Prognosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Prognosis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) kurang baik karena morbiditas yang tinggi, risiko mortalitas, dan belum ada terapi definitif yang didukung bukti ilmiah adekuat untuk mengatasi kondisi ini. Pengukuran prognosis dapat dilakukan dengan menilai BODE (Bosy Mass Index, Airflow Obstruction, Dyspnea, dan Exercise Capacity).
Komplikasi
PPOK mempengaruhi tidak hanya paru. Pasien PPOK dapat mengalami komplikasi pada otot skeletal, infeksi, maupun komplikasi kardiovaskular.
Disfungsi Otot
Kelemahan otot rangka merupakan komplikasi umum dari PPOK. Disfungsi otot ini akan menyebabkan penurunan kapasitas latihan fungsional, gangguan kualitas hidup, dan peningkatan mortalitas.
Penyakit Kardiovaskular
Kejadian kardiovaskular sering terjadi pada pasien dengan PPOK. Selain itu, PPOK juga sering ditemukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular. Mekanisme yang menghubungkan keduanya mencakup adanya disfungsi vaskular, aktivasi neurohumoral, inflamasi sistemik, dan hiperinflasi. Inflamasi sistemik pada PPOK telah dikaitkan dengan terjadinya aterosklerosis.
Hiperinflasi akan mengurangi pengisian jantung dan mengganggu curah jantung, menyebabkan penurunan saturasi vena dan kerusakan jaringan pembuluh darah paru. Pada akhirnya, hal ini dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan atau cor pulmonale.
Osteoporosis
PPOK dapat menyebabkan pasien kekurangan gizi dan berkurangnya waktu yang dihabiskan di luar ruangan. Hal ini telah dilaporkan menyebabkan prevalensi osteoporosis yang tinggi pada kelompok pasien PPOK.
Gangguan Kognitif dan Sistem Saraf
Neuropati perifer dan kram otot merupakan keluhan yang lebih sering terjadi pada pasien PPOK. Meski demikian, mekanisme pasti yang menghubungkan keduanya masih belum diketahui.
PPOK juga telah dilaporkan berkaitan dengan perburukan fungsi kognitif dan memori. Pasien PPOK juga lebih berisiko mengalami depresi dan ansietas.[1,2,25]
Prognosis
Prognosis PPOK bergantung pada kepatuhan pasien menjalani terapi medikamentosa maupun nonmedikamentosa, serta menghindari penyebab utama PPOK. Berhenti merokok telah dilaporkan berkaitan dengan peningkatan kesintasan pasien PPOK.
BODE
BODE (Bosy Mass Index, Airflow Obstruction, Dyspnea, dan Exercise Capacity) merupakan salah satu parameter pemeriksaan dalam menentukan risiko mortalitas pada PPOK. Nilai BODE dapat dihitung dengan cara berikut.
Indeks Massa Tubuh (body mass index/BMI):
- Di atas 21 kg/m2: 0 poin
- Di bawah 21 kg/m2: 1 poin
FEV1:
- <65%: 0 poin
- 50-64%: 1 poin
- 36-49%: 2 poin
- <35%: 3 poin
Dyspnea:
- Sesak napas dirasakan bila melakukan aktivitas berat: 0 poin
- Sesak napas dirasakan saat berjalan di daerah tanjakan: 0 poin
- Sesak napas dirasakan saat berjalan di atas dataran yang rata, pasien merasa harus berhenti sesekali karena sesak napas: 1 poin
- Sesak napas dirasakan setelah berjalan beberapa menit: 2 poin
- Pasien tidak bisa meninggalkan rumah karena merasa sesak napas: 3 poin
Tes Jalan 6 Menit:
- Pasien dapat berjalan sejauh lebih dari 350 meter: 0 poin
- Pasien dapat berjalan sejauh 250-349 meter: 1 poin
- Pasien dapat berjalan sejauh 150-249 meter: 2 poin
- Pasien hanya dapat berjalan <149 meter: 3 poin
Survival rate 4 tahun berdasarkan total jumlah poin variabel BODE diatas adalah sebagai berikut:
- 0-2 poin = 80%
- 3-4 poin = 67%
- 5-6 poin = 57%
- 7-10 poin = 18%.[2,22]
Komorbiditas
PPOK berhubungan dengan beberapa penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi prognosis PPOK ke arah yang negatif.
Kanker Paru:
Inflamasi kronik yang terjadi pada PPOK seringkali menyebabkan komplikasi keganasan, yakni berupa kanker paru. Kanker paru menjadi penyebab utama kematian pada pasien PPOK. Semua pasien PPOK harus diinstruksikan agar mau berhenti merokok bila ingin ikut menurunkan risiko kanker paru tersebut. Pemeriksaan skrining sebaiknya dilakukan pada seluruh pasien PPOK untuk mencari adanya komorbiditas kanker paru.
Penyakit Kardiovaskuler:
Penyakit arteri koroner, gagal jantung, penyakit arteri perifer, serta hipertensi merupakan komorbiditas yang lazim terjadi bersamaan dengan PPOK. Keberadaan komorbiditas ini akan memperburuk prognosis pasien.
Gangguan Napas terkait Tidur:
Gangguan napas terkait tidur atau sleep related breathing disorder SRBD sering ditemukan pada pasien PPOK. Hal ini berkaitan dengan kualitas hidup yang buruk serta ikut meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Gangguan Psikiatri:
Pasien dengan PPOK juga diketahui memiliki risiko tinggi mengalami depresi dan gangguan cemas daripada perokok yang belum mengalami PPOK. Telah terbukti bahwa rehabilitasi paru yang dijalani oleh sebagian pasien dapat membantu menurunkan depresi dan cemas.
Lainnya:
Komorbiditas lainnya yang sering menyertai PPOK adalah sindrom metabolik, diabetes mellitus, insufisiensi renal, dan osteoporosis.[26,34-37]
Penulisan pertama: dr. Yudhistira Kurnia