Panduan e-Prescription Infeksi HMPV
Panduan berikut dapat membantu dokter umum untuk mengenali, mendiagnosis, dan memberikan penanganan yang tepat pada infeksi HMPV atau human metapneumovirus ketika melakukan konsultasi online.
Tanda dan Gejala
Pasien umumnya mengeluhkan gejala yang mirip flu. Gejala yang dapat muncul antara lain batuk, demam, hidung tersumbat, rinore, dan sakit tenggorokan, yang sulit dibedakan dari common cold akibat patogen lain. Pada kasus berat, dapat muncul gejala saluran pernapasan bawah, seperti sesak napas dan mengi.[1,2,4]
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis flu seperti demam dan rinore. Pada kasus berat, dapat timbul tanda klinis takipnea, hipoksia, retraksi interkostal atau suprasternal, wheezing atau ronki halus pada auskultasi paru, dan penurunan suara napas di area paru dengan konsolidasi.[1,2]
Peringatan
Pada kebanyakan kasus, infeksi HMPV bersifat ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus (hanya suportif). Tanda bahaya yang perlu diawasi adalah takipnea, retraksi interkostal atau suprasternal, tanda hipoksia, dehidrasi, dan perburukan gejala atau komplikasi pada pasien berisiko.[1,2]
Paracetamol dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan hati berat atau penyakit hati aktif. Efek samping serius yang perlu diwaspadai yaitu kerusakan hati.[17]
Ibuprofen dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan ginjal atau hati berat. Efek samping serius yang perlu diwaspadai yaitu infark miokard, stroke, serta ulserasi gastrointestinal.[18]
Pseudoephedrine dikontraindikasikan pada pasien dengan hipertensi berat, penyakit arteri koroner berat, dan penyakit ginjal berat.[19]
Phenylephrine belum terbukti efektif dalam mengatasi kongesti nasal dan dikontraindikasikan pada pasien dengan hipertensi berat, takikardi ventrikular, dan hipertiroid berat. Efek samping yang perlu diwaspadai yaitu perdarahan serebri, aritmia ventrikular, infark miokard.[20]
Beclometasone inhalasi, budesonide inhalasi, fluticasone inhalasi, dan mometasone inhalasi dikontraindikasikan untuk digunakan sebagai terapi primer (misalnya, sebagai terapi tunggal) pada pasien status asmatikus atau pasien asma dengan episode serangan akut. Efek samping serius tetapi jarang yang perlu diawasi yaitu bronkospasme paradoks.[21-24]
Prednison dikontraindikasikan pada pasien dengan infeksi jamur sistemik.[25]
Medikamentosa
Medikamentosa pada infeksi HMPV bersifat simtomatik. Hingga kini, belum ada bukti kuat yang mendukung jenis antivirus tertentu untuk penanganan infeksi HMPV.
Analgesik/Antipiretik
Analgesik dan antipiretik yang dapat dipilih contohnya paracetamol dan ibuprofen.
- Dewasa: Paracetamol 1000 mg setiap 6 jam peroral. dengan dosis maksimal 4000 mg/hari. Ibuprofen 400 mg setiap 6 jam peroral.
- Anak: Paracetamol 15 mg/kg setiap 6 jam peroral, maksimal 60 mg/kg dalam 24 jam. Ibuprofen 10 mg/kg setiap 8 jam peroral.[17,18]
Dekongestan
Pseudoephedrine dapat digunakan untuk meredakan gejala pilek pada infeksi HMPV.
- Dewasa: Pseudoephedrine 30–60 mg setiap 4–6 jam, dengan dosis maksimal 240 mg/hari.
- Anak usia 6-12 tahun: Pseudoephedrine 30 mg setiap 6 jam, dengan dosis maksimal 120 mg/hari.
- Anak usia 2-5 tahun: Pseudoephedrine 15 mg setiap 6 jam, dengan dosis maksimal 60 mg/hari.[19,20]
Kortikosteroid Inhaler
Kortikosteroid tidak diberikan secara rutin pada infeksi HMPV. Kortikosteroid bisa dipertimbangkan pada kasus di mana pasien memiliki komorbiditas inflamasi kronis paru, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), digunakan tidak sebagai terapi primer tetapi dalam kombinasi dengan bronkodilator.
Dosis terapi untuk dewasa dan anak >12 tahun:
- Beclometasone inhalasi dapat diberikan 80-240 µg/hari (dosis rendah), 240-480 µg/hari (dosis sedang), atau >480 µg/hari (dosis tinggi). Obat diberikan dalam 2 dosis terbagi.
- Budesonide (dry powder inhaler/DPI) dapat diberikan 180-600 µg/hari (dosis rendah), 600-1200 µg/hari (dosis sedang), atau >1200 µg/hari (dosis tinggi). Obat diberikan dalam 2 dosis terbagi.
- Fluticasone (metered dose inhaler/MDI) dapat diberikan 88-264 µg/hari (dosis rendah), 264-440 µg/hari (dosis sedang), atau >440 µg/hari (dosis tinggi). Pada sediaan fluticasone DPI, dapat diberikan 100-300 µg/hari (dosis rendah), 300-500 µg/hari (dosis sedang), atau >500 µg/hari (dosis tinggi). Obat diberikan dalam 2 dosis terbagi.
- Mometasone (DPI) dapat diberikan 200 µg/hari (dosis rendah), 400 µg/hari (dosis sedang), atau >400 µg/hari (dosis tinggi). Obat diberikan dalam 2 dosis terbagi.
Dosis untuk anak usia 5-11 tahun
- Beclometasone inhalasi dapat diberikan 80-160 µg/hari (dosis rendah), 160-320 µg/hari (dosis sedang), atau >320 µg/hari (dosis tinggi). Obat diberikan dalam 2 dosis terbagi.
- Budesonide (DPI) dapat diberikan 180-400 µg/hari (dosis rendah), 400-800 µg/hari (dosis sedang), atau >800 µg/hari (dosis tinggi). Pilihan lain adalah budesonide inhalation suspension, yang diberikan 0,5 mg/hari (dosis rendah), 1 mg/hari (dosis sedang), atau 2 mg/hari (dosis tinggi). Obat diberikan dalam 2 dosis terbagi.
- Fluticasone (MDI) dapat diberikan 88-176 µg/hari (dosis rendah), 176-352 µg/hari (dosis sedang), atau >352 µg/hari (dosis tinggi). Jika sediaan fluticasone DPI, maka dapat diberikan 100-200 µg/hari (dosis rendah), 200-400 µg/hari (dosis sedang), >400 µg/hari (dosis tinggi). Obat diberikan dalam 2 dosis terbagi.
Dosis untuk bayi usia 0-4 tahun:
- Budesonide (inhalation suspension) diberikan 0,25-0,5 mg/hari (dosis rendah), 0,5-1 mg/hari (dosis sedang), atau >1 mg/hari (dosis tinggi). Obat diberikan dalam 2 dosis terbagi.
- Fluticasone (MDI) dapat diberikan 176 µg/hari (dosis rendah), 176-352 µg/hari (dosis sedang), atau >352 µg/hari (dosis tinggi). Obat diberikan dalam 2 dosis terbagi.[26]
Prednisone oral dapat diberikan dengan dosis dewasa 40-60 mg/hari peroral.[25]
Pemberian pada Ibu Hamil
Paracetamol oral termasuk kategori A berdasarkan therapeutic goods administration (TGA) sehingga aman digunakan pada ibu hamil. Budesonide inhalasi termasuk kategori B berdasarkan food and drug administration (FDA) sehingga dapat menjadi pilihan terapi untuk ibu hamil. Beclometasone inhalasi termasuk kategori B3 berdasarkan TGA sehingga dapat dipertimbangkan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[22,27]
Prednisone, phenylephrine, pseudoephedrine, fluticasone inhalasi, mometasone inhalasi termasuk kategori C berdasarkan FDA. Ibuprofen termasuk kategori C berdasarkan TGA. Penggunaan obat-obat tersebut terbatas di mana hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[23-29]