Teknik Kolposkopi
Teknik kolposkopi dilakukan dengan menggunakan kolposkop, serta bantuan pencahayaan dan pembesaran yang cukup. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk mendeteksi kelainan pada serviks, vulva, dan vagina.[4,6]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang akan menjalani kolposkopi diawali dengan anamnesis, pemberian informasi mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan, perawatan yang mungkin akan dibutuhkan sebelum tindakan, dan permintaan informed consent.[1,7]
Anamnesis
Anamnesis yang memadai perlu dilakukan untuk pasien yang akan menjalani prosedur kolposkopi. Anamnesis menggali riwayat perjalanan penyakit yang detail seperti adanya nyeri panggul, perdarahan pasca koitus, atau perdarahan pasca menopause.
Dokter juga perlu menanyakan riwayat haid, seperti hari pertama haid terakhir, panjang siklus, durasi haid, volume haid, regularitas haid, riwayat menarche, riwayat dismenore, riwayat perdarahan antara periode haid, riwayat penggunaan alat kontrasepsi, pola seksualitas, riwayat hubungan seksual yang berisiko, riwayat kehamilan dan persalinan, riwayat pemeriksaan sebelumnya yang relevan seperti pap smear dan pemeriksaan inspeksi visual asetat, riwayat penyakit terdahulu, serta riwayat pengobatan termasuk radioterapi.[1,5]
Pemberian Informasi Terkait Prosedur Kolposkopi
Pemberian informasi terkait tujuan dari prosedur kolposkopi sangat penting bagi pasien untuk memutuskan apakah pasien bersedia menjalani tindakan ataupun tidak. Informasi meliputi indikasi pemeriksaan, teknik atau pendekatan prosedur yang dipakai, efek samping ataupun komplikasi yang mungkin terjadi, kemungkinan hasil pemeriksaan, dan kemungkinan adanya penyulit yang ditemukan saat pemeriksaan dilakukan.
Perlu juga dijelaskan, bahwa apabila terdapat indikasi, beberapa tindakan yang menyertai pemeriksaan kolposkopi, seperti pengambilan sekret vagina, sekret serviks, biopsi, kuret endoserviks, dan pengambilan foto dapat dilakukan.[5,7]
Permintaan Informed Consent
Hal utama lain yang penting untuk dilakukan sebelum melakukan prosedur kolposkopi adalah permintaan informed consent. Dibutuhkan keahlian komunikasi yang efektif dalam proses ini. Informed consent berisi pernyataan:
- Pasien menerima atau menolak prosedur kolposkopi
- Jika pasien setuju untuk menjalani prosedur kolposkopi, pasien mengerti indikasi dan risiko yang dapat terjadi dari prosedur
- Memberikan pasien kekuasaan untuk menghentikan prosedur kolposkopi yang belum berlangsung jika pemeriksaan dirasa tidak nyaman secara fisik atau psikologis[1,5]
Peralatan
Beberapa peralatan dan bahan berikut akan dibutuhkan dalam prosedur kolposkopi:
- Kolposkop
- Spekulum vagina
- Larutan asam asetat 5%
- Lugol iodin
- Forsep untuk biopsi
- Spekulum endoserviks
- Kevorkian kuret atau sikat endoserviks
- Lampu sorot
- Nierbeken
- Sarung tangan steril
- Gel untuk lubrikasi
- Cairan Monsel
- Cairan formaldehida 10%[1,5]
Posisi Pasien
Posisi pasien pada saat pemeriksaan kolposkopi adalah posisi litotomi dengan berbaring di meja ginekologi dan kolposkop diletakkan di depan organ genitalia pasien.[1]
Prosedural
Pertama, persiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan kolposkopi. Posisikan pasien berbaring dan litotomi, pastikan sumber cahaya dalam posisi yang tepat agar visualisasi serviks terlihat jelas. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan dan gunakan sarung tangan steril dan jangan lupa untuk meminta izin pada pasien serta memberikan penjelasan sebelum melakukan pemeriksaan. Prosedur kolposkopi mencakup:
- Inspeksi dan palpasi organ genitalia eksterna, apakah terdapat kemerahan, benjolan, tumor, pembengkakan, discharge, ulkus atau tanda-tanda infeksi lainnya.
- Ambil spekulum terbesar yang dapat dimasukkan senyaman mungkin, basahi dengan air suam-suam kuku agar mendekati suhu tubuh, masukkan spekulum sepanjang aksis introitus hingga separuhnya masuk ke vagina, lalu putar 90 derajat. Buka dan kencangkan spekulum saat berhasil dimasukkan sepenuhnya sehingga serviks tampak dengan jelas
- Inspeksi vagina dan serviks secara visual. Ekstraksi lendir atau kotoran yang berlebih dengan lembut menggunakan aplikator berujung kapas yang dibasahi dengan cairan salin normal. Dokumentasikan setiap temuan klinis pada inspeksi awal.
- Oleskan larutan asam asetat 3-5% dengan kapas besar yang telah dibasahi larutan asam asetat. Kemudian, biarkan selama 60 detik sebelum memeriksa perubahan.
- Posisikan kolposkop dan fokus pada serviks dengan perbesaran yang diinginkan.
- Periksa dengan hati-hati untuk memastikan bahwa seluruh zona transformasi dapat diamati. Jika zona transformasi meluas ke kanal serviks, penggunaan spekulum endoserviks dapat membantu visualisasi. Jika seluruh zona transformasi tidak dapat diamati, atau jika seluruh lesi tidak dapat divisualisasikan, evaluasi harus dianggap tidak memuaskan.
- Identifikasi dan dokumentasikan dengan gambar dan deskripsi keberadaan lesi acetowhite dan pola vaskular internalnya.
Banyak ahli kolposkopi juga mengoleskan Lugol iodin pada serviks setelah pemeriksaan awal dan sebelum dilakukan biopsi. Hal ini merupakan proses pewarnaan yang kurang spesifik. Namun, tindakan ini dapat berguna untuk memberikan informasi tambahan mengenai sejauh mana perubahan epitel abnormal.
Pengambilan Sampel dan Analisis Histologis
Sampel biopsi harus diambil dari semua lesi abnormal. Seperti diketahui, penampakan lesi secara visual merupakan prediktor yang buruk untuk derajat perubahan displastik. Analisis histologis dari semua lesi diperlukan untuk mengoptimalkan sensitivitas pemeriksaan dan meminimalisir risiko kehilangan kelainan yang signifikan. Sampel biopsi biasanya dapat diperoleh tanpa memerlukan anestesi, tetapi penggunaan anestesi tidak dikontraindikasikan.
Instrumen biopsi harus dari tipe 2 bilah (misalnya Tischler, Burke, Kevorkian), dijaga tajam dan dalam kondisi kerja yang baik. Spesimen harus dikeluarkan dari instrumen dan ditempatkan dalam fiksatif yang sesuai dalam wadah berlabel dan diserahkan untuk evaluasi histologis. Adapun prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
- Pengambilan sampel sitologi endoserviks dengan cytobrush, atau sebagai alternatif kuretase endoserviks, dapat digunakan untuk mengevaluasi patologi endoserviks. Dengan teknik manapun, sampel dikirim secara fiksatif. Kehamilan merupakan kontraindikasi relatif untuk pengambilan sampel endoserviks.
- Agen hemostatik diterapkan ke setiap tempat biopsi segera setelah pengambilan sampel. Pasta monsel (dehydrated ferric subsulfate) dan perak nitrat dianggap sebagai pilihan yang efektif.
- Spekulum dilepas, dan instruksi pasien disediakan. Bercak dan pelepasan ringan bisa terjadi. Koitus harus dihindari selama 7-10 hari, dan pemeriksaan lanjutan serta diskusi tentang temuan patologis dilakukan dalam 1-2 minggu.[1,5]
Follow up
Semua temuan dari pemeriksaan kolposkopi harus didokumentasikan menurut nomenklatur yang disetujui oleh International Federation of Cervical Pathology and Colposcopy (IFCPC), yang terbagi dalam 5 kategori penilaian, yaitu:
- Penilaian umum
- Temuan kolposkopi normal
- Temuan kolposkopi abnormal
- Kecurigaan suatu invasi
- Temuan tambahan[1]
Penilaian Umum
Penilaian umum yang perlu dicatat setelah prosedur kolposkopi adalah:
- Adekuat atau tidak adekuat (tidak adekuat misalnya karena adanya perdarahan, jaringan fibrosis, dan peradangan pada serviks)
- Visibilitas Squamocolumnar Junction: terlihat jelas, terlihat sebagian, atau tidak terlihat)
- Tipe zona transformasi[8]
Pemeriksaan kolposkopi harus dianggap tidak adekuat karena salah satu alasan berikut:
- Margin endoserviks dari area abnormal mana pun tidak dapat divisualisasikan sepenuhnya.
Squamocolumnar junction tidak dapat divisualisasikan sepenuhnya.
- Ada bukti penyakit endoserviks yang tidak terlihat pada saat kolposkopi.
Tindak lanjut pada pemeriksaan kolposkopi yang tidak adekuat akan bergantung pada indikasi kolposkopi, tingkat kelainan sitologi jika ada, dan alasan penilaian tidak adekuat. Jika ada kecurigaan kanker invasif, biopsi multiple punch harus dilakukan atau kolposkopi harus diulang dengan anestesi umum atau regional. Jika serviks tidak dapat terlihat akibat vaginitis, atrofi parah, atau inflamasi berat, maka terapi medikamentosa dipertimbangkan, diikuti dengan kolposkopi ulang.[1]
Temuan Kolposkopi Normal
Untuk memahami temuan kolposkopi yang normal, pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi serviks penting penting untuk diketahui. Gambaran normal epitel skuamosa menunjukkan permukaan serviks dan vagina yang berwarna merah muda dan halus.
Epitel normal tidak berwarna putih pada pemeriksaan asam asetat dan akan berwarna coklat setelah aplikasi Lugol iodin. Dua gambaran pola pembuluh darah yang tampak pada epitel skuamosa adalah kapiler yang berbentuk retikuler (network-capillaries) atau kapiler yang berbentuk jepit rambut (hairpin capillaries).[1]
Temuan Kolposkopi Abnormal
Temuan kolposkopi abnormal termasuk perubahan setelah aplikasi asam asetat, perubahan setelah aplikasi Lugol iodin, kelainan vaskular, dan berbagai perubahan nonspesifik.
Lokasi Lesi:
Nilai lokasi lesi, apakah di dalam atau di luar zona transformasi. Lesi apapun yang terdeteksi dari pemeriksaan kolposkopi, terutama pada zona transformasi harus dicatat. Luas zona transformasi harus dinilai terlebih dahulu, diikuti dengan penilaian apakah lesi berada di dalam atau di luar zona transformasi, atau keduanya. Perhatikan apakah lesi meluas ke arah squamocolumnar junction atau meluas ke dalam endoserviks.
Semua lesi cervical intraepithelial neoplasia (CIN) high grade terletak di zona transformasi dan muncul dari atau dekat dengan squamocolumnar junction. Pada zona transformasi tipe 2 atau tipe 3, lesi dapat meluas ke dalam endoserviks. Lesi di luar zona transformasi atau jauh dari squamocolumnar junction biasanya disebabkan oleh infeksi subklinis papillomavirus (ISP), kondiloma, atau CIN1.
Ukuran Lesi:
Nilai ukuran lesi berdasarkan nomor kuadran serviks yang dicakupnya. Kuadran serviks adalah garis-garis khayal yang membagi serviks melalui pusat menjadi 4 kuadran. Ukuran lesi juga dapat dicatat sebagai perkiraan persentase dari seluruh permukaan serviks yang terkena, misalnya kurang dari 25%, 25 hingga 50%, 50 hingga 75%, serta lebih dari 75%.[7]
Kecurigaan Adanya Invasi
Suatu lesi dapat dicurigai sebagai suatu invasi bila ada pembuluh darah atipikal. Tanda tambahan antara lain pembuluh darah yang rapuh, adanya lesi eksofitik, nekrosis, ulserasi, dan tumor.[7]
Temuan Tambahan
Temuan tambahan dari pemeriksaan kolposkopi yang perlu dicatat antara lain kondiloma, polip, inflamasi (ektoserviks atau endoserviks), stenosis, anomali kongenital, dan endometriosis.[7]
Skor Swede
Setelah mendokumentasikan hasil pemeriksaan kolposkopi berdasarkan nomenklatur, selanjutnya adalah menghitung skor Swede sesuai dengan 5 karakteristik yang dijabarkan pada tabel berikut.[9]
Tabel 1. Skor Swede
Skor Swede | 0 | 1 | 2 |
Aceto uptake | Nol atau transparan | Shady, milky (tidak transparan dan tidak opak) | Tegas, opak putih |
Margin atau permukaan | Difus | Tajam tapi ireguler, bergerigi, geografis | Tajam dan rata, terdapat perbedaan pada level permukaan, termasuk cuffing |
Pembuluh darah | Halus, reguler | Absen | Kasar atau atipikal |
Ukuran lesi | < 5 mm | 5-15 mm atau 2 kuadran | > 15 mm atau 3-4 kuadran atau tidak dapat didefinisikan melalui pemeriksaan endoserviks |
Pewarnaan dengan Lugol iodine | Coklat | Kuning samar dan tidak merata | Kuning tegas |
Interpretasi skor Swede dalam memprediksi cervical intraepithelial neoplasia (CIN):
- Skor 0-4: normal atau CIN1
- Skor 5-6: CIN2 atau CIN3
- Skor 7-10: CIN3 atau kanker[9]