disease dilakukan saat masa prenatal pada kehamilan yang berpotensi mengalami persalinan preterm, yakni dengan diberikan steroid prenatal. Setelah bayi lahir, tatalaksana yang dapat diberikan pada kondisi hyaline membrane disease adalah bantuan napas dan pemberian surfaktan. Bantuan napas yang digunakan mencakup Continuous Positive Airways Pressure (CPAP) hingga ventilasi mekanik. Pemberian terapi cairan dan nutrisi berguna untuk menstabilkan kadar elektrolit dan glukosa sehingga mencegah morbiditas.[6,9]