Efek Samping dan Interaksi Obat Amiodarone
Efek samping dari amiodarone yang berpotensi fatal adalah perburukan aritmia dan toksisitas pada berbagai organ vital seperti jantung dan paru. Interaksi obat dapat terjadi pada penggunaan amiodarone bersama golongan statin, azol, makrolida, dan fluorokuinolon.[1,3,5]
Efek Samping
Efek samping amiodarone yang perlu diwaspadai antara lain toksisitas paru, cedera hati, perburukan aritmia, gangguan penglihatan, abnormalitas tiroid, bradikardia, neuropati perifer, fotosensitifitas, dan perubahan warna kulit.[3,5,6]
Gangguan Fungsi Tiroid
Gangguan fungsi tiroid pada penggunaan amiodarone terkait dengan sifat intrinsik obat dan juga terkait dengan yodium. Efek intrinsik obat terhadap tiroid antara lain:
- Amiodarone menurunkan konversi T4 menjadi T3 akibat inhibisi cincin luar pada T4
- Desetilamiodaron memblok reseptor T3 pada inti sel sehingga menurunkan ekspresi genetik yang terkait hormon tiroid
- Amiodarone diperkirakan toksik terhadap sel folikel tiroid[3,5,6]
Toksisitas Paru
Kerusakan paru merupakan efek samping serius yang dapat terjadi akibat pemakaian amiodarone. Bentuk gangguan paru yang dapat terjadi bervariasi, mulai dari pneumonitis interstitial, acute respiratory distress syndrome (ARDS), diffuse alveolar hemorrhage (DAH), bronkiolitis obliterans, hingga efusi pleura.
Kelainan-kelainan ini dapat terjadi akibat efek sitotoksik langsung amiodarone. Hal ini ditunjang sifat amiodarone yang banyak dideposisi di jaringan termasuk paru.
Pada kasus toksisitas paru, umumnya direkomendasikan untuk menghentikan pemberian amiodarone secara permanen. Terapi yang diberikan bersifat suportif, kadang ditambah dengan pemberian kortikosteroid sistemik. Bila klinis sudah membaik, tidak direkomendasikan untuk kembali memberikan terapi amiodarone karena risiko toksisitas berulang.[3,5,6]
Sistem Kardiovaskular
Walau fungsinya sebagai antiaritmia, amiodarone sendiri juga dapat menyebabkan efek samping kardiovaskular berupa aritmia, termasuk bradikardia, AV blok, dan fibrilasi ventrikel. Amiodarone juga dapat menyebabkan hipotensi, henti jantung, pemanjangan interval QT, dan syok kardiogenik.[3,5,6]
Sistem Saraf Pusat
Pada sistem saraf pusat, amiodarone dapat menyebabkan efek samping seperti ataksia, gangguan gait, kelelahan, gangguan tidur, nyeri kepala, parestesi, dan tremor.[3,5,6]
Dermatologi
Efek samping dermatologi amiodarone yang telah dilaporkan antara lain alopesia, fotosensitivitas, pigmentasi biru pada kulit, dan sindrom Stevens-Johnson.[3,5,6]
Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan, amiodarone juga dapat menyebabkan efek samping berupa mual, muntah, elevasi enzim hepar, anoreksia, diare, konstipasi, dan pankreatitis akut.[3,5,6]
Sistem Penginderaan
Efek samping sistem penginderaan antara lain neuritis optik, pandangan kabur, dan disgeusia (gangguan indera perasa).[3,5,6]
Sistem Hematologi
Efek samping hematologi akibat penggunaan amiodarone dapat berupa agranulositosis, anemia aplastik, anemia hemolitik, gangguan pembekuan darah, dan trombositopenia.[3,5,6]
Efek Samping Lain
Amiodarone juga dapat menyebabkan efek samping lain, mulai dari yang bersifat ringan seperti demam, penurunan libido, dan neuropati perifer, hingga yang bersifat serius seperti insufisiensi renal, syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion (SIADH), dan anafilaksis.[3,5,6]
Interaksi Obat
Interaksi obat amiodarone dapat terjadi dengan berbagai obat, menyebabkan pemanjangan interval QT ataupun mempengaruhi efikasi terapi.
Obat yang Menyebabkan Pemanjangan Interval QT
Pemanjangan interval QT dan risiko Torsade de Pointes meningkat jika amiodarone diberikan bersamaan dengan obat yang memiliki efek pemanjangan interval QT, seperti:
- Antiaritmia kelas I dan III
- Lithium
- Antidepresan trisiklik: doxepin, maprotiline, amitriptyline
- Antibiotik fluorokuinolon dan makrolida
- Antijamur golongan azole
- Terfenadine
- Agen anestesi inhalasi terhalogenasi[3,5]
Agen Kronotropik Negatif
Pemberian amiodarone dengan agen kronotropik negatif mempotensiasi efek elektrofisiologis dan hemodinamik amiodarone. Hal ini meningkatkan risiko bradikardia, henti jantung, dan blok AV. Contoh obat kronoropik negatif adalah digoxin, verapamil, diltiazem, clonidine, dan ivabradine.[3,5,6]
Inhibitor CYP450
Penggunaan amiodarone dengan obat inhibitor CYP450 akan meningkatkan paparan amiodarone dan risiko toksisitas. Contoh inhibitor CYP450 adalah ketoconazole, clarithromycin, erythromycin, diltiazem, itraconazole, ritonavir, verapamil, dan antibiotik golongan fluorokuinolon.[3,5,6]
Penginduksi CYP450
Penggunaan amiodarone dengan obat penginduksi CYP450 akan menurunkan kadar serum amiodarone dan menurunkan efikasi. Contoh obat penginduksi CYP450 adalah phenobarbital, phenytoin, rifampicin, dan St. John's Wort.[3,5,6]
Peningkatan Konsentrasi Plasma Obat Lain
Penggunaan amiodarone dengan beberapa obat dapat meningkatkan konsentrasi plasma pada plasma tersebut. Ini mencakup cyclosporine, digoxin, dan inhibitor enzim HMG-CoA reduktase seperti simvastatin dan atorvastatin.[3,5,6]
Warfarin
Penggunaan amiodarone dan warfarin bersamaan harus berhati-hati karena dapat mempotensiasi respon antikoagulan dan menyebabkan perdarahan serius atau berakibat fatal. Pemberian bersamaan dapat meningkatkan waktu protrombin sebesar 100% setelah 3-4 hari. Kurangi dosis warfarin sepertiga hingga setengahnya dan pantau waktu protrombin.[3,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Edwin Wijaya
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta