Pendahuluan Phenylephrine
Phenylephrine adalah agonis reseptor alfa-1 adrenergik yang banyak digunakan untuk meredakan hidung tersumbat akibat common cold atau rhinitis alergi. Phenylephrine mengakibatkan vasokonstriksi yang membatasi jumlah cairan hidung, tenggorokan, dan sinus, serta dapat mengurangi inflamasi mukosa hidung.[1,2]
Selain sediaan oral, phenylephrine juga tersedia dalam bentuk tetes mata. Sediaan ini umumnya digunakan untuk melebarkan pupil sebelum pemeriksaan dan operasi mata, serta meredakan mata merah akibat iritasi ringan.[3-5]
Phenylephrine juga digunakan untuk menangani hipotensi yang disebabkan oleh pemberian obat anestesi. Pemberian phenylephrine intravena dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik, mean arterial pressure, serta resistensi vaskular perifer. Meski demikian, phenylephrine injeksi tidak ada di Indonesia.[3-6]
Efek samping phenylephrine paling sering adalah mual, muntah, dan sakit kepala. Penggunaan pada masa akhir kehamilan atau persalinan dapat menyebabkan anoksia janin dan bradikardia karena peningkatan kontraktilitas uterus dan penurunan aliran darah uterus. Jangan melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan atau berkendara selama konsumsi phenylephrine, karena bisa menyebabkan pusing dan mengantuk.[2,4,5]
Pada beberapa kasus, penggunaan phenylephrine tetes mata dapat menyebabkan efek simpatomimetik sistemik, seperti palpitasi, takikardia, kontraksi ventrikel prematur, sakit kepala oksipital, pucat, tremor, berkeringat, dan hipertensi.[2]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Phenylephrine
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Midriatik dan siklopegik Dekongestan [2,5] |
Subkelas | Simpatomimetik [2,5] |
Akses | Resep [5] |
Wanita hamil | Kategori FDA: C [3,4] Kategori TGA: B2 [7] |
Wanita menyusui | Belum diketahui apakah dikeluarkan ke ASI [8] |
Anak-anak | Efikasi dan keamanan belum diketahui [3] |
Infant | |
FDA | Approved [3,4] |