Penatalaksanaan Demam pada Bayi
Penatalaksanaan demam pada bayi usia 0–60 hari berdasarkan usia, karena usia <29 hari adalah kelompok high risk untuk mengalami infeksi bakteri invasif (IBI). Pertimbangan lainnya adalah adalah berdasarkan etiologi dan penilaian adanya keadaan umum (well atau ill appearing), infeksi bakteri serius (IBS), jaundice, derajat dehidrasi, masalah feeding, infeksi lain seperti HIV, dan status imunisasi.[60]
Triase
Penatalaksanaan demam pada bayi usia 0–60 hari dilakukan berdasarkan penilaian pediatric assessment triangle (PAT) yang meliputi penampilan bayi, upaya napas, dan kondisi sirkulasi. Kemudian dilakukan penilaian primary assessment, yang meliputi airway, breathing, circulation, disability, dan exposure.
Pada kondisi adanya gangguan patensi jalan napas, henti napas, distress napas maupun gagal napas, terapi oksigen baik yang non invasif maupun invasif seperti intubasi perlu dilakukan sebagai tindakan life saving.[2]
Terapi cairan diberikan sesuai derajat dehidrasi. Pada bayi dengan dehidrasi berat dan syok, resusitasi cairan secara intravena dengan cairan isotonik, seperti normal saline, dapat diberikan dengan volume 10–20 mL/kgBB dan dapat diulang sampai 3 kali, dengan maksimal 40–60 mL/kgBB tergantung kondisi klinis.[36,61,67,80]
Pemilihan Terapi Setelah Stabilisasi Hemodinamik
Bayi yang demam direkomendasikan untuk stabilisasi hemodinamik, observasi di rumah sakit, dan mendapatkan terapi antibiotik intravena (IV) sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dan kultur. Akan tetapi, bayi usia 28–60 hari, dengan hemodinamik stabil, keadaan umum baik, marker inflamasi dan urinalisis normal, tidak memerlukan antibiotik dan boleh pulang dengan kontrol 24–36 jam kemudian.
Apabila berdasarkan penilaian klinis, bayi tampak toksik dengan tanda syok maupun berada pada kriteria risiko sedang–berat, bayi perlu dirawat di rumah sakit dan mungkin akan memerlukan perawatan di ruang intensif.[1,9]
Keadaan Klinis Baik dengan Suhu ≥38ᵒC Usia <8 Hari
Kelompok usia ini adalah yang paling berisiko untuk mengalami IBS. Bayi pada kelompok usia ini juga direkomendasikan untuk dirawat dan mendapatkan antibiotik empiris sambil menunggu hasil kultur.[79]
Keadaan Klinis Baik dengan Suhu ≥38ᵒC Usia 8–22 Hari
Bila keadaan klinis tampak baik dengan suhu ≥38ᵒC, bayi tetap dirawat dengan antibiotik IV sambil menunggu pemeriksaan laboratorium dan hasil kultur. Antibiotik dapat dihentikan dan pasien diperbolehkan pulang apabila:
- Bila kultur negatif dalam 24–36 jam atau positif kontaminan
- Hasil pemeriksaan tidak mengarah ke infeksi virus herpes simpleks (HSV)
- Klinis mengalami perbaikan (bisa menyusu dan demam membaik)
- Tidak ada alasan lain untuk dirawat[1]
Apabila pada identifikasi patogen didapatkan penyebab infeksi (kultur urine, darah, cairan serebrospinal/CSF), terapi antibiotik dilanjutkan sesuai identifikasi patogen dan klinis.[1]
Keadaan Klinis Baik dengan Suhu ≥38,5℃ Usia 22–28 Hari
Bila bayi berusia 22–28 hari dengan keadaan klinis baik dan demam suhu ≥38,5℃, bila diputuskan untuk dilakukan pemeriksaan CSF dengan pungsi lumbal (LP), antibiotik intravena diindikasikan bila:
- Hasil analisis CSF mengarah ke diagnosis meningitis bakterial, atau
- Hasil urinalisis positif[1]
Apabila tidak diputuskan untuk dilakukan analisis CSF atau hasil analisis CSF normal dengan hasil urinalisis normal, antibiotik intravena dapat tetap dipertimbangkan bila hasil pemeriksaan marker inflamasi abnormal.[1]
Bila kultur urine, darah, maupun CSF positif, maka bayi harus diberikan terapi sesuai hasil kultur dan klinis terhadap respon terapi.[1]
Perawatan di Rumah:
Bayi kelompok usia 22–28 hari dapat diputuskan untuk dirawat di rumah sambil menunggu hasil kultur bila seluruh kriteria di bawah ini terpenuhi:
- Hasil urinalisis normal
- Hasil pemeriksaan marker inflamasi normal
- Hasil analisis CSF normal atau positif enterovirus
- Orang tua atau caregiver dapat dan telah di edukasi secara verbal maupun dengan tulisan, serta kooperatif untuk melakukan monitoring di rumah
- Kontrol dalam 24 jam untuk evaluasi ulang dapat dilakukan
- Orang tua atau caregiver bersedia dan mampu membawa bayi ke rumah sakit kembali bila didapatkan perubahan klinis, seperti membawa ke IGD bila didapatkan perburukan gejala[1]
Bila kriteria tersebut di atas tidak dapat dipenuhi, maka sambil menunggu hasil kultur, bayi tetapi diobservasi di rumah sakit dan mendapat antibiotik IV. Bila setelah dilakukan identifikasi patogen dengan hasil kultur negatif dalam 24–36 jam, bayi boleh pulang bila:
- Didapatkan perbaikan klinis, dapat menyusu dan tanda infeksi membaik
- Tidak terdapat alasan lain untuk merawat bayi
- Tidak didapatkan infeksi yang memerlukan perawatan di rumah sakit, seperti otitis media[1]
Keadaan Klinis Baik dengan Suhu ≥38℃ Usia 28–60 Hari
Bila bayi berusia 28–60 hari dengan keadaan klinis baik dan demam, tata laksana diputuskan saat hasil marker inflamasi didapatkan sambil menunggu urinalisis dan hasil kultur.[1]
Marker Inflamasi Normal:
Pada kelompok ini, tidak perlu dilakukan LP dan kultur. Bila urinalisis negatif dan keadaan klinis baik, bayi boleh pulang dan tidak perlu antibiotik, tetapi perlu diobservasi di rumah dan kontrol kembali dalam 24–36 jam. Keputusan ini diambil dengan catatan orang tua kooperatif, dapat di edukasi untuk monitoring dan kontrol dalam minimal 24 jam atau lebih cepat bila terdapat perburukan klinis.[1]
Marker Inflamasi Abnormal:
Bila marker inflamasi abnormal, urinalisis dan kultur urine harus dilakukan. Sedangkan, analisis CSF dan kultur dilakukan bila hasil pleositosis pada CSF atau kejadian infeksi enterovirus meningkat.[1]
Antibiotik IV dipertimbangkan pada kelompok ini bila didapatkan kedua hal di bawah ini:
- Marker inflamasi abnormal
- Hasil analisis CSF normal atau tidak dapat diinterpretasi atau tidak ada[1]
Bila hasil analisis CSF sugestif meningitis bakterial atau abnormal, antibiotik IV harus diberikan.[1]
Antibiotik per oral (PO) dapat diberikan bila, hasil analisis CSF dan marker inflamasi normal, tetapi urinalisis positif.[1]
Pada bayi yang sebelumnya mendapat antibiotik IV, pemberian ini dapat dihentikan dan diganti antibiotik PO bila ditemukan semua hal di bawah ini:
- Kultur urine positif
- Kultur bakteri pada 24–36 jam negatif pada spesimen lain
- Klinis perbaikan dan dapat menyusu[1]
Medikamentosa
Tata laksana medikamentosa untuk demam pada bayi 0-60 hari dapat diberikan terapi definitif berdasarkan etiologi demam, faktor risiko, penilaian klinis, dan pencegahan komplikasi. Pemberian terapi definitif diberikan di rumah sakit berupa pemberian antivirus, antibiotik, antiparasit ataupun terapi lainnya sesuai etiologi.[1,44]
Antivirus
Sebagian besar demam ringan–sedang disebabkan oleh virus yang dapat sembuh sendiri, sehingga pada keadaan ini antivirus mungkin tidak diperlukan. Pemberian antivirus lebih banyak diindikasikan ke demam sedang-berat yang dibuktikan hasil positif dari pemeriksaan uji serologi virus maupun pemeriksaan cairan serebrospinal. Antivirus yang dapat diberikan seperti asiklovir untuk herpes simplex neonatus yang diturunkan dari ibu.[9,61]
Antibiotik
Antibiotik empiris dapat dipertimbangkan sebagai tata laksana awal dengan bukti koinfeksi bakteri seperti ampicilin dan ceftazidime/gentamicin untuk usia 8–21 dan untuk bayi berusia ≥22 hari antibiotik empiris yang dapat diberikan adalah ceftriaxone atau cephalexin berdasarkan kecurigaan penyakit dan kelompok usia.
Penilaian kembali keadaan klinis dan kultur dilakukan dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik. Perlu diperhatikan bahwa antibiotik diberikan setelah sampel kultur didapat untuk mengurangi bias hasil interpretasi.[1]
Antibiotik untuk Usia 0–7 hari:
Pada kelompok usia ini, keputusan pemberian antibiotik empiris juga direkomendasikan untuk dapat melawan Listeria, seperti ampicillin. Kombinasi antibiotik yang direkomendasikan pada kelompok usia ini adalah ampicillin dengan gentamicin, ampicillin dengan cefotaxime, atau cefotaxime saja.[1,79]
Dosis pemberian yang direkomendasikan adalah:
- Ampicillin 100–200 mg/kgBB/hari dibagi per 6 jam dan gentamicin 2,5 mg/kgBB/8 jam secara IV/IM
- Ampicillin dengan dosis yang sama seperti poin 1 dan cefotaxime 150–200 mg/kgBB/hari dibagi per 6–8 jam secara IV/IM
- Cefotaxime 150–200 mg/kgBB/hari dibagi per 6–8 jam secara IV/IM[79]
Apabila dicurigai adanya infeksi meningitis oleh Streptococcus pneumonia, dapat diberikan vancomycin 20 mg/kgBB IV sebagai loading dose, kemudian dosis lanjutan bervariasi dari 15 mg/kgBB/12 jam sampai 15 mg/kgBB/48 jam sesuai dengan kadar kreatinin plasma.[79]
Antibiotik untuk Usia 8–21 Hari:
Antibiotik empiris yang dapat dipertimbangkan pada usia ini adalah ampicillin dan ceftazidime/gentamicin. Pada bayi dengan infeksi saluran kemih (ISK) atau tanpa fokus infeksi, rekomendasi antibiotik empiris menurut AAP adalah:
- Ampicillin dengan dosis 150 mg/kgBB/dosis dibagi per 8 jam secara IV/IM, dan
- Ceftazidime 150 mg/kgBB/dosis dibagi per 8 jam atau gentamicin 4 mg/kgBB per 24 jam secara IV/IM[1]
Apabila diagnosis mengarah ke meningitis, maka dosis yang direkomendasikan adalah:
- Ampicillin dengan dosis 300 mg/kgBB/dosis dibagi per 6 jam secara IV/IM, dan
- Ceftazidime 150 mg/kgBB/dosis dibagi per 8 jam secara IV/IM[1]
Pada kelompok usia ini, gentamicin direkomendasikan bila terdapat kecurigaan infeksi E coli dengan strain yang memproduksi extended-spectrum b-lactamases bila dicurigai terdapat bakteremia atau sepsis.
Bila curiga meningitis bakterial, antibiotik yang juga direkomendasikan adalah meropenem. Pilihan lain adalah cephalosporin generasi keempat atau kelima sesuai pertimbangan klinis.[1]
Antibiotik untuk Usia 22–28 Hari:
Antibiotik empiris yang dapat dipertimbangkan pada usia ini adalah ceftriaxone, ampicillin dan gentamicin. Pada bayi dengan infeksi saluran kemih (ISK) atau tanpa fokus infeksi, rekomendasi antibiotik empiris menurut AAP adalah ceftriaxone 50 mg/kgBB per 24 jam.[1]
Apabila diagnosis mengarah ke meningitis, maka antibiotik empiris yang direkomendasikan sama seperti usia 7–21 hari dengan meningitis bakterial, yaitu:
- Ampicillin dengan dosis 300 mg/kgBB/dosis dibagi per 6 jam secara IV/IM, dan
- Ceftazidime 150 mg/kgBB/dosis dibagi per 8 jam secara IV/IM[1]
Antibiotik untuk Usia 29–60 Hari:
Antibiotik empiris yang dapat dipertimbangkan pada kelompok usia ini adalah ceftriaxone, cephalexin, ceftazidime, maupun vancomycin sesuai klinis. Pada bayi dengan infeksi saluran kemih (ISK) rekomendasi antibiotik empiris menurut AAP adalah:
- Ceftriaxone 50 mg/kgBB/dosis per 24 jam secara IV/IM
- Antibiotik PO
Cephalexin 50–100 mg/kgBB/dosis dibagi per 6 jam atau cefixime mg/kgBB/dosis per 24 jam secara IV/IM[1]
Pada bayi kelompok usia ini dengan ISK, antibiotik PO lebih diindikasikan, kecuali didapatkan toxic appearance atau secara klinis tidak dapat menerima intake per oral. Antibiotik empiris per oral yang direkomendasikan pada kelompok usia ini antara lain:
- Amoxicillin–clavulanate 20–40 mg/kgBB/dosis dibagi 3 dosis, diminum per 8 jam, atau
- Trimethoprim–sulfamethoxazole 6–12 mg/kgBB/dosis (trimetoprim)/30–60 mg/kgBB/dosis dibagi 2 dosis, diminum per 12 jam (untuk usia >2 bulan)[1,78]
Pada bayi tanpa fokus infeksi, rekomendasi antibiotik empiris menurut AAP adalah ceftriaxone 50 mg/kgBB per 24 jam secara IV/IM.[1]
Apabila diagnosis mengarah ke meningitis bakterial, maka antibiotik empiris yang direkomendasikan sama seperti usia 7–21 hari dengan meningitis bakterial, yaitu:
- Ceftriaxone dengan dosis 100 mg/kgBB/dosis dibagi per 12 jam atau per 24 jam secara IV, atau
- Ceftazidime 150 mg/kgBB/dosis dan vancomycin 60 mg/kgBB/dosis dibagi per 8 jam secara IV[1]
Terapi Suportif
Terapi suportif yang dapat diberikan untuk bayi usia 0–60 hari dengan demam, antara lain intervensi nutrisi, lingkungan, terapi oksigen, dan dukungan psikologis pada orang tua.
Intervensi Nutrisi dan Rehidrasi
Intervensi nutrisi pada bayi sangat membantu penyembuhan bayi sakit, kebutuhan kalori pada bayi usia kurang dari 6 bulan yaitu sekitar 100 kkal/kgBB/hari. Pada bayi yang sakit diperlukan kebutuhan kalori yang lebih tinggi. Meningkatkan frekuensi menyusui membantu mencukupi kebutuhan nutrisi bayi yang sakit.[61,66]
Pada bayi dengan dehidrasi ringan yang diperbolehkan pulang, hidrasi dengan oral rehydration solution (ORS) 50–100 ml per BAB cair juga perlu di komunikasikan untuk mencegah dehidrasi.
Bila refleks hisap pada bayi masih baik maka disarankan bayi menyusu langsung pada ibu, atau ASI dapat diberikan melalui cup feeder. Akan tetapi, bila bayi lemah dan tidak dapat menyusu, pemberian ASI dapat diberikan melalui gastric tube. Apabila ASI ibu tidak mencukupi tidak disarankan pemberian makanan, alternatif pilihan yang digunakan adalah ASI donor.[60,61,63]
Pada kondisi tertentu, seperti bayi yang sepsis, prematur atau berat badan (BB) <1250 gram, atau mengalami gangguan anatomis seperti gastroschisis dan necrotizing enterocolitis (NEC), nutrisi parenteral dapat dipertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, dan lemak.[63]
Terapi Simtomatis
Pilihan terapi simptomatis untuk demam pada bayi 0–60 adalah paracetamol, karena dianggap lebih aman daripada sediaan ibuprofen dan obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) lainnya. Dosis pemberian pada bayi 0–60 hari adalah 10–15 mg/kgBB dapat diulang setiap 4–6 jam.[65]
Rute pemberian paracetamol sebagai antipiretik diberikan PO, paracetamol per rektal maupun IV. Paracetamol menghambat produksi prostaglandin E2 (PGE2) dan efektif menurunkan demam pada bayi, distribusi paracetamol pada bayi prematur lebih cepat dari pada bayi cukup bulan. Paracetamol tidak untuk mencegah kejang. Tidak semua bayi demam mendapatkan paracetamol, diperlukan terapi definitif lainnya sehingga demam dapat turun.[44,61,65]
Pemberian asetilsalisilat tidak direkomendasikan untuk kelompok usia ini, lebih tepatnya untuk anak berusia <15 tahun. Hal ini karena adanya risiko terhadap sindrom Reye.[49]
Lingkungan
Bayi yang demam sebaiknya tetap dihangatkan misalnya dengan selimut atau pakaian, karena mengurangi kebutuhan energi untuk memberikan manifestasi demam serta mengurangi rasa tidak nyaman.
Setelah bayi mulai hangat dan berkeringat, selimut dapat dikurangi. Selain itu, kompres dingin juga menjadi tata laksana suportif yang direkomendasikan untuk membantu menurunkan demam.[61]
Terapi Oksigen
Terapi oksigen diberikan pada bayi usia 0–60 diberikan saat kondisi hipoksia sesuai usia, takipnea, gangguan pernapasan seperti RR >60 kali/menit diikuti nafas cuping hidung, retraksi dinding dada dan ada tanda-tanda mengarah pada syok.[18,77]
Dukungan Psikologis Terhadap Orang Tua
Orang tua mungkin mengalami tekanan psikologis ketika bayi dirawat di rumah sakit karena demam akut/kronik atau demam kritis yang dapat berdampak negatif pada perawatan bayi, untuk itu dukungan psikologis pada orang tua sangat membantu agar orangtua tidak mengalami stress. Stress juga berdampak pada produksi ASI ibu, sehingga ASI tidak optimal sekresi.[63,68]
Kriteria Pemulangan
Kriteria pemulangan saat ini dilakukan dengan melakukan skoring berdasarkan kriteria Rochester untuk usia 0–60 hari atau Philadelphia untuk bayi berusia 29–60 hari. Kriteria ini juga dapat membantu mengidentifikasi adanya infeksi bakteri serius (IBS).[2]
Pada bayi yang memiliki keadaan umum baik atau mengalami perbaikan klinis misalnya demam dan dapat makan, hasil kultur negatif dalam 24–36 jam atau hanya mengandung kontaminan, dan tidak didapatkan alasan lainnya untuk dirawat, antibiotik parenteral sebaiknya dihentikan dan bayi diperbolehkan pulang.[1]
Berobat Jalan dan Follow Up
Berobat jalan untuk demam pada bayi usia 0–60 hari secara umum diindikasikan bila keadaan umum baik, didapatkan perbaikan klinis, dapat menyusu, hasil pemeriksaan tidak mengarah ke IBI maupun IBS, orang tua atau caregiver kooperatif dan dapat kontrol kembali setelah minimal 24 jam.
Di rumah, bayi perlu dilakukan monitoring oleh orang tua, mendapat ASI atau pendamping ASI untuk kecukupan nutirisi, dan menjaga skin to skin contact. Untuk bayi dengan diare yang berada pada risiko ringan, orang tua dapat diedukasi untuk kembali ke fasilitas kesehatan bila tidak terdapat perbaikan klinis dalam 2 hari.[1,14,44,60]
Kontrol dan Edukasi untuk Datang Kembali
Pada saat memutuskan rawat jalan pada bayi usia 0–60 hari yang demam, kontol atau follow up perlu dikomunikasikan ke orang tua.[60]
Pada saat dipulangkan, kontrol kembali harus dilakukan dalam 24 jam. Selain itu, orang tua atau caregiver harus di edukasi untuk menjalankan monitoring di rumah dengan:
- Melihat keadaan umum
- Perubahan warna kulit atau bibir menjadi kebiruan
- Tanda distress napas
- Perubahan perilaku dan klinis menjadi letargi, irritable, inconsolable crying, intake sulit dan muntah, serta penurunan urine output[1]
Apabila di dapatkan keadaan seperti di atas, orang tua atau caregiver harus membawa bayi kembali ke rumah sakit, walaupun belum waktunya dilakukan follow up. Akan tetapi, bila keadaan di atas tidak terjadi, keadaan umum baik, dan hasil kultur negatif dalam 24 jam, kontrol dapat dilakukan dengan telemedisin atau lewat telepon.[1]
Menyusui
Pemberian ASI direkomendasikan oleh AAP untuk bayi, baik yang dirawat maupun yang diperbolehkan pulang. Pemberian ASI dapat dilakukan secara langsung maupun dengan pompa ASI.[1,60,63]
Pemberian ASI minimal 8 kali dalam 24 jam, dengan volume pemberian ditingkatkan bertahap sampai 60 mL per kali pemberian. Pastikan pemberian ASI cukup dengan melihat produksi urine minimal 6–8 kali BAK dalam 24 jam.[60,63]
Pemantauan Status Hidrasi Bayi
Bayi usia 0-60 hari yang mengalami demam dapat dengan mudah terjadi dehidrasi, pemantauan status hidasi bayi demam penting dilakukan. Selain itu, pemantauan ini juga berguna untuk evaluasi resusitasi cairan yang diberikan kepada bayi. Berikut kriteria status hidrasi bayi dinyatakan cukup:
- Produksi air kemih 1–2 ml/kgBB/jam atau ketika bayi dirumah bayi berkemih minimal 6 kali dalam 24 jam
- Keadaan umum bayi baik, menangis kuat gerak aktif, mata tidak cowong, turgor kulit kembali cepat[36,60]
Kriteria Bayi dapat Dipulangkan dari Rawat Inap
Demam pada bayi usia 0–60 hari pada risiko sedang dan berat dilakukan penanganan dan rawat inap di rumah sakit. Bayi dinyatakan boleh pulang dari rawat inap bila memenuhi kriteria berikut:
- Bayi dalam kondisi stabil dilihat dari tanda-tanda vital yang normal (suhu < 38°C, nadi 100–160 kali/menit, frekuensi nafas 40–60 kali per menit, tekanan darah sistolik 65–90, tekanan darah diastolik 45–64)
- Tidak diperlukan lagi tindakan medis tertentu seperti pemeriksaan atau perawatan intravena
- Tidak ditemukan tanda dan gejala infeksi serius pada bayi
- Mampu mempertahankan asupan oral untuk mencegah dehidrasi terulang kembali[26,44]