Etiologi Down Syndrome
Etiologi Down syndrome adalah adanya kromosom ekstra pada pasangan kromosom ke 21, (trisomi 21). Umumnya orang normal memiliki 46 kromosom, tetapi pengidap Down syndrome memiliki 47 kromosom. Faktor risiko Down syndrome adalah usia ibu yang lebih tua pada saat hamil.[1-3,10,15]
Trisomi 21 Non-disjunction
Trisomi 21 disebabkan karena salinan ekstra kromosom 21 berasal dari kegagalan pembelahan sel, yang dikenal sebagai non-disjunction, pada saat meiosis selama gametogenesis induk. Kegagalan lebih sering terjadi saat oogenesis daripada spermatogenesis. Adanya faktor risiko dan lamanya periode pematangan sel memberikan kesempatan terjadinya gangguan genetik dan lingkungan terakumulasi dalam oosit, yang meningkatkan risiko non-disjunction beberapa kali lipat.[10,15]
Translokasi
Translokasi disebabkan karena materi genetik dari kromosom 21 menjadi melekat pada kromosom lain, menghasilkan 46 kromosom, dengan 1 kromosom memiliki materi tambahan dari kromosom 21 yang melekat. Translokasi dapat terjadi secara de novo (baru) atau diturunkan oleh salah satu orang tua.[2,3,10,15]
Mosaik
Mosaik dapat terjadi melalui 2 cara, yakni kehilangan satu kromosom dan duplikasi. Pada cara yang pertama, satu atau lebih garis sel kehilangan salah satu kromosom 21 saat pembelahan dan sebagai akibatnya dua garis sel ditemukan dimana satu dengan trisomi bebas dan yang lain dengan kariotipe normal. Cara kedua, yakni dikarenakan duplikasi kromosom 21, menyebabkan bertambahnya gen pada kromosom 21. Meski demikian, duplikasi kromosom 21 sangat jarang terjadi.[2,3,10,15]
Faktor Risiko
Faktor risiko Down syndrome dibagi menjadi faktor risiko internal dan eksternal. Faktor risiko internal meliputi usia orang tua, penyakit pada ibu, status nutrisi ibu, pewarisan genetik dari orang tua, dan riwayat kelahiran Down syndrome sebelumnya. Sementara itu, faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan dan status sosioekonomi.[8,10]
Usia Orang Tua
Semakin tua usia ibu pada saat hamil semakin bertambah probabilitas mempunyai anak dengan Down syndrome. Perubahan hormon dan penuaan sel telur seiring bertambahnya usia dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya non-disjunction. Usia ayah juga berpengaruh terhadap kualitas sperma, seiring bertambahnya usia pria juga mengalami penuaan sel spermatozoa.[8,10]
Genetik Turunan Orangtua
Sekitar 4% Down syndrome diwariskan dari orang tua. Jika ayah adalah gen pembawa (karier), risiko Down syndrome sekitar 3%. Jika ibu adalah gen pembawa (karier), risiko Down syndrome antara 10-15%.[7,8]
Riwayat Melahirkan Down Syndrome Sebelumnya
Ibu yang pernah melahirkan Down syndrome sebelumnya memiliki risiko 1% untuk melahirkan bayi dengan Down syndrome kembali.[8]
Status Nutrisi Ibu
Status nutrisi ibu berkaitan dengan asam folat. Ibu hamil yang mengalami defisiensi asam folat dapat melahirkan bayi dengan Down syndrome. Kekurangan asam folat menyebabkan penurunan metabolisme asam folat yang berpengaruh terhadap pengaturan epigenetik untuk membentuk kromosom.[8,16]
Penyakit pada Ibu
Virus rubela yang berinteraksi dengan protein sel inang dalam tubuh ibu hamil menghasilkan efek teratogenik yang dapat berpengaruh pada saat embriogenesis. Adanya mutasi gen dapat menyebabkan perubahan jumlah ataupun struktur kromosom.[8,17]
Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh pada awal kehamilan dan peningkatan insidensi Down syndrome adalah polusi udara, merokok, dan radiasi. Paparan tersebut dapat mempengaruhi metilisasi DNA yang berimbas pada kegagalan pembelahan sel pada Down syndrome.[8,10]
Sosioekonomi
Sosioekonomi menurut data epidemiologi berdampak insidensi Down syndrome. Hal ini dikaitkan dengan nutrisi yang tidak memadai, kondisi permukiman yang tidak sehat, paparan kimia ataupun zat toksin di lingkungan, serta kekerasan dalam rumah tangga yang berdampak pada kesehatan mental ibu selama kehamilan.[8,10,18-21]
Penulisan pertama oleh: dr. Saphira Evani