Pendahuluan Kolposkopi
Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan pada serviks, vulva, dan vagina dengan menggunakan alat yang disebut kolposkop dan juga bantuan pencahayaan serta pembesaran yang cukup. Kolposkop secara khusus didefinisikan sebagai mikroskop stereoskopik binokuler dengan fokal yang panjang dan sumber cahaya yang kuat. Kolposkop modern dapat memberikan pembesaran antara 2 kali dan 40 kali, walaupun pemeriksaan kolposkopi rutin dilakukan pada pembesaran 10 dan 15 kali.[1,2]
Kolposkopi dilakukan dengan tujuan utama untuk mengidentifikasi lesi premaligna dan maligna. Kondisi jinak lainnya seperti penyakit kelamin, polip dan infeksi juga dapat dideteksi dengan kolposkopi. Indikasi dari kolposkopi adalah untuk mengevaluasi lebih lanjut setiap wanita yang memiliki hasil pemeriksaan Papinocalau (Pap smear) yang abnormal, wanita dengan hasil pemeriksaan inspeksi visual asetat (IVA) yang positif, wanita yang berisiko tinggi terinfeksi human papillomavirus (HPV), atau wanita dengan tampilan serviks yang mencurigakan meskipun hasil pap smear normal.[1,3]
Kolposkopi awalnya memiliki variabilitas yang signifikan dan reliabilitas yang buruk karena belum terdapat standar yang baku prosedur. American Society for Colposcopy and Cervical Pathology (ASCCP) akhirnya menerbitkan standar kolposkopi pada tahun 2017 untuk mengatasi masalah ini. Standarisasi terminologi dibuat untuk menyederhanakan dan memastikan pemeriksaan kolposkopi yang komprehensif dilakukan pada setiap prosedur.[1,4]
Komplikasi dari prosedur kolposkopi dapat berupa rasa tidak nyaman saat prosedur pemeriksaan berlangsung, perdarahan minor, dan infeksi. Namun, komplikasi tersebut biasanya jarang terjadi. Pasien yang telah selesai melakukan pemeriksaan kolposkopi perlu mendapat edukasi mengenai kapan dan bagaimana pasien akan menerima hasil pemeriksaan, kemungkinan hasil yang dapat terjadi, dan waktu untuk follow-up.[1,5]