Epidemiologi Anemia Sideroblastik
Data epidemiologi mengindikasikan bahwa anemia sideroblastik merupakan penyakit yang jarang ditemukan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, kasusnya diperkirakan tidak sampai 200.000 orang. Meski demikian, anemia sideroblastik dapat terjadi pada semua rentang usia, mulai dari neonatus hingga usia dewasa.
Global
Secara global, anemia sideroblastik adalah penyakit yang tergolong langka, namun dapat menyerang berbagai kalangan usia, mulai dari neonatus karena faktor herediter hingga usia dewasa akhir. Data di Amerika Serikat memperkirakan bahwa penderitanya tidak sampai 600 orang per 1 juta populasi.[9,11]
Anemia sideroblastik yang didapat adalah tipe anemia sideroblastik yang paling umum ditemui, dimana kejadiannya umumnya pada usia pertengahan dan dewasa akhir. Anemia terdeteksi biasanya pada pemeriksaan kesehatan rutin ataupun pada pemeriksaan kesehatan akibat keluhan yang tidak berhubungan dengan anemia.[6]
Berdasarkan studi pada anak-anak dengan kondisi anemia di bawah usia 13 tahun di Atlanta, Georgia (Amerika Serikat), prevalensi pasien yang memiliki gambaran ring sideroblasts hanya 8%. Studi pada pasien sindrom myelodisplasia di Perancis menunjukkan bahwa penderita sindrom myelodisplasia yang memiliki ring sideroblast mencapai 57%.
Anemia sideroblastik kongenital terkait mutasi kromosom X ditemukan lebih sering pada laki-laki. Berdasarkan suku dan ras, tidak ada kecenderungan khusus pembawa sifat anemia sideroblastik pada ras manapun.[5]
Indonesia
Prevalensi anemia sideroblastik di Indonesia hingga saat ini belum diketahui. Prevalensi anemia secara umum di Indonesia adalah 21,7% berdasarkan data RISKESDAS tahun 2013.[14]
Mortalitas
Pada anemia sideroblastik yang berkaitan dengan sindrom myelodisplasia, kesintasan rata-rata dilaporkan 38 bulan. Pasien dengan anemia sideroblastik tanpa sindrom myelodisplasia dilaporkan memiliki kesintasan 60 bulan.
Penyebab utama mortalitas pada kasus anemia sideroblastik adalah hemokromatosis sekunder akibat transfusi dan leukemia. Prediktor prognosis buruk adalah adanya leukemia akut, anemia yang lebih berat, jumlah retikulosit yang lebih rendah, kebutuhan transfusi yang lebih tinggi, dan trombositopenia.[5]