Etiologi Obesitas
Etiologi obesitas adalah adanya positive energy balance yang muncul saat energi dalam kalori makanan dan minuman lebih besar dari pengeluaran energi yang merupakan gabungan dari resting metabolic rate, proses absorpsi dan metabolisme nutrien, produksi panas atau termogenesis, serta aktivitas fisik. Proses tersebut akan menyebabkan deposisi triasilgliserol di sekitar jaringan adiposa. Faktor risiko obesitas mencakup faktor genetik, epigenetik, penyakit sistemik, dan faktor lingkungan.[6,7,13]
Etiologi
Etiologi obesitas yang tersering adalah ketidakseimbangan antara asupan energi harian dan pengeluaran energi (energy expenditure). Hal ini dapat berhubungan dengan kelebihan intake makanan; kurangnya keluaran energi akibat rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisik, dan efek termogenesis makanan sesuai komposisi makanan; atau kombinasi keduanya. Kelebihan energi ini selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.[6-7,13]
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada asupan, metabolisme, dan pengeluaran energi sehingga berperan dalam terjadinya obesitas.[14]
Faktor Genetik
Faktor genetik yang berperan dalam terjadinya obesitas dapat dikelompokkan menjadi monogenik, sindromik, dan poligenik.
Monogenik:
Obesitas dapat disebabkan oleh mutasi gen tunggal, terutama pada jalur leptin-melanokortin. Contoh mutasi monogenik pada obesitas adalah mutasi pada AgRP, peptida YY, atau reseptor MC4 yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem pengaturan nafsu makan dan berat badan.
Obesitas Sindromik:
Obesitas sindromik berkaitan dengan abnormalitas perkembangan saraf dan malformasi organ atau sistem lain akibat perubahan gen tunggal atau regio kromosom yang mencakup beberapa gen. Obesitas sindromik yang paling sering yaitu Sindrom Bardet-Biedel dan Sindrom Prader Willi.
Obesitas Poligenik:
Obesitas poligenik disebabkan oleh akumulasi peran banyak gen. Gen-gen tersebut mendukung peningkatan berat badan karena menyebabkan peningkatan asupan kalori, rasa lapar, kecenderungan tubuh menyimpan lemak, dan kecenderungan untuk memiliki gaya hidup sedenter serta menyebabkan penurunan kontrol terhadap makan berlebih dan rasa kenyang.[6,15]
Faktor Epigenetik
Epigenetika mempelajari tentang perubahan pengaturan ekspresi genetik yang diwariskan tanpa adanya perubahan pada urutan nukleotida. Mekanisme epigenetik antara lain metilasi DNA, modifikasi histon, dan regulasi yang diperantarai mikroRNA (miRNA). Mekanisme epigenetik sensitif terhadap faktor eksternal seperti diet dan aktivitas fisik maupun faktor internal seperti hormon, mikrobiota usus, dan genetik. Mekanisme ini bersifat reversibel dan dapat diwariskan baik secara mitosis atau meiosis.[6,15,16]
Status metabolik maternal mempengaruhi metilasi DNA profil leptin saat lahir sehingga berpengaruh pada remodeling metabolik pada obesitas. Selain itu, obesitas paternal juga berhubungan dengan terhambatnya metilasi pada regio insulin-like growth factor 2 (IGF-2) yang memicu pembelahan dan pertumbuhan berbagai jenis sel. Modifikasi histon berhubungan dengan regulasi epigenetik pada adipogenesis dan terjadinya obesitas. Sedangkan miRNA berperan penting terhadap berbagai proses biologis seperti proliferasi dan diferensiasi adiposit, serta berhubungan dengan resistensi insulin dan low-grade inflammation pada obesitas.[6,15]
Faktor Ekstragenetik
Faktor ekstragenetik yang berperan terhadap terjadinya obesitas meliputi faktor individu dan lingkungan. Faktor individu antara lain:
- Penyakit tertentu: penyakit Cushing, sindrom ovarium polikistik, dan hipotiroid
- Obat-obatan: antidepresan seperti mirtazapine dan nortriptilin; antipsikotik seperti clozapine dan olanzapine; kontrasepsi hormonal
- Gangguan mental: depresi, ansietas, gangguan tidur
- Pola hidup: asupan berlebih makanan tinggi kalori, kurang aktivitas fisik
- Sosial ekonomi: tingkat pendidikan dan pendapatan rendah
- Disbiosis mikrobiota usus
Merokok[6,11,13,17,18]
Sementara itu, faktor lingkungan meliputi:
- Lingkungan pekerjaan dan jam kerja panjang
- Kurangnya fasilitas rekreasi
- Kurangnya fasilitas bagi pejalan kaki
- Kurangnya akses terhadap makanan berkualitas nutrisi tinggi[13,18]
Penulisan pertama oleh: dr. Bunga Saridewi