Pendahuluan Infark Miokard Akut
Infark miokard akut atau acute myocardial infarction merupakan kejadian nekrosis miokard yang disebabkan oleh sindrom iskemik tak stabil. Infark miokard akut (IMA) disebabkan kerusakan ireversibel pada otot jantung akibat pasokan oksigen yang kurang. Keberadaan infark miokard dapat mengganggu fungsi sistolik maupun diastolik, dan meningkatkan risiko aritmia pada pasien.[1-3]
IMA dapat diklasifikasikan berdasarkan keberadaan elevasi segmen ST, yaitu:
ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI): Infark miokard dengan gambaran elevasi segmen ST pada elektrokardiografi (EKG)
Non-ST-segment elevation myocardial infarction (NSTEMI): Infark miokard tanpa disertai gambaran elevasi segmen ST pada EKG[2,3,5]
Diagnosis IMA dilakukan dengan cepat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, seperti EKG, biomarker jantung, dan echocardiography. Diagnosis IMA harus dilakukan dengan cepat karena semakin cepat tata laksana, termasuk reperfusi otot jantung dan perbaikan aliran darah koroner, semakin membaik prognosis pasien.[1-3]
Prinsip penanganan IMA mengikuti alur tata laksana sindrom koroner akut, di mana pasien dengan gejala mengarah ke infark miokard langsung diberikan agen antiplatelet dan oksigen, disertai pemeriksaan EKG 12 sadapan segera. Pasien dapat diberikan opioid dan nitrogliserin untuk mengatasi nyeri, bila hemodinamik pasien dalam kondisi stabil.[1-3]
Bila IMA disertai STEMI maka pasien harus mendapatkan terapi reperfusi segera, yaitu percutaneous coronary intervention (PCI) atau dengan agen trombolitik intravena. Bila NSTEMI maka pasien dapat menerima terapi reperfusi dengan PCI, terutama bila pasien mengalami ketidakstabilan hemodinamik.[1-3]