Diagnosis Gastroenteritis
Diagnosis gastroenteritis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi karakteristik dari diare. Selain itu, perlu diperhatikan tanda dehidrasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Anamnesis
Anamnesis pada gastroenteritis dimulai dari penentuan apakah diare yang terjadi merupakan diare primer atau diare sekunder. Perlu ditanyakan karakteristik diare atau muntah yang dialami seperti warnanya, apakah terdapat darah maupun mukus, apakah sangat berair, apakah berbau busuk, dan apakah disertai perut kembung.[3,17]
Anamnesis berikutnya adalah untuk mengevaluasi berat gejala dan komplikasi. Pertanyaan lebih detail diperlukan untuk mengukur derajat dehidrasi dan derajat kehilangan elektrolit seperti onset, durasi, frekuensi, volume diare, seberapa banyak cairan yang mampu diminum selama diare. Perlu juga ditanyakan apakah terdapat penurunan volume maupun frekuensi BAK, serta apakah urine berwarna pekat atau tidak.[17]
Berikutnya dapat ditanyakan gejala lainnya seperti nyeri abdomen (lokasi, kualitas, penjalaran, VAS, onset), tanda-tanda infeksi seperti demam, myalgia, dan ruam kulit. Pada riwayat penyakit sebelumnya, pasien perlu ditanyakan apakah memiliki riwayat imunodefisiensi terutama pada diare kronik, riwayat penggunaan antibiotik, makanan atau minuman yang terakhir dikonsumsi, serta riwayat bepergian ke daerah endemik.[17,18]
Pada gastroenteritis virus, umumnya gejala yang muncul berupa diare, muntah, demam tinggi, nyeri abdomen, dan rewel pada anak. Sementara pada gastroenteritis bakteri, gejala dapat berupa diare berdarah disertai mukus dan nyeri abdomen berat. Diare akibat etiologi tertentu dapat menyebabkan gejala yang khas. Misalnya, pada infeksi Vibrio cholera, dapat ditemukan diare seperti air cucian beras. Sementata itu, infeksi giardia dapat ditandai dengan diare berbau busuk disertai perut kembung.[18]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada gastroenteritis bertujuan untuk memperkirakan derajat dehidrasi dan mencari tanda-tanda penyakit penyerta. Gejala dan tanda dehidrasi perlu dicari dan harus ditentukan derajat dehidrasinya.
Bila didapatkan nafas cepat dalam dapat dicurigai adanya asidosis metabolik. Pada keadaan kembung, perlu diperhatikan adanya ileus paralitik.[17–19]
Tanda adanya dehidrasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu tanda utama dan tanda tambahan. Tanda utama adalah penurunan kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit melambat. Tanda tambahan adalah ubun-ubun besar cekung, mata cowong, air mata kurang, serta mukosa mulut dan bibir kering.[17–19]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gastroenteritis dapat dibuat berdasarkan diagnosis banding organisme kausalnya (gastroenteritis viral, bakterial, ataupun fungal), dan juga bisa dibuat berdasarkan diagnosis banding derajat dehidrasi.[17]
Selain itu, diagnosis banding gastroenteritis juga bisa dibuat berdasarkan penyakit yang mendasari ataupun penyakit lain dengan tanda dan gejala yang mirip, misalnya apendisitis, ketoasidosis diabetik, inflammatory bowel disease, pielonefritis, hepatitis, intususepsi, keracunan zat-zat eksternal, gangguan malabsorpsi, intoleransi laktosa, dan penyakit Crohn.[17]
Jika terdapat riwayat penggunaan antibiotik pasca rawat inap, perlu dipikirkan adanya Clostridium difficile colitis.[20]
Diagnosis Banding dan Komorbiditas pada Anak
Diagnosis banding dari gastroenteritis pada anak meliputi meningitis, pneumonia dan apendisitis.
Meningitis:
Pada anak dengan gastroenteritis, perlu dicermati tanda ensefalopati atau kejang. Diagnosis banding pada anak dengan kejang dan diare termasuk hipoglikemia, hiponatremia, ensefalopati, meningitis dan kejang demam. Pada anak dengan meningitis, rangsang meningeal bisa saja tidak terlihat. Maka, pemeriksaan neurologi abnormal perlu dilakukan jika dicurigai meningitis.[20]
Pneumonia:
Pneumonia komorbid akibat diare perlu diperhatikan pada anak-anak. WHO menggunakan parameter frekuensi napas anak sebagai berikut:
- Bayi <2 bulan: >60 kali/menit
- Bayi 2–12 bulan: >50 kali/menit
- Anak 1–5 tahun: >40 kali/menit
- Anak ≥5 tahun: >20 kali/menit
Jika takipnea terdeteksi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang pneumonia.[20]
Appendicitis:
Nyeri perut merupakan salah satu tanda dan gejala dari gastroenteritis. Namun, pada populasi anak, appendicitis dapat ditemukan bersamaan dengan gastroenteritis dan nyeri perut. Jika nyeri perut yang ditemukan tidak sesuai dengan tanda dan gejala gastroenteritis, appendicitis perlu ditegakkan.[20]
Pemeriksaan Penunjang
Sebagian besar pasien dengan kasus diare tanpa dehidrasi atau dehidrasi ringan tidak memerlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut, tetapi berbeda pada kasus dengan dehidrasi berat. Pada kasus dengan dehidrasi berat, diperlukan berbagai pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan feses mikrobiologi, pemeriksaan darah lengkap, dan pemeriksaan elektrolit.
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah dengan phlebotomy dapat dilihat untuk melihat kadar leukosit. Temuan leukositosis dapat mengindikasikan terjadinya gastroenteritis akibat bakteri.[18]
Pemeriksaan Elektrolit
Berdasarkan kadar Natrium dalam plasma, jenis dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu dehidrasi hiponatremia (<130 mEq/L), isonatremia (130-150 mEq/L), dan hipernatremia (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremia dapat bermanifestasi sebagai syok hipovolemik, sementara dehidrasi hipernatremik pada konsentrasi >165 mmol/L dapat memicu terjadinya kejang.[18]
Analisa Gas Darah (AGD)
Pada keadaan yang berat, dapat terjadi asidosis metabolik, sehingga analisis gas darah sebaiknya dilakukan pada keadaan ini. Dehidrasi sangat berat juga dapat menyebabkan gagal ginjal akut, sehingga pengukuran kadar serum ureum dan kreatinin sebaiknya dilakukan untuk memeriksa fungsi ginjal.[21]
Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan feses lengkap (FL) dilakukan untuk menentukan etiologi yang definitif. Pada infeksi Entamoeba histolytica, dapat ditemukan tropozoit dan sel-sel darah merah. Pada infeksi Clostridium difficile atau pseudomembranous colitis, dapat ditemukan leukosit fekal >5 sel/lapang pandang, dan tampak basil gram positif dengan spora-spora oval subterminal.[21]
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis seperti foto abdomen tidak diindikasikan pada gastroenteritis akut. Apabila klinisi mencurigai adanya diagnosis lain, dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan. CT scan dapat dilakukan jika nyeri abdomen sangat berat, dan dicurigai adanya perforasi, obstruksi usus, ataupun megakolon toksik (Hirschsprung disease toksik).[2]
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati
Direvisi oleh: dr. Meva Nareza Trianita