Indikasi dan Dosis Palivizumab
Indikasi palivizumab adalah untuk pencegahan infeksi saluran napas bawah serius akibat Respiratory Syncytial Virus (RSV) pada bayi dan anak berisiko tinggi. Dosis yang direkomendasikan adalah 15 mg/kg diberikan secara intramuskular setiap bulan, dimulai sebelum musim RSV dan dilanjutkan hingga akhir musim.[5,10]
Indikasi
Palivizumab digunakan untuk pencegahan infeksi serius akibat RSV pada anak berisiko tinggi. Ini termasuk bayi prematur, anak ≤24 bulan dengan penyakit paru kronis (chronic lung disease) yang membutuhkan terapi dalam 6 bulan terakhir, atau dengan penyakit jantung bawaan signifikan.
Obat ini diberikan di awal musim RSV, yang mana di Indonesia bisa terjadi sepanjang tahun tetapi meningkat kejadiannya di musim penghujan, sekitar bulan September hingga Februari.[1,10,11]
Bayi Prematur dengan Penyakit Paru Kronis
Pada bayi prematur dengan penyakit paru kronis (PPK), palivizumab diberikan pada musim RSV pertama untuk bayi yang memerlukan terapi oksigen >21% selama minimal 28 hari pertama kehidupan. Pada musim RSV kedua, profilaksis direkomendasikan hanya pada anak dengan PPK yang memerlukan terapi lanjutan, seperti kortikosteroid jangka lama atau oksigen supplemental, selama periode 6 bulan sebelum dimulainya musim RSV kedua.[4]
Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
Profilaksis direkomendasikan diberikan pada musim RSV pertama untuk bayi dengan PJB signifikan terhadap hemodinamik, termasuk bayi dengan penyakit jantung asianotik yang menerima obat untuk mengontrol penyakit jantung kongestif, atau memerlukan prosedur bedah jantung, atau bayi dengan hipertensi pulmonal sedang-berat.
Pemberian profilaksis pada bayi dengan penyakit jantung sianotik harus berdasarkan konsultasi dengan dokter kardiologi anak, karena data keamanan dan efikasi belum diketahui. Profilaksis dapat dipertimbangkan pada anak < 2 tahun yang menjalani transplantasi jantung selama musim RSV.
Pemberian dosis tambahan direkomendasikan pasca operasi bypass jantung atau pada akhir pemberian ECMO (extracorporeal membrane oxygenation) pada bayi dan anak < 2 tahun akibat penurunan konsentrasi serum setelah prosedur bedah jantung.[4]
Bayi Prematur Tanpa Penyakit Paru Kronis dan Penyakit Jantung Bawaan
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 29 minggu 0 hari, yang belum berusia 12 bulan saat dimulainya musim RSV pertama dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan profilaksis palivizumab. Bayi prematur yang lahir saat musim RSV sedang berlangsung dapat diberikan kurang dari lima dosis.
Pada bayi yang lahir pada atau setelah usia kehamilan 29 minggu, 0 hari, manfaat dari pemberian profilaksis belum diketahui sehingga pemberian profilaksis dapat didasarkan pada indikasi lain seperti PJB, PPK, atau kondisi lain. Profilaksis tidak direkomendasikan selama musim RSV kedua pada indikasi prematur saja.[4]
Abnormalitas Anatomi Paru atau Penyakit Neuromuskular
Hingga saat ini belum ada data yang tersedia untuk menentukan risiko rawat inap akibat RSV pada anak dengan abnormalitas paru atau penyakit neuromuskular. Namun, bayi dengan penyakit neuromuskular atau anomali kongenital yang mengganggu kemampuan pembersihan sekresi pada saluran napas atas berisiko mengalami rawat inap akibat infeksi saluran napas bawah sehingga dapat dipertimbangkan untuk mendapat profilaksis pada musim RSV pertama.[4]
Imunokompromais
Data menunjukkan risiko penyakit berat dan fatal akibat RSV pada anak yang menerima kemoterapi atau imunokompromais karena kondisi seperti transplantasi hematopoietik atau organ padat, namun efikasi profilaksis pada kelompok ini belum diketahui. Profilaksis dapat dipertimbangkan pada kelompok ini yang berusia < 24 bulan dan berada pada kondisi imunokompromais selama musim RSV.[4]
Down Syndrome
Data peningkatan risiko rawat inap akibat RSV pada anak dengan Down syndrome masih terbatas. Profilaksis pada anak Down syndrome sebaiknya diberikan jika ada indikasi penyerta lain seperti penyakit jantung, PPK, gangguan klirens saluran napas, atau prematuritas.[4]
Cystic Fibrosis
Bayi dengan cystic fibrosis disertai bukti PPK atau gangguan nutrisi dapat dipertimbangkan untuk mendapat profilaksis pada musim RSV pertama. Penggunaan profilaksis palivizumab pada tahun kedua dapat dipertimbangkan pada bayi dengan manifestasi penyakit paru berat, seperti rawat inap akibat eksaserbasi paru pada tahun pertama, atau mereka dengan berat badan kurang dari persentil 10.
Pemberian profilaksis palivizumab secara rutin pada populasi bayi dengan cystic fibrosis, termasuk neonatus yang terdiagnosis saat skrining, tidak direkomendasikan, kecuali ada indikasi penyerta lainnya.[4]
Dosis Anak
Palivizumab diberikan dengan dosis 15 mg/kg sekali sebulan secara injeksi intramuskular (IM). Dosis pertama diberikan sebelum musim RSV dimulai, dan dosis lanjutan diberikan setiap bulan selama musim RSV, dengan total lima dosis untuk perlindungan penuh.[5,10]