Pendahuluan Parasomnia
Parasomnia adalah sekelompok gangguan tidur yang ditandai dengan aktivitas fisik atau perilaku abnormal yang terjadi saat tidur atau pada saat fase transisi dari terbangun ke tidur. Parasomnia dapat terjadi baik pada fase non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Gangguan ini sering kali menimbulkan pengalaman yang tidak nyaman baik bagi pasien maupun pada pasangan tidur.[1]
Parasomnia dapat terjadi karena dipengaruhi faktor genetik, faktor lingkungan, faktor fisiologis, dan kondisi komorbid pasien. Anak yang memiliki orang tua dengan riwayat parasomnia akan lebih berisiko mengalami parasomnia.[2,3]
Diagnosis parasomnia sebagai gangguan tidur ditegakkan secara klinis berdasarkan kriteria diagnosis DSM–V atau Internal Classification of Sleep Disorder (ICSD)–3. Umumnya anamnesis yang lengkap tentang riwayat tidur dan riwayat medis pasien sudah cukup untuk mendiagnosis parasomnia. Apabila diperlukan, dapat dilakukan penunjang berupa polisomnografi dan actinography.[2,3]
Tata laksana parasomnia yang utama adalah memastikan keamanan pasien dan pasangan tidur. Beberapa tindakan yang dilakukan meliputi memberikan bantalan atau penghalang pada sisi ranjang, mengunci pintu dan jendela, dan memindahkan objek yang membahayakan pasien. Membangunkan pasien dapat mencetuskan tindakan agresif.
Tata laksana farmakoterapi diberikan apabila terdapat perilaku membahayakan. Obat yang diberikan harus memperhatikan komorbid pasien, seperti dementia.[1]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli