Teknik Pemeriksaan Fisik Telinga
Teknik pemeriksaan fisik telinga secara umum terdiri dari inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan fisik telinga harus didahului dengan anamnesis mengenai keluhan yang dialami oleh pasien.
Pemeriksaan fungsional telinga sederhana juga dapat dilakukan dalam pemeriksaan fisik telinga. Posisi pasien anak dan pasien dewasa dapat berbeda saat melakukan pemeriksaan fisik telinga.
Persiapan
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik telinga, anamnesis mengenai keluhan yang dialami oleh pasien perlu dilakukan. Anamnesis yang baik diperlukan bersama dengan pemeriksaan fisik telinga untuk menegakkan diagnosis yang tepat.
Dokter yang akan melakukan pemeriksaan fisik telinga perlu menjelaskan kepada pasien mengenai tahapan pemeriksaan yang akan dilakukan. Selain itu, pasien perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik telinga dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau nyeri, tetapi hal ini tidak akan memperparah penyakit pasien.
Pada pasien anak, dokter perlu menjelaskan kepada orang tua mengenai posisi pasien saat pemeriksaan telinga, untuk menghindari risiko yang ditimbulkan bila pasien mengelak atau bergerak selama pemeriksaan dilakukan.[2,4,5]
Peralatan
Alat yang diperlukan dalam pemeriksaan fisik telinga, antara lain adalah lampu kepala, otoskop, spekulum telinga, garpu tala 512 Hz, dan pneumatoskop Siegel.[2-5]
Posisi Pasien
Pada pemeriksaan fisik telinga pasien dewasa, pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa, kaki bersilangan dengan kaki pemeriksa.[5]
Pada pasien anak, pasien duduk di pangkuan orang tua. Satu tangan orang tua diletakan pada kening pasien, sembari menahan sisi kepala pasien terhadap dada orang tua. Tangan yang lain memeluk pasien dengan menahan tangan dan tubuhnya.[2]
Prosedural
Untuk inspeksi liang telinga dan membran timpani, gunakan otoskop atau spekulum telinga dengan lampu kepala. Untuk visualisasi terbaik, pilih ukuran spekulum telinga terbesar yang sesuai dengan diameter liang telinga. Gunakan spekulum dengan diameter 5 mm pada dewasa, 4 mm pada anak, dan 2,5-3 mm pada bayi. Lakukan pemeriksaan pada kedua telinga. Bila telinga yang sakit unilateral, periksa telinga yang sehat terlebih dahulu.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan otoskop, pegang otoskop dengan tangan sesuai dengan sisi telinga yang akan diperiksa, misalnya memegang otoskop dengan tangan kanan saat memeriksa telinga kanan. Pegang otoskop dengan cara seperti memegang pistol atau memegang pensil. Lakukan retraksi aurikula ke atas dan ke belakang pada pasien dewasa, dan lurus ke belakang pada anak.[2-5]
Penilaian
Hal-hal yang perlu dinilai dalam pemeriksaan fisik telinga, diurutkan berdasarkan organ yang ada.
Aurikula:
Ukuran, bentuk, posisi aurikula perlu diperhatikan, seperti adanya microtia, macrotia, cauliflower ear, dan bat ear. Inspeksi pada aurikula apakah ada bengkak, luka, fistula, nyeri.
Liang telinga:
Inspeksi apakah adanya atresia, nilai ukuran liang telingan seperti sempit atau lebar, isi liang telinga seperti serumen, cairan, benda asing, dan adanya bengkak atau massa pada liang telinga.
Membran Timpani:
Nilai refleks cahaya atau cone of light, ketebalan, serta warna pada membran timpani seperti transparan, merah, kebiruan, atau chalky plaque. Kemudian nilai apakah terdapat membran timpani yang retraksi atau bulging dan adanya vesikel atau bula.
Jika ditemukan perforasi, perhatikan ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasinya. Lakukan juga pemeriksaan mobilitas dengan pneumatoskop dan nilai mobilitas membran timpani; apakah mobile, restricted, terfiksasi, atau hypermobile. Telinga tengah dapat terlihat bila terdapat perforasi membran timpani; pada kasus tersebut, nilai mukosa, isi, dan struktur telinga tengah.[2-5]
Temuan Abnormal pada Pemeriksaan Fisik Telinga:
Adanya serumen prop dapat menyulitkan penilaian liang telinga dan telinga tengah. Oleh karenanya, mungkin dibutuhkan ekstraksi serumen terlebih dulu.[1]
Pada otitis eksterna, bisa ditemukan nyeri pada palpasi tragus atau traksi pinna. Inspeksi akan menunjukkan eritema, edema, penyempitan kanal auditori eksternal, dan cairan purulen atau serosa bisa keluar dari liang telinga. Membran timpani dapat sulit diperiksa atau mengalami inflamasi ringan, tetapi akan mobile normal saat dilakukan insuflasi.
Otitis eksterna akibat infeksi fungi akan menyebabkan gatal tetapi tidak menimbulkan nyeri seberat otitis eksterna akibat bakteri. Cairan yang kental dan berwarna putih atau abu-abu bisa ditemukan.[1,6]
Pada otitis media, bisa ditemukan membran timpani yang eritema, bulging, atau perforasi. Tidak adanya cone of light tidak bisa menyingkirkan otitis media dari diagnosis banding.[1,7]
Pemeriksaan Fungsional Sederhana
Selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsional sederhana dapat dilakukan, seperti tes bisik dan tes penala.
Tes Bisik (Whispered Voice Test):
Tes bisik dilakukan untuk skrining adanya gangguan pendengaran. Tes ini dilakukan dengan membisikkan serangkaian angka dan huruf (misalnya 1-T-5) oleh pemeriksa yang berada sekitar 60 m di belakang pasien. Pemeriksa sebaiknya melakukan ekspirasi maksimal sebelum memberikan bisikan. Bisikan diberikan kepada kedua telinga secara bergantian dengan telinga yang tidak diperiksa ditutup.
Penilaian dilakukan terhadap pengulangan rangkaian angka dan huruf yang disebutkan oleh pasien. Bila pasien tidak berhasil mengulangi rangkaian angka dan huruf tersebut, lakukan pemeriksaan penala.
Tes Penala:
Tes penala terdiri atas tes Rinne, Weber, dan Swabach. Tes penala dapat membantu penyingkiran diagnosis penurunan pendengaran akibat tuli konduktif dan tuli sensorineural.
Tes Rinne dinilai positif bila suara dari konduksi udara terdengar lebih keras dibandingkan konduksi tulang, dan Rinne negatif bila suara dari konduksi tulang lebih keras dari konduksi udara. Rinne positif akan didapatkan pada telinga normal atau tuli sensorineural. Rinne negatif akan didapatkan pada tuli konduktif.
Pada tes Weber, tes diinterpretasikan sebagai tidak ada lateralisasi bila suara terdengar sama pada kedua telinga dan ada lateralisasi bila suara terdengar lebih keras pada salah satu telinga. Bila lateralisasi ke arah telinga sakit, maka telinga sakit menderita tuli konduktif. Sebaliknya, bila lateralisasi ke arah telinga kontralateral atau sehat, maka telinga sakit menderita tuli sensorineural.
Pada tes Swabach, bila pemeriksa masih dapat mendengar suara, tes diinterpretasikan sebagai Swabach memendek (tuli sensorineural). Bila pemeriksa tidak dapat mendengar suara, pemeriksaan dilakukan dengan cara sebaliknya, dari telinga pemeriksa ke telinga pasien. Bila penderita masih dapat mendengar suara, tes diinterpretasikan sebagai Swabach memanjang (tuli konduktif)[2-5]
Follow up
Bila pemeriksaan fisik telinga telah selesai dilakukan, lakukan pencatatan pemeriksaan pada rekam medis pasien. Selanjutnya, pemeriksaan penunjang telinga, seperti pure tone audiometry, evoked response audiometry, otoacoustic emissions, dan timpanometri dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis kerja dan menyingkirkan diagnosis banding.
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja