Indikasi Metode Penjahitan Kulit
Indikasi dilakukannya metode penjahitan kulit atau suturing pada umumnya meliputi luka terbuka superfisial yang bersih dengan skin loss minimal, maupun luka operasi. Selain itu, “usia” dari suatu luka dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk penjahitan luka atau perawatan luka terbuka (luka tidak dijahit).[4]
Akan tetapi, hingga saat ini cut-off dari waktu yang dianggap sebagai golden period untuk dilakukan penjahitan luka masih belum diketahui secara pasti. Pada beberapa keadaan tertentu seperti panjang luka >5 cm, lokasi luka di ekstremitas, adanya kontaminasi benda asing, pasien berusia 75-100 tahun, dan diabetes menjadi pertimbangan menunda penutupan luka untuk dilakukan observasi dan melihat adanya jaringan yang infeksi atau mengalami devitalisasi. Hal ini karena risiko terjadinya infeksi lebih tinggi pada kondisi-kondisi tersebut.[4,5]
Luka yang bersih dan tidak terkontaminasi, tanpa keadaan yang telah disebutkan sebelumnya, dengan usia akut, yaitu berusia <12 jam, sebaiknya segera dilakukan penutupan primer (jahit, staples, adhesive, atau teknik penutupan luka lainnya) agar dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi.[4,12,33]
Sedangkan luka lama memiliki risiko infeksi lebih tinggi apabila dilakukan penjahitan segera, sehingga lebih disarankan untuk dilakukan perawatan terbuka. Tidak ada studi yang secara jelas menetapkan definisi dari luka lama, ada yang mengatakan luka yang berusia lebih dari 10 jam, 12 jam, 19 jam bahkan 24 jam.[4]
Indikasi Pemilihan Metode Penjahitan
Metode penjahitan meliputi simple interrupted suture, simple running suture, matras vertikal, matras horizontal dan subkutikuler. Indikasi pemilihan metode ini berbeda-beda.[1,5]
Simple Interrupted Suture:
Indikasi dilakukannya simple interrupted suture adalah hampir semua luka yang berusia akut, tidak terkontaminasi, memiliki ujung luka, luka laserasi, dan cukup dalam sampai mempenetrasi dermis, sehingga dapat menimbulkan pembentukan skar setelah penyembuhan luka.[22,24]
Simple Running Suture:
Indikasi dilakukannya simple running suture adalah pada luka yang panjang, dan biasanya yang sudah terlebih dahulu dilakukan penjahitan luka bagian dalam untuk meminimalisir tekanan pada luka.[1]
Matras Vertikal:
Indikasi dilakukannya penjahitan dengan metode matras vertikal adalah pada luka yang tepinya sulit dieversi, misalnya pada lokasi tubuh yang berisiko menyebabkan tepi luka mengalami inversi (misalnya area belakang leher, atau area tubuh lainnya yang memiliki permukaan konkaf). Selain itu, teknik ini juga dipilih untuk meminimalisir tensile strength.[1,24]
Matras Horizontal:
Indikasi dilakukannya penjahitan dengan metode matras horizontal adalah pada luka yang memerlukan kekuatan tension yang tinggi, dan dapat digunakan pada kondisi dimana risiko terjadinya wound dehiscence tinggi serta pelebaran skar. Seperti matras vertikal, matras horizontal juga dapat diindikasikan pada kondisi dimana eversi tepi luka sulit.[6]
Subkutikuler:
Indikasi dilakukannya penjahitan dengan metode subkutikuler adalah pada luka yang hanya membutuhkan tensile strength minimal dan luas dead space yang sedikit. Selain itu, teknik ini juga dipilih apabila ingin mengutamakan kosmetik.[6]
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati MMedPH