Edukasi dan Promosi Kesehatan Gastroenteritis
Edukasi dan promosi kesehatan gastroenteritis tidak boleh dilewatkan dalam tata laksana gastroenteritis. Pasien atau keluarga pasien perlu diedukasi mengenai pentingnya menjaga sanitasi serta kebersihan air dan makanan yang dikonsumsi. Pengenalan akan vaksin rotavirus juga perlu dilakukan agar cakupan vaksinasi ini makin luas.
Upaya Pencegahan
Kasus diare yang menjadi penyebab kedua kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun merupakan kondisi yang dapat dicegah. Pengenalan dan penanganan dini dehidrasi merupakan upaya dalam mencegah kematian balita akibat diare yang berlanjut. Vaksinasi rotavirus dan campak juga dapat menurunkan insiden dan tingkat keparahan diare.[17]
Vaksin Rotavirus
Vaksin rotavirus oral, yang aman dan efektif, dengan nama dagang Rotarix dan RotaTeq, sudah mendapat ijin BPOM untuk diedarkan di Indonesia. Vaksin rotavirus ini menjadi bagian dalam jadwal imunisasi pada bayi oleh IDAI.[21,22,26]
Vaksin ini belum termasuk dalam jadwal imunisasi wajib secara gratis, tetapi direkomendasikan sebagai imunisasi pilihan. Rotarix and RotaTeq merupakan 2 jenis vaksin oral berisi rotavirus yang dilemahkan. Vaksin tersebut mencegah gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus serotipe G1 dan non-GI seperti G2, G3, G4, G9.[24–26]
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali. Dosis pertama mulai umur 6 minggu, dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu dari dosis pertama. Vaksinasi harus selesai pada umur 24 minggu.[26]
Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Dosis pertama pada usia 6–12 minggu, dosis kedua dan ketiga dengan interval 4–10 minggu. Vaksinasi harus selesai pada umur 32 minggu.[26]
Edukasi dan Promosi Kesehatan kepada Pasien, Keluarga, dan Masyarakat
Petugas kesehatan hendaknya mengedukasi dan memotivasi keluarga pasien anak untuk menerapkan upaya pencegahan. Hal-hal penting yang perlu diedukasi kepada keluarga pasien bayi/ anak, terutama kepada ibu, yaitu:
Pemberian ASI eksklusif
ASI perlu diberikan setidaknya selama 6 bulan pertama kehidupan anak. Setelah itu, ASI sebaiknya dilanjutkan sampai usia anak 2 tahun. Makanan tambahan (Makanan pendamping ASI) umumnya dapat diberikan kepada bayi mulai usia 6 bulan. Namun, makanan tambahan dapat diberikan lebih dini sekitar usia 4 bulan apabila pertumbuhan dan perkembangan kurang memuaskan.[5,16,19]
Penggunaan Air yang Bersih
Air minum harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Sumber air minum harus berjarak setidaknya 10 meter tempat pembuangan air kotor, dengan posisi yang lebih tinggi. Jauhkan hewan dari sumber air tersebut.[5,16,19]
Gunakan wadah yang bersih untuk mengambil dan menyimpan air. Wadah tersebut sebaiknya dibilas dan dibersihkan tiap hari. Wadah juga perlu ditutup dan dijauhkan dari anak-anak atau hewan. Saat mengambil air dari wadah, gunakan gayung khusus untuk wadah tersebut dan jangan biarkan tangan menyentuh air.[5,16,19]
Air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mengandung zat kimia atau logam berat. Air minum juga harus disterilkan sebelum diminum. Proses sterilisasi yang minimal adalah merebus air hingga tampak gelembung didihan yang menyeluruh.[5,16,19]
Cuci Tangan
Pasien dan keluarga harus mengetahui cara cuci tangan yang benar dengan sabun dan air bersih mengalir setelah menggunakan kamar mandi, menangani BAB/BAK anak atau mengganti popok, menyiapkan makanan, dan sebelum makan.[5,16,19]
Keamanan dalam Mengonsumsi Makanan
Pasien dan keluarga perlu diedukasi mengenai kebersihan makanan. Sayuran dan buah hendaknya dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Makanan hendaknya dimasak sampai matang dan dikonsumsi selagi masih hangat. Peralatan masak dan perangkat makanan dicuci sebelum dan sesudah makan. Pisahkan perangkat makanan tempat menampung makanan mentah dan matang agar tidak terkontaminasi. Lindungi makanan dari jangkauan lalat atau serangga lainnya.[5,16,19]
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati
Direvisi oleh: dr. Meva Nareza Trianita