Penatalaksanaan Hyaline Membrane Disease
Penatalaksanaan hyaline membrane disease (HMD) dilakukan dengan penggunaan alat bantu napas, pemberian surfaktan, dan terapi suportif seperti pemberian cairan serta nutrisi. Monitoring serial analisis gas darah diperlukan untuk memantau oksigenasi dan ventilasi. Pencegahan bisa dilakukan dengan pemberian kortikosteroid antenatal pada ibu yang diduga kuat akan mengalami persalinan preterm.[3,6,18,29]
Alat Bantu Napas
Alat bantu napas yang dapat digunakan pada bayi dengan HMD diantaranya Continuous Positive Airway Pressure (CPAP), Nasal Intermittent Positive Pressure Ventilation (NIPPV), Humidified High-Flow Nasal Cannulas (HFNC), dan ventilasi mekanik.[4,6]
Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
CPAP merupakan alat bantu napas lini pertama yang direkomendasikan oleh European Association of Perinatal Medicine dan American Academy of Pediatrics yang diberikan pada bayi dengan HMD atau berisiko HMD yang masih dapat bernapas spontan atau tidak ada tanda-tanda gagal napas.
Dengan tekanan positif yang ada dalam CPAP, positive end-expiratory pressure (PEEP) dialirkan menuju alveoli sehingga membuat permukaan alveoli bertambah luas. Keberhasilan dalam penggunaan CPAP menurunkan komplikasi respiratory distress syndrome (RDS) seperti atelektasis, intraventricular hemorrhage (IVH), bronchopulmonary dysplasia (BPD), dan patent ductus arteriosus (PDA).[4,6,29,31]
Nasal Intermittent Positive Pressure Ventilation (NIPPV)
NIPPV merupakan alat bantu napas tekanan positif intermiten. NIPPV digunakan sebagai alternatif ketika proses ekstubasi dengan CPAP mengalami kegagalan. Meskipun NIPPV dapat menangani kegagalan ekstubasi dengan CPAP, tindakan ini tidak dapat menurunkan komplikasi bronchopulmonary dysplasia (BPD).
Perbedaannya NIPPV dengan CPAP adalah CPAP memberikan tekanan distensi konstan, sedangkan NIPPV memberikan tekanan puncak intermiten di atas tekanan distensi konstan. Selain itu NIPPV membutuhkan ventilator untuk memberikan ventilasi tekanan positif sedangkan CPAP menggunakan peralatan yang sederhana yakni bubble CPAP untuk memberikan ventilasi positif.[4,29,32]
Humidified High-Flow Nasal Cannulas (HFNC)
HFNC merupakan alat dukungan pernapasan menggunakan kanul nasal dengan kecepatan tinggi (>2 L/menit), hangat (37°C), dan dilembabkan (kelembapan relatif 100% atau mengandung H2O 44mg/l). HFNC memiliki keunggulan tidak mencederai mukosa saluran pernapasan dibanding CPAP karena udara yang dialirkan telah dihangatkan dan dilembabkan. HFNC merupakan pilihan alat dukungan pernapasan lini kedua setelah CPAP.[4,29,33]
Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik merupakan alat dukungan napas invasif yang digunakan setelah kegagalan penggunaan alat dukung napas non-invasif. Syarat lain dari penggunaan ventilasi mekanik adalah hasil pemeriksaan serial gas darah didapatkan asidosis respiratorik dan hipoksemia.[4,29,34]
Ventilasi mekanik merupakan prosedur lifesaving pada bayi kritis dengan gagal napas. Tujuan ventilasi mekanik adalah menghasilkan percepatan pertukaran gas, oksigen dan ventilasi yang cukup untuk ekskresi karbon dioksida (CO2) dengan tetap menyeimbangkan risiko barotrauma, volutrauma dan toksisitas oksigen.[4,34]
Terapi Surfaktan
Terapi surfaktan dilakukan dengan pemberian surfaktan intratekal melalui pipa endotrakea dalam waktu 30-60 menit pada bayi prematur. Tindakan ini terbukti menurunkan angka mortalitas. Selain itu, terapi surfaktan juga dapat menurunkan risiko pneumothorax, emfisema intersisial, IVH, BPD, dan chronic lung disease.
Surfaktan diberikan kepada semua bayi dengan distres napas dengan FiO2 >0,30 dan tekanan pada CPAP 6 cm H2O. Untuk terapi penyelamatan diberikan surfaktan alami yakni poraktan alfa 200 mg/kg. Jika bayi dengan HMD dapat bernapas dengan adekuat (FiO2 < 0,30), saturasi > 90%, dan suhu normal, pemberian surfaktan dihentikan dan dapat berganti menggunakan CPAP.[4,29,35]
Terapi Suportif
Terapi suportif yang diberikan kepada bayi dengan HMD adalah pemberian cairan dan nutrisi, serta terapi suportif lain.[4,12,29]
Pemberian Cairan dan Nutrisi
Pemberian cairan penting dilakukan untuk mempertahankan hemodinamik dan keseimbangan elektrolit pada bayi dengan HMD. Pemberian cairan inisial dapat diberikan dextrose 5% atau 10% sebanyak 70-80 ml/kg/hari. Tingkatkan asupan cairan secara bertahap hingga 120-140 ml/kg/hari. Pada bayi yang sangat prematur, cairan dapat diberikan hingga 200-300 ml/kg/hari karena kehilangan cairan lebih besar.[4,12,29]
Pemberian nutrisi diberikan saat bayi telah stabil. ASI (air susu ibu) dapat diberikan sebanyak 0,5-1 ml/kg/jam sebelum pemberian nutrisi parenteral.
Tidak ada bukti peningkatan kejadian necrotising enterocolitis (NEC) pada pemberian nutrisi enteral secara dini yakni hingga 30 ml/kg/hari pada bayi very low birth weight (VLBW). Nutrisi enteral diberikan berupa 1,5 g/kg protein intravena dan 1-2 g/kg lipid pada hari pertama, lalu ditingkatkan bertahap hingga hari selanjutnya dengan batas maksimum 3,5 g/kg asam amino.[12,29]
Thermoregulasi
Suhu bayi dipertahankan pada 36,5-37,5 °C setiap saat, karena hipotermia dapat meningkatkan konsumsi oksigen sehingga dapat memperburuk gangguan pernapasan. Rawat bayi di lingkungan termal netral menggunakan inkubator yang dikontrol suhunya atau dengan metode Kangaroo Mother Care (KMC) yang dapat dengan efektif menjaga suhu bayi.[12,29]
Terapi Suportif Lainnya
Terapi suportif lainnya yang dapat diberikan antara lain adalah pemerian kafein, antibiotik, transfusi darah dan dukungan psikologis.[12,29,36,37]
Kafein:
Pemberian kafein diperlukan untuk bayi yang setelah lahir menggunakan alat bantu napas non-invasif yang berisiko tinggi menggunakan ventilasi mekanik. Tujuannya adalah menurunkan kejadian BPD, barotrauma, volutrauma, dan risiko tinggi ventilator-associated pneumonia (VAP).
Dosis yang diberikan adalah kafein sitrat 20 mg/kg dengan dosis pemeliharaan 5-10 mg/kg/hari melalui vena umbilikus, atau secara enteral melalui orogastric tube, dalam waktu sepuluh menit setelah lahir.[29,36]
Antibiotik:
Antibiotik diberikan ketika ditemukan bukti adanya atau risiko infeksi, seperti riwayat korioamnionitis pada ibu, VAP, atau sepsis. Profilaksis antibiotik yang diberikan secara rutin lebih banyak memunculkan kerugian daripada manfaatnya.[29,37]
Transfusi:
Terapi suportif yang lain yang dapat diberikan adalah pemberian transfusi darah bila hasil pemeriksaan menunjukan adanya anemia.[12,19]
Dukungan:
Dukungan psikologis kepada ibu atau keluarga penting diberikan. Orang tua cenderung mengalami tekanan emosional atau finansial terkait dengan kondisi anak prematur yang mengalami gangguan pernapasan dan komplikasi yang terkait.[12,29]
Follow-up
Pemeriksaan tanda vital dan gas darah serial diperlukan untuk memantau perkembangan ventilasi dan oksigenasi. Pemeriksaan bisa dilakukan secara sederhana menggunakan pulse oximetry atau pemantauan CO2 transkutan.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan mungkin mencakup serum elektrolit dan parameter hematologi untuk menilai adanya anemia, infeksi, dan imbalans elektrolit.
Pemeriksaan radiologi bisa bermanfaat untuk memonitoring apakah penempatan pipa endotrakeal dan jalur sentral telah terpasang dengan benar.[4,29]
Kortikosteroid Antenatal
Kortikosteroid antenatal diberikan pada ibu hamil yang berisiko mengalami persalinan preterm. Kortikosteroid dapat mempercepat pematangan paru janin. Jenis kortikosteroid yang dapat diberikan adalah dexamethasone atau betamethasone. Kortikosteroid diberikan untuk kehamilan tunggal atau ganda antara usia 24-34 minggu usia gestasi.
Satu rangkaian kortikosteroid diberikan antara 18-72 jam sebelum kelahiran prematur. Namun, bila kelahiran prematur diperkirakan terjadi dalam <18 jam, kortikosteroid tetap diberikan. Di Indonesia, kortikosteroid yang paling banyak digunakan adalah dexamethasone 6 mg intramuskuler diberikan sebanyak dua dosis interval 12 jam selama 3 hari.
Bila bayi dianggap masih dapat dipertahankan, pemberian kortikosteroid diulang seminggu setelahnya. Kortikosteroid antenatal tidak boleh diberikan secara rutin dan hanya bila ibu diduga kuat akan mengalami persalinan preterm.[6,29,30]