Pengawasan Klinis Cefazolin
Pengawasan klinis yang perlu dilakukan pada pengguna cefazolin adalah pengawasan fungsi ginjal, terutama pada pasien yang beriwayat gangguan fungsi ginjal. Pasien yang menggunakan obat-obat nefrotoksik lain bersama cefazolin dan pasien geriatri dengan riwayat polifarmasi juga sebaiknya dipantau.[3,15]
Pemantauan Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal perlu diperiksa pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan pasien lanjut usia yang menggunakan cefazolin. Selain itu, pemantauan perlu dilakukan bila pasien juga mengonsumsi obat-obat lain yang meningkatkan risiko nefrotoksisitas. Obat yang dimaksud adalah loop diuretic seperti furosemide dan hydrochlorothiazide atau aminoglikosida seperti streptomycin, gentamicin, dan amikacin.[3]
Pemantauan Hematologi
Pemeriksaan prothrombin time diperlukan pada pasien berisiko tinggi, seperti pasien dengan gangguan ginjal, gangguan hati, gizi buruk, dan terapi antimikroba jangka panjang. Pemeriksaan prothrombin time bersama international normalised ratio (INR) juga dilakukan bila cefazolin dikombinasikan dengan obat antagonis vitamin K maupun antibiotik lain yang dapat menyebabkan koagulopati seperti rifampicin.[3,15]
Pasien juga diminta untuk melaporkan apabila terdapat tanda-tanda pendarahan seperti defekasi berwarna hitam, mimisan, dan gusi berdarah.[3,15]
Pemantauan pada Penggunaan Jangka Panjang
Pemantauan klinis untuk mengetahui ada tidaknya infeksi baru atau diare diperlukan pada penggunaan cefazolin jangka panjang. Penggunaan jangka panjang berisiko menyebabkan pertumbuhan bakteri yang tidak sensitif terhadap cefazolin. Selain itu, cefazolin juga dapat menyebabkan diare akibat infeksi Clostridium difficile atau kolitis pseudomembran.[13]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur