Pendahuluan Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah berkurangnya kadar hemoglobin dari normalnya akibat turunnya kadar zat besi dalam tubuh. Kadar hemoglobin normal adalah 13.5–18.0 g/dl pada pria, 12.0–15.0 g/dl pada wanita, dan 11.0–16.0 g/dl pada anak-anak. Etiologi anemia defisiensi besi dapat berupa kurangnya asupan zat besi, gangguan penyerapan zat besi, kebutuhan zat besi meningkat seperti saat hamil, dan perdarahan kronis.[1-3]
Berdasarkan data WHO tahun 2021, prevalensi anemia defisiensi besi tampak tinggi pada anak usia 6–59 bulan. Pada usia dewasa, prevalensi lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki karena berkaitan dengan siklus menstruasi dan kehamilan. Pada populasi sosioekonomi rendah, prevalensi meningkat akibat kurangnya asupan zat besi dan terganggunya penyerapan zat besi karena infeksi parasit.[4-6]
Anemia defisiensi besi dapat bersifat asimtomatik ataupun menimbulkan gejala seperti lemah, letih, dan lesu. Pada pemeriksaan fisik, dokter mungkin menemukan kulit pucat, konjungtiva anemis, koilonikia, dan glossy tongue dengan atrofi papila lidah. Diagnosis dapat ditegakkan bila hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan kadar hemoglobin rendah, kadar besi serum rendah, kadar ferritin serum rendah, dan total iron binding capacity (TIBC) meningkat.[2,3]
Penatalaksanaan anemia defisiensi besi mencakup perbaikan asupan zat besi seperti daging merah dan sayuran, suplementasi besi secara oral seperti tablet tambah darah (TTD), atau suplementasi besi secara intravena seperti iron dextran dan iron sucrose. Pasien tertentu juga membutuhkan transfusi darah. Selain itu, dokter mengidentifikasi etiologi anemia defisiensi besi dan menangani sebab dasar tersebut.[2,3,7]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan