Etiologi Pellagra
Etiologi pellagra adalah defisiensi vitamin B3 atau niacin. Kondisi ini bisa terjadi akibat berbagai penyakit yang menimbulkan abnormalitas pada metabolisme niacin maupun triptofan, serta kegagalan sintesis NAD, ataupun asupan niacin maupun triptofan yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh terhadap kedua zat nutrien tersebut.[1,4,5,9]
Berbagai faktor seperti gangguan genetik berupa mutasi pada gen yang mengkode saluran SLC6A19, pola makan rendah niacin dan asam amino esensial khususnya triptofan, penyakit sindrom karsinoid, maupun penggunaan obat-obatan seperti isoniazid dan pyrazinamide dapat menyebabkan pellagra.[5,6,10]
Gangguan Genetik
Mutasi pada gen SLC6A19 yang merupakan protein coding gene yang terdapat di sepanjang epitel usus dan tubulus ginjal dapat menyebabkan terjadinya pellagra. Mutasi pada gen SLC6A19 menyebabkan terjadinya gangguan pada transpor triptofan dan asam amino esensial lainnya di membran sel epitel usus dan tubulus proksimal, sehingga terjadi malabsorpsi di usus dan kegagalan mekanisme reabsorpsi di ginjal yang menyebabkan ekskresi sejumlah besar triptofan dari tubuh.[1,4]
Penyakit Hartnup merupakan penyakit genetik yang menyebabkan terjadinya pellagra melalui gangguan transpor triptofan sehingga terjadi penurunan yang signifikan pada absorpsi triptofan serta ekskresi triptofan yang berlebihan dari dalam tubuh yang kemudian mengakibatkan penurunan sintesis NAD sehingga tubuh mengalami defisiensi niacin dan NAD.[1,4,5]
Pola Makan Rendah Niacin dan Triptofan
Pellagra terjadi akibat defisiensi niacin maupun triptofan karena kurangnya konsumsi makanan yang mengandung niacin dan triptofan seperti ikan, daging, dan kacang-kacangan, serta makanan yang telah mengalami fortifikasi yaitu roti dan sereal.[4,11,12]
Bahan makanan lainnya yang mengandung niacin adalah jagung. Namun, niacin yang terkandung pada jagung terikat secara kovalen pada molekul karbohidrat sehingga mengurangi bioavailabilitas niacin pada tahap absorpsi niacin di usus halus. Oleh karena itu, beberapa gejala klinis pellagra ditemukan terjadi pada populasi yang mengonsumsi makanan berbahan dasar jagung dalam jumlah tinggi.[11,12]
Sindrom Karsinoid
Sindrom karsinoid merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya tumor ganas pada neuroendokrin yang biasanya berkembang pada saluran gastrointestinal, di mana pada sindrom ini juga telah terjadi metastasis pada tumor sel enterokromafin di hepar yang mensintesis 5-hidroksitriptamin.
Produksi 5-hidroksitriptamin pada sindrom karsinoid cenderung sangat berlebihan, sehingga terjadi peningkatan produksi serotonin melalui penggunaan sebagian besar triptofan yang tersedia di dalam tubuh yang kemudian menyebabkan penurunan konversi triptofan menjadi niacin.[5,12]
Pellagra yang Diinduksi oleh Obat-obatan
Beberapa obat-obatan seperti isoniazid dan pyrazinamide dapat menyebabkan peningkatan risiko defisiensi niacin karena mengganggu produksi niacin endogen akibat adanya persamaan struktural antara kedua obat tersebut dengan niacin.[5,10]
Isoniazid juga mengikat piridoksin dan mengurangi aktivitas PLP-dependent kynurenine-ase yang merupakan zat yang diperlukan untuk sintesis niacin. Selain itu, isoniazid telah terbukti menurunkan kadar niacin dengan menghambat penyerapan niacin dan triptofan di usus serta produksi endogen dari triptofan.[4,5,10]
Agen kemoterapi tertentu seperti fluorourasil dan 6-merkaptopurin juga dilaporkan dapat menyebabkan defisiensi niacin melalui intervensi metabolisme niacin dan penghambatan jalur konversi triptofan menjadi niacin.[1,4,5]
Konsumsi Alkohol yang Berlebihan
Konsumsi alkohol yang berlebihan dan kronis dapat menyebabkan pellagra karena alkohol mengurangi absorpsi niacin akibat adanya defek pada mukosa gastrointestinal terutama usus halus serta meningkatkan ekskresi niacin melalui urin. Konsumsi alkohol yang berlebihan hingga penyalahgunaan alkohol juga seringkali dikaitkan dengan terjadinya defisiensi piridoksin dan asam folat yang dapat mengganggu konversi triptofan menjadi niacin.[1,4,5]
Faktor Risiko
Individu tertentu memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami pellagra, antara lain pasien dengan penyakit Hartnup, sindrom karsinoid, anoreksia nervosa, malnutrisi, dan penyalahgunaan alkohol. Hal lain yang meningkatkan risiko pellagra adalah infeksi tuberkulosis dengan terapi obat antituberkulosis.
Pasien HIV (human immunodeficiency virus) dengan atau tanpa infeksi oportunistik dan pasien yang mengalami gangguan pada hepar seperti sirosis hati maupun tumor hati juga lebih berisiko pellagra. Penggunaan beberapa obat-obatan yang dapat menginduksi terjadinya pellagra yaitu terapi tuberkulosis menggunakan isoniazid dan pyrazinamide, ataupun penggunaan kemoterapi seperti fluorourasil dan 6-merkaptopurin.
Konsumsi makanan rendah niacin maupun asam amino esensial terutama triptofan, piridoksin, serta riboflavin juga merupakan faktor risiko pellagra. Selain itu, konsumsi makanan dengan kandungan niacin dalam bentuk yang terikat seperti jagung ataupun sereal tanpa fortifikasi niacin juga cenderung memperbesar risiko pellagra.[4,5,10,12]