Pendahuluan Pemeriksaan Refleks Fisiologis
Pemeriksaan refleks fisiologis umumnya dilakukan untuk menilai fungsi sensorimotor tubuh, misalnya pada kasus stroke, cedera otak traumatik, sindrom Guillain-Barre, dan multiple sclerosis. Pemeriksaan ini tergabung dalam pemeriksaan neurologi lengkap.
Pemeriksaan refleks fisiologis dapat mendeteksi lesi pada lower motor neuron (LMN) maupun upper motor neuron (UMN). Tergantung pada lokasi lesi, hasil pemeriksaan refleks mungkin tampak normal, meningkat (hiperrefleks), atau menurun (hiporefleks). Beberapa kasus juga mungkin tidak menunjukkan refleks sama sekali.[1-5]
Interpretasi refleks fisiologis adalah sebagai berikut:
- Hiperrefleks menandakan adanya lesi pada UMN, misalnya pada kasus cedera otak traumatik, stroke, multiple sclerosis, tumor otak, defisiensi vitamin B12, dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS)
- Hiporefleks menandakan adanya lesi pada LMN, misalnya pada kasus neuropati perifer, sindrom cauda equina, sindrom Guillain-Barre, poliomielitis, dan ALS[1-3]
Pemeriksaan refleks fisiologis dibedakan menjadi refleks dalam dan refleks superfisial. Refleks dalam biasanya disebut juga sebagai refleks regang otot, refleks tendon, refleks periostal, atau refleks miotatik. Untuk melakukan pemeriksaan refleks dalam, alat pemeriksaan khusus berupa palu refleks diperlukan untuk mengetuk tendon dari tiap refleks yang akan diperiksa.[1,4]
Sementara itu, pada pemeriksaan refleks superfisial, stimulasi diberikan di area kulit atau membran mukosa berupa sentuhan. Pengecualian adalah pada pemeriksaan refleks pupil, di mana stimulasi merupakan cahaya yang dipancarkan ke pupil. Refleks superfisial yang dimediasi oleh saraf kranial memiliki karakteristik konsensual, dengan respons bilateral terhadap stimulus unilateral.[2]
Pemeriksaan refleks fisiologis tidak terlalu tergantung pada kemampuan kerja sama pasien. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pula pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran, pasien bayi atau anak, dan pasien gelisah. Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan refleks memiliki nilai yang penting dan bersifat objektif.[4]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur