Prognosis Trombositopenia
Prognosis trombositopenia tergantung dari penyakit yang mendasari, mulai dari yang dapat mengancam jiwa seperti heparin-induced thrombocytopenia (HIT) hingga yang beresiko rendah seperti trombositopenia gestasional tanpa gejala. Prognosis trombositopenia juga dipengaruhi oleh usia dan komplikasi yang muncul.[2]
Insiden trombositopenia yang berkembang selama masa perawatan di ruang ICU adalah sebesar 14% sampai 44%. Komplikasi yang dapat terjadi pada kondisi trombositopenia adalah perdarahan internal dan trombosis. Namun secara umum, risiko perdarahan tidak meningkat hingga jumlah trombosit turun jauh dibawah 100.000 sel/µL, meskipun hal tersebut tergantung pada penyebab trombositopenia.[2]
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kondisi trombositopenia adalah perdarahan internal pada gastrointestinal, paru, dan trombosis. Studi penelitian yang dilakukan Isabelle et al pada 92 pasien yang mengalami sepsis neonatorum dengan trombositopenia berat (trombosit <50 x 10⁹/L), melaporkan bahwa trombositopenia berat pada sepsis neonatorum dapat menimbulkan komplikasi.
Komplikasi yang timbul pada penelitian ini adalah intraventricular hemorrhage sebesar 10% dibandingkan dengan 5% kasus pada neonatus dengan jumlah trombosit >50 x 10⁹/L (p = 0,125). Sekitar 10% neonatus mengalami perdarahan paru dengan trombositopenia berat, sedangkan hanya 2% kasus perdarahan paru pada neonatus dengan jumlah trombosit >50 x 10⁹/L (p = 0,001).[25]
Risiko Perdarahan
Umumnya risiko perdarahan bergantung pada penyebab trombositopenia. Perdarahan bedah biasanya terjadi hanya jika jumlah trombosit <50.000 sel/µL dan perdarahan spontan biasanya tidak terjadi sampai jumlah trombosit <20.000 sel/µL.
Risiko perdarahan pada immune thrombocytopenic purpura (ITP) mungkin sedikit lebih rendah daripada kondisi lain untuk jumlah trombosit yang sama, misalnya perdarahan pada individu dengan ITP dan jumlah trombosit 30.000 sel/µL dibandingkan dengan perdarahan pada individu dengan anemia aplastik dan jumlah trombosit 30.000 sel/µL.
Penting juga untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko perdarahan, misalnya defek fungsi trombosit dan kelainan koagulasi. Saat ini, faktor-faktor ini dapat berkontribusi pada risiko perdarahan dan mungkin lebih mengkhawatirkan daripada jumlah trombosit yang rendah. Trombositopenia biasa menyebabkan perdarahan mukokutaneus, sedangkan perdarahan pada sendi dan jaringan lunak lebih merujuk pada abnormalitas faktor koagulasi.
Peran fungsi trombosit dalam risiko perdarahan diilustrasikan oleh kelainan bawaan langka Sindrom Bernard-Soulier (BSS), ditandai dengan trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit di mana perdarahan tidak sebanding dengan derajat trombositopenia. Demikian pula, pasien dengan penyakit hati yang parah atau disseminated intravascular coagulation (DIC) mungkin memiliki risiko perdarahan yang lebih besar disebabkan oleh defek koagulasinya daripada dari kondisi trombositopenianya.[5]
Prognosis
Prognosis trombositopenia ditentukan oleh etiologinya. Trombositopenia dapat memprediksi morbiditas dan mortalitas pasien rawat inap khususnya pada pasien kritis. Kadar trombosit dapat memprediksi morbiditas, prognosis, dan mortalitas dari suatu penyakit akut, penyakit kronis, maupun penyakit kritis.
Trombositopenia pada Pasien di Ruang ICU
Sebuah tinjauan sistematis dari beberapa studi observasional melaporkan prevalensi trombositopenia pada orang dewasa yang akan mendapatkan perawatan di ruang intensive care unit (ICU) berkisar antara 8,3% hingga 67,6%.[19]
Variabilitas dalam perkiraan prevalensi dan insidensi trombositopenia pada pasien yang mendapatkan perawatan di ruang ICU dipengaruhi oleh beberapa karakteristik perbedaan seperti populasi pasien (misalnya, usia, tingkat keparahan penyakit dan diagnosis).
Variabilitas lainnya meliputi karakteristik indikasi rawat di ICU (pasien bedah, jantung, obgyn, dewasa, atau anak) dan perbedaan definisi trombositopenia di seluruh studi observasional yang dipublikasikan (misalnya, jumlah trombosit <150×10⁹/L, <100×10⁹/L, atau <50×10⁹/L).[42]
Sebuah studi penelitian yang dilakukan di ruang pediatric intensive care unit (PICU) dengan tujuan untuk mengevaluasi trombositopenia sebagai faktor prognostik pada pasien yang mendapatkan perawatan intensif, melaporkan asosiasi jumlah trombosit setelah 24 jam dan 48 jam dengan perdarahan gastrointestinal menunjukkan perbedaan bermakna. Kesimpulan studi adalah jumlah trombosit ≤50.000 sel/µL merupakan faktor prognostik terjadinya perdarahan gastrointestinal pada saat setelah 24 dan 48 jam perawatan.[43]
Trombositopenia sebagai Biomarker Prognostik pada COVID-19
Studi lain dengan tinjauan sistematis dan meta-analisis mengenai evaluasi trombositopenia sebagai biomarker prognostik pada pasien dengan COVID-19, melaporkan bahwa trombositopenia dikaitkan dengan hasil prognosis yang buruk, dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Studi ini menunjukkan bahwa trombositopenia dikaitkan dengan prognosis buruk pada pasien COVID-19.[8]
Kapan Harus Khawatir tentang Trombosis
Walaupun jarang, pasien dengan trombositopenia berisiko mengalami trombosis daripada perdarahan. Sementara sebagian besar gangguan yang terlibat jarang terjadi, penting untuk mempertimbangkan risiko tersebut karena pengobatan mungkin segera diperlukan untuk mencegah kejadian trombosis yang mengancam jiwa.[5]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini