Indikasi Induksi Persalinan
Indikasi induksi persalinan dapat dibagi menjadi indikasi fetal dan indikasi maternal. Beberapa kondisi yang sering menjadi indikasi induksi persalinan adalah kehamilan postterm, ketuban pecah dini, dan preeklampsia. Faktor lain seperti usia kehamilan, preferensi pasien dan preferensi tenaga kesehatan juga dipertimbangkan dalam membuat keputusan untuk dilakukan tindakan induksi persalinan.[1,2]
Indikasi Maternal
Indikasi maternal untuk induksi persalinan antara lain adanya ketuban pecah dini, kehamilan postterm, diabetes gestasional, kolestasis intrahepatik pada kehamilan, dan vaginal birth after caesarean delivery (VBAC).[3,4]
Kehamilan Postterm
Kehamilan postterm merupakan indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kehamilan yang berlanjut telah dikaitkan dengan peningkatan risiko, baik untuk janin maupun ibu. Risiko untuk janin meliputi peningkatan kebutuhan perawatan intensif neonatal, makrosomia, distosia bahu, keterlambatan pertumbuhan janin, kematian janin, dan mortalitas neonatal yang lebih tinggi. Risiko maternal mencakup robekan perineum, infeksi, perdarahan postpartum, dan peningkatan angka persalinan dengan operasi caesar.
Oleh karena itu, organisasi seperti Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada (SOGC) dan National Institute for Health and Care Excellence (NICE) merekomendasikan induksi persalinan antara 41+0 hingga 42+0 minggu kehamilan, sementara American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyarankan induksi setelah 42+0 hingga 42+6 minggu kehamilan walaupun induksi antara 41+0 dan 42+0 minggu kehamilan juga dapat dipertimbangkan.
WHO juga menyarankan induksi persalinan untuk kehamilan tanpa komplikasi yang telah mencapai 41 minggu kehamilan, dengan penentuan usia kehamilan yang akurat dilakukan menggunakan ultrasonografi. Penerapan pemeriksaan ultrasonografi rutin sebelum 24 minggu kehamilan membantu dalam penentuan usia kehamilan yang tepat dan memudahkan kepatuhan terhadap rekomendasi ini.[14]
Peningkatan Usia Kehamilan
Indikasi induksi persalinan lainnya adalah untuk wanita nullipara dengan risiko rendah pada usia kehamilan 39 minggu. Bukti ilmiah yang tersedia menunjukkan bahwa melakukan induksi persalinan pada usia kehamilan ini tidak mengurangi frekuensi luaran perinatal yang buruk secara signifikan, namun mengurangi frekuensi persalinan dengan operasi caesar.
Terdapat meta analisis yang menunjukkan bahwa induksi persalinan pada usia kehamilan 39 minggu berhubungan dengan frekuensi persalinan dengan operasi caesar yang lebih rendah, infeksi peripartum yang lebih rendah, serta angka morbiditas pernapasan dan masuk ruang perawatan intensif neonatal yang lebih rendah.[14]
Ketuban Pecah Dini
ACOG dan NICE merekomendasikan induksi persalinan pada usia kehamilan 34 minggu dalam kasus ketuban pecah dini prematur, sementara SOGC merekomendasikan induksi pada usia kehamilan 32 minggu jika kematangan paru janin dapat didokumentasikan.
Selain itu, ACOG, SOGC, dan WHO merekomendasikan induksi persalinan dalam kasus ketuban pecah dini pada kehamilan aterm. NICE menyatakan bahwa semua wanita dengan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm harus diberi pilihan untuk induksi atau menunggu.
Tinjauan Cochrane tahun 2017 melibatkan 23 uji coba untuk mengevaluasi efek dari kelahiran dini yang direncanakan (intervensi segera atau dalam waktu 24 jam) dibandingkan dengan manajemen menunggu (tanpa intervensi yang direncanakan dalam waktu 24 jam) untuk wanita dengan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm. Wanita yang menjalani kelahiran dini yang direncanakan memiliki risiko yang lebih rendah terhadap morbiditas infeksi maternal, seperti korioamnionitis atau endometritis, dibandingkan dengan wanita yang menjalani manajemen menunggu.[14]
Vaginal Birth After Cesarean Delivery (VBAC)
ACOG, SOGC, dan NICE menganggap induksi persalinan tetap menjadi salah satu opsi dalam kasus pasien yang ingin mencoba persalinan pervaginam setelah riwayat operasi caesar, sementara WHO tidak memberikan rekomendasi khusus.
Dalam kasus seperti ini, ACOG dan WHO menyarankan untuk tidak menggunakan misoprostol, sementara SOGC menyatakan tidak boleh menggunakan prostaglandin apapun. Di sisi lain, NICE menyatakan bahwa prostaglandin vaginal dapat diberikan dengan mempertimbangkan keadaan dan keinginan pasien.
Tinjauan Cochrane menyimpulkan bahwa bukti dari uji coba terkontrol acak mengenai metode induksi untuk wanita dengan riwayat persalinan dengan operasi caesar sebelumnya masih kurang memadai, dan studi yang ada memiliki daya statistik yang kurang untuk mendeteksi perbedaan klinis yang signifikan untuk banyak luaran.
Mengenai oxytocin, baik ACOG maupun SOGC menyatakan bahwa penggunaannya tidak menjadi kontraindikasi dan dapat digunakan untuk induksi persalinan VBAC.[14]
Diabetes pada Kehamilan
Induksi persalinan pada kasus diabetes dalam kehamilan bergantung pada jenis diabetes dan tingkat kontrol glikemik. Untuk diabetes gestasional yang dapat dikendalikan dengan diet dan olahraga, induksi sebaiknya tidak dilakukan sebelum usia kehamilan 39 minggu menurut panduan dari ACOG. Namun, jika diabetes gestasional memerlukan obat untuk pengendalian, SOGC merekomendasikan induksi antara usia kehamilan 39 minggu 0 hari hingga 39 minggu 6 hari.
Pada kasus diabetes pregestasional, SOGC merekomendasikan induksi persalinan antara usia kehamilan 38 hingga 40 minggu, tergantung pada kontrol glikemik dan faktor komorbiditas lainnya. NICE merekomendasikan induksi persalinan antara usia kehamilan 37 hingga 39 minggu untuk wanita dengan diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2.
Untuk kasus diabetes gestasional atau pregestasional, WHO tidak memberikan rekomendasi khusus, tetapi menyatakan bahwa jika diabetes gestasional adalah satu-satunya kelainan, induksi persalinan sebelum usia kehamilan 41 minggu tidak disarankan.[14]
Kolestasis Intrahepatik pada Kehamilan
Kadar konsentrasi asam empedu selama kehamilan telah dikaitkan dengan kejadian kematian janin dan komplikasi neonatal, tetapi nilai ambang batas bervariasi antara > 40 µmol/L hingga > 100 µmol/L dalam berbagai penelitian. Berdasarkan beberapa bukti yang tersedia, induksi persalinan dapat direkomendasikan antara minggu 34+0 hingga minggu 36+6 kehamilan jika konsentrasi asam empedu > 100 µmol/L.[13]
Indikasi Fetal
Indikasi fetus antara lain adanya intrauterine growth restriction, risiko kematian janin pada kehamilan postterm, dan kondisi lain yang berkaitan dengan kesejahteraan janin.[3,4]
Gestasi Multipel
Menurut panduan dari SOGC, induksi persalinan direkomendasikan hanya pada kehamilan kembar tanpa komplikasi yang mencapai 38 minggu atau lebih. Sementara itu, organisasi lain tidak memberikan rekomendasi khusus mengenai hal ini.
Sebuah tinjauan Cochrane yang relevan memasukkan 2 uji coba terkontrol acak yang membandingkan hasil maternal dan neonatal pada kehamilan kembar yang menjalani persalinan elektif mulai dari 37 minggu kehamilan dibandingkan dengan manajemen menunggu. Tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam luaran persalinan dan komplikasi, baik untuk ibu maupun bayi, antara kelompok yang menjalani induksi dan manajemen menunggu pada kehamilan kembar.[14]
Kematian Janin
Kebanyakan panduan medis merekomendasikan induksi persalinan dalam kasus kematian janin. Meski begitu, NICE menyatakan bahwa wanita juga dapat diberikan pilihan manajemen menunggu.
Mengenai metode farmakologis optimal untuk induksi persalinan dalam kasus kematian janin, ACOG merekomendasikan protokol obstetrik biasa, sedangkan NICE merekomendasikan mifepristone oral diikuti dengan prostaglandin E2 vaginal atau misoprostol vaginal. WHO merekomendasikan misoprostol oral atau vaginal.[14]
Penulisan pertama oleh: dr. Rachmah Trijayanti